269 | P a g e
1 Orang yang bertugas menerima penyerahan bahan bangunan atau penyerahan barang keperluan TNI dan atau kepolisian RI;
2 Membiarkan perbuatan curang sebagaimana yang dimaksud pasal 7 ayat I huruf a atau c.
Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7 tahun atau denda maksimal Rp. 350 Juta.
f. Pegawai negeri menyalahgunakan tanah milik negara hingga merugikan orang lain.
Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 12 huruf h UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 adalah:
1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2 Pada waktu menjalankan tugas menggunakan tanah negara yang diatasnya
adalah hak pakai; 3 Seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
4 Telah merugikan yang berhak; 5 Diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal
20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.
6. Korupsi yang berhubungan dengan pengadaan.
Tindakan yang tergolong ke dalam jenis korupsi ini adalah ikut sertanya pegawai negeri menjadi peserta tender pengadaan barang atau jasa untuk negara.
Seharusnya, orang atau badan yang ditunjuk untuk melakukan pengadaan barang atau jasa ditunjuk melalui seleksi yang berjalan dengan bersih dan jujur.
Unsur-unsur korupsi jenis ini dijelaskan dalam Pasal 12 huruf i UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, yaitu:
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara; b. dengan sengaja;
c. langsung atau tidak langsung turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau, persewaan;
d. pada saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
270 | P a g e
Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.
7. Korupsi yang berhubungan dengan gratifikasihadiah.
Salah satu bentuk korupsi ini adalah pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor ke KPK.
Berdasarkan penjelasan Pasal 12B, ayat 1, UU No.202001 tentang Perubahan atas UU No. 31 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, gratifikasi adalah
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat discount, komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik. Sebuah tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika
memenuhi unsur sebagai berikut. 1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara;
2 Menerima gratifikasi; 3 Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya; 4 Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan pada KPK dalam jangka
waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi. Tindak korupsi jenis ini dijelaskan dalam Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999
jo. UU No. 20 Tahun 2001 dan Pasal 12C UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.
Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.
Membentuk Pribadi Anti Korupsi
Pendidikan antikorupsi adalah perpaduan pendidikan nilai dan karakter. Sebuah karakter yang dibangun di atas landasan kejujuran, integritas, dan
keluhuran. Nilai-nilai dasar yang dapat membentuk suatu individu menjadi pribadi anti korupsi antara lain:
1. Jujur
271 | P a g e
Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.
2. Disiplin Merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya
termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. 3. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima sesuatu yang di namakan hak.
4. Hidup sederhana Sederhana adalah sebuah kata dengan banyak makna, tergantung
bagaimana bunyi kalimat yang menyertainya. Sederhana bisa berarti apa adanya atau seadanya saja. Maka dengan menerapkan hidup sederhana orang tidak akan
mencari materi secara berlebihan yang kerap kali dikesampingkan halal atau haramnya.
5. Kerja keras Arti kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga
untuk berupaya mendapatkan keingingan pencapaian hasil yang maksimal pada umumnya.
6. Mandiri Mandiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berdiri dikaki sendiri
berdikari dan tidak mengandalkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan. 7. Adil
Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan
keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi.
8. Peduli dengan sesama Peduli dengan sesama dapat diartikan dengan perbuatan yang
mengindahkan lingkungan dan tidak egois. Dengan begitu orang tidak akan melakukan suatu perbuatan semata-mata atas kepentingannya sendiri.
9. Berani menegakkan kebenaran
272 | P a g e
Berani menegakkan kebenaran adalah suatu sikap tidak takut maupun gentar saat kebenaran itu harus ditegakkan.
Kita mengetahui, korupsi bisa timbul karena dua sebab. Sebab pertama, korupsi karena kebutuhan corruption by need. Korupsi yang timbul ketika
penghasilan tidak lagi bisa menanggung kebutuhan dasar sehari-hari. Jalan keluarnya biasanya dengan mengambil sikap menyimpang. Melakukan korupsi.
Sebab kedua, korupsi karena keserakahan corruption by greed. Tidak puas dengan satu gunung emas, cari gunung emas kedua dan ketiga. Sudah punya rumah, ingin
motor. Sudah ada motor, mau mobil. Mobil terbeli, ingin mobil mewah. Kedua jenis korupsi tersebut, korupsi karena kebutuhan maupun karena
kerakusan, memang tak bisa ditolerir. Namun, penanganan keduanya mengharuskan cara berbeda. Korupsi karena kebutuhan timbul karena kondisi obyektif yang tidak
mendukung. Karena sistem yang tidak memberikan harapan kesejahteraan. Oleh sebab itu, perbaikilah sistem.
Sementara, korupsi karena kerakusan disebabkan kondisi subyektif. Kondisi internal seseorang. Adanya sifat tamak, tidak puas, dan keinginan memperkaya diri
sendiri. Korupsi yang dikerjakan oleh mereka yang nuraninya sudah buta. Ingin sejahtera tanpa mau kerja keras. Karenanya, untuk memberantas korupsi jenis ini,
perbaikilah orangnya. Korupsi karena tamak lebih bahaya ketimbang korupsi karena kebutuhan.
Kerakusan, dusta, ketidakjujuran merupakan perilaku yang bisa terbentuk sejak kecil. Sejak masa kanak-kanak.
Perilaku ini adalah kumpulan dari apa yang dialami dalam proses hidup, mulai usia dini hingga dewasa. Teori psikologi kognitif menguatkan argumen ini.
Menurut psikologi kognitif, apa yang kita dengar, lihat, pikirkan, rasakan, dan alami akan mempengaruhi cara pandang dan perilaku kita. Dengan begitu pengalaman
masa lalu dan juga pendidikan masa kini sangat berperan dalam membentuk karakter anti korupsi.
Indonesia sebaiknya mencontoh Jepang dalam penerapan pendidikan karakter. Di Jepang
, pendidikan karakter diajarkan dalam pelajaran “seikatsuka” atau pendidikan tentang kehidupan sehari-hari. Siswa SD diajari tatacara
menyeberang jalan, adab di dalam kereta, yang tidak saja berupa teori, tetapi guru juga mengajak mereka untuk bersama naik kereta dan mempraktikkannya. Norma
273 | P a g e
dalam masyarakat Jepang sangat terkait dengan ajaran Shinto dan Budha, tetapi menariknya agama ini tidak diajarkan di sekolah dalam bentuk pelajaran wajib,
seperti halnya di Indonesia. Nilai-nilai agama diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari di sekolah. Karenanya, pendidikan moral di sekolah Jepang tidak diajarkan
sebagai mata pelajaran khusus, tetapi diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Murni Ramli : 2008
Budaya malu pada masyarakat pun dicontohkan oleh para pemimpin Jepang sebagai upaya mendidik warganya mewujudkan kultur antikorupsi. Para pemimpin
Jepang berani mundur dari jabatannya ketika tersandung kasus korupsi. Perilaku birokrat Jepang merupakan pembelajaran yang sungguh mulia dan elegan guna
mendukung terwujudnya kultur antikorupsi secara jitu.
274 | P a g e
BAB
MEMBANGUN ETOS PRIBADI
Menjadi pribadi beretika tentu merupakan keinginan sebahgian besar orang dan bahkan mungkin telah menganggap dirinya sebagai seseorang yang berperilaku
etis. Kemudian pertanyaan terpenting adalah bagaimana mencerminkan etika tersebut dalam keseharian baik sebagai pribadi, organisasi, maupun seorang
professional. Bab ini mencoba menguraikan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan melakukan pembahasan terkait etos pribadi yang diharapkan dapat dijadikan
pembelajaran untuk mewujudkan pribadi beretika.
A. Definisi Etos