145 | P a g e
BAB
ETIKA KEPEMIMPINAN
___________________________________________________________________
Dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam keluarga, masyarakat atau bernegara, diperlukan suatu aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis untuk
mengatur hubungan antar individu. Pada dasarnya setiap individu memiliki kepentingan-kepentingan pribadi yang berbeda karena itu diperlukan aturan-aturan
yang menjamin agar tidak terjadi atau meminimalisir gesekan antar kepentingan. Begitu juga dalam sebuah organisasi, selain aturan tertulis, diperlukan juga
aturan tidak tertulis yang mengatur hubungan antar rekan kerja untuk memastikan tercapainya tujuan organisasi tersebut. Hubungan antar ekan kerja yang dimaksud di
sini mencakup hubungan antar rekan sejawat, hubungan bawahan ke atasan, dan hubungan antara atasan ke bawahan.
Selama inisudah menjadi pengetahuan umum seorang bawahan harus bersikap ke atasan, seorang bawahan harus bersikap hormat dan sopan kepada
atasan, bahkan terkadang cenderung berlebihan untuk membuat atasan senang. Namun yang menarik disini adalah bagaimana seorang atasan seharusnya bersikap
sebagai pemimpin agar bawahan bisa mengoptimalkan potensi kerjanya dan tercapainya tujuan organisasi.
A. Etiket dan Kepemimpinan
1. Etika dan Etiket Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah
tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun memiliki persamaan. Istilah etika sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral mores,
sedangkan kata etiket adalah berkaitandengan cara, sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal. Keduanya memberikan pedooman tentang bagaimana seharusnya
sesuatu perbuatan. Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan
kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.
6
146 | P a g e
Istilah etiket berasal dari Etiquette Perancis yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan
pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai
peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian tata busana, cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta
perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi. Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang
disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.Menurut K. Bertens,
dalam buku berjudul Etika, 1994,selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu secara umumnya sebagai berikut:
a. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara,
untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan. b. Etika adalah nurani bathiniah, bagaimana harus bersikap etis dan baik yang
sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas lahiriah, tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
c. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian danyang salah harus mendapat sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu yang
dianggap tidak sopan dalam suatukebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya.
d. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir.Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain
maka etiket itu tidak berlaku. 2. Kepemimpinan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam sebuah organisasi mutlak diperlukan seorang sosok pemimpin yang akan menjalankan fungsi kepemimpinan,
seorang pemimipin akan bertanggung jawab atas baikburuknya organisasi yang dia pimpin, karena kepemimpinan adalah pusat dan pengambil kebijakan pada suatu
organisasi. Berbagai ahli mengungkapkan teori-teori mereka tentang definisi
kepemimpinan, seperti
147 | P a g e
a. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok George P Terry
b. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum H.Koontz dan C. ODonnell
c. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan R.
Tannenbaum, Irving R, F. Massarik. Dari pendapat para ahli di atas bisa diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah sebuah sebuah upaya untuk mempengaruhi orang lain agar memiliki kemauan untuk mencapai tujuan bersama dan memastikan terjadinya
kesatuan visi dalam sebuah kelompok 3. Etiket kepemimpinan
Etiket kepemimpinan adalah cara-cara yang dianggap benar secara umum oleh sekelompok atau suatu komunitas masyarakat dalam upaya untuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan bersama yang dimiliki oleh suatu organisasi. Etiket kepemimpinan sebagaimana etiket lainnya berbeda dari satu
masyarakat ke masyarakat lain, organisasi ke organisasi lain, bahkan bisa berbeda dari satu bagian ke bagian lain, karena sifat etiket yang berupa hukum tidak tertulis
dan sangat relatif.
Nilai-nilai umum etiket
Walaupun etiket di setiap masyarakat bisa berbeda, prinsip-prinsip umum dalam etiket selalu tetap, tidak berubah, bersifat universal, dan tak terbatas waktu
dan tempat. Terdapat tiga prinsip dalam etiket, yaitu respek, empati dan kejujuran. 1. Respek
Respek berarti menghargai orang lain, peduli pada orang lain dan memahami orang lain apa adanya. Tidak peduli mereka berbeda, berasal dari kultur berbeda,
atau keyakinan berbeda. Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan kepada setiap orang dengan kelebihan, kekurangan, kesamaan dan perbedaan yang
ada.Karena dengan bersikap respek kepada orang lain maka orang lain juga akan bersikap respek kepada kita.
2. Empati Empati berarti meletakkan diri di pihak orang lain. Sebelum bertindak atau
berucap, kamu harus berpikir dulu, apa pengaruhnya bagi orang lain. Bagaimana bila
148 | P a g e
hal itu diucapkan atau dilakukan orang lain kepadamu. Apakah akan membuatmu senang atau berang. Pikirkan dulu, jangan sampai tindakan atau ucapankita
menyinggung dan menyakiti orang-orang di sekitar kita, atau membuat diri kita terlihat buruk di mata orang lain. Kata-kata dan sikap yang penuh pertimbangan dan
empati, akan membuat seseorang terlihat bijaksana, dewasa dan manusiawi. 3. Kejujuran
Kejujuran adalah sebuah bahasa yang universal, setiap orang bahkan mafia seklipun membutuhkan kejujuran dari bawahannya. Kejujuran akan diterima di
manapun kita berada. Namun kejujuran juga harus menilai situasi dan kondisi, kejujuran yang akan kita katakan sebaiknya tidak menyinggung atau mengorbankan
orang lain, atau apabila terpaksa, kejujuran yang kita terapkan haruslah lebih memiliki aspek manfaat dibanding mudharat.
Etiket tidak hanya mengenai cara bergaul yang benar, tetapi juga menyangkut tentang tentang berkehidupan dengan lingkungan manusia, alam dan
segala isinya termasuk flora dan fauna. Bila berkaitan hubungan dengan sesama manusia maka komunikasi dan sosialisasi sangat memerlukan etika agar maksud
yang kita sampaikan tidak disalahartikan atau sikap yang kita lakukan tidak menyinggung atau terlihat ganjil di lingkungan masyarakat tertentu
Contoh etiket dan penerapannya yang berlaku di masyarakat umum Indonesia.
a. Misalnya dalam makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi, kalau sudah selesai terus mencuci
b. makan sambil menaruh kaki di atas meja dianggap melanggar etiket bila dilakukan bersama-sama orang lain,
c. makan dengan tangan kanan, d. makan tidak boleh berdecap dan bersendawa
e. Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus dengan tangan kanan. Bila dilanggar dianggap melanggar etiket.
f. mengucapkan salam ketika masuk ke rumah.
NILAI-NILAI UMUM ETIKET KEPEMIMPINAN
a. Landasan Moral Kepemimipinan
149 | P a g e
Pepatah Arab yang cukup terkenal di Indonesia mengatakan “Innamalumamu akhlaqu maa baqiat fain humu
jahabat akhlaquhum jahabu” Artinya suatuumat akan kuat karena berpegang teguh pada moralitas yang ada, namun apabilamoral
diabaikan maka tunggulah kehancuran umat tersebut. Pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang memiliki kompetensiuntuk
mewujudkan visi organisasi secara bersamasama dengan sumber dayamanusia SDM yang dipimpinnya.Seorang pimpinan yang memiliki kemampuanrethingking
future. Pimpinan yang mampu menggerakkan seluruh potensi yangdimiliki organisasi kearah masa depan yang lebih cemerlang. Pimpinan yang penuh kewibawaan
sehingga mampumembangun semangat setiap pribadi untuk ikut ambil bagian dalam mewujudkantujuan. Pimpinan yang tidak hanya menguasai permasalahan
yangdihadapi., tetapi juga memiliki semangat membara untuk bersama –sama
menyelasaikan masalah secara cepat dan tepat high commitment and highabstraction.
Moral pemimpin yang bersumber pada Pancasila terutama dan terpentingadalah “moral ketaqwaan”.Pemimpin yang bermoral ketaqwaan dalam
memimpinbangsa pasti mampu mewujudkan kepemerintahan yang baik good governance.Ketaqwaan yang dimiliki seorang pemimpin mendorong mereka taat
dan patuhserta konsisten menjadikan agama yang dianutnya sebagai point of reversencedalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Moral ketaqwaan
melahirkanseorang pemimpin yang mampu menghargai pekerjaan orang lain, mengakui
Moral ketaqwaan mampu mendorong seorang pemimpin bersikaptransparan, keterbukaan dalam melaksanakan amanah yang diembannya. Dalamproses
penetapan kebijakan memberikan kesempatan orang yang dipimpinmemberikan kontribusi dalam agenda setting. Manfaatnya rakyat menjadi individuyang aspiratif
dan responsive.Sementara pimpinan menjadi fasilitator yang penuhdedikatif dan responsif akomodatif terhadap kepentingan orang yang dipimpinnya.
Untuk lebih memahami bagaimana seharusnya seorang pimpinan beretiket, maka kiita perlu melihat contoh-contoh pemimpin yang kesuksesan dan
kewibawaanya sudah diakui oleh dunia. Seorang pemimpin yang sukse akan mmeninggalkan pengaruh yang berlangsung lama dan luas, bahkan ketika beliau
sudah tidak ada atau sudah tidak menjadi pemimpin lagi.
150 | P a g e
1 Landasan Moral Kepemimpinan Rasullullah Rasulullah Muhammad Saw sudah diakui kehebatannya oleh seluruh dunia,
baik pada masa kepemimpinannya atau ketika dia sudah tidak menjabat lagi, baik ketika dia hidup bahkan hingga beliau sudah wafat, dan tentunya diakui
kemampuannya dalam meimpin oleh kawan maupun lawan. beberapa penulis yang tidak ragu menuliskan beliau sebagai orang paling berpengaruh
di dunia diantaranya Michael H. Hart. Diantara rahasia sukses Rasulullah Saw memimpin umat ini adalahterletak
pada kepribadiannya yang utuh, terarah dan berakhlakul karimah dalamsegala aspek kehidupan.ada kesesuaian antara kata dengan perbuatan.Berikut iniadalah
sebagaian akhlak dan kepribadiaan Rasulullah Saw : a. Sidik Kejujuran
Selama hidupnya Rasulullah Saw sama sekali tak pernah berdusta. Baik itusebelum beliau diangkat menjadi nabi atau sesudahnya. Sampai usia 40
tahunbeliau tidak dikenal sebagai negarawan.pengkhutbah atau seorang orator. Ia tidakpernah tampak berbicara tentang masalah-masalah etika, metafisika,
hukum,politik, ekonomi ataupun masalahmsalah sosial. Namun tidak diragukan lagibahwa ia memiliki karakter yang luar biasa baiknya, tutur kata dan perilaku
muliadan penampilan yang menawan. b Amanah menyampaikan
Rasulullah Saw dikenal oleh masyarakat sebagai Al-Amin manusia yangdapat dipercaya Akhlak yang ditampilkan oleh beliau ini amatlah disegani
kawanmaupun lawan.Amanah adalah salah satu titipan yang bermakna kepercayaan.Orang yang diserahi memegang amanah dapat dipercaya sehingga
peluang untuktumbuh suburnya benalu nepotisme, kolusi dan korupsi dapat dibendung. Umatmanusia yang siap memikul amanah dan memeliharanya Insya
Allah akanmencapai kemenengan dan keberuntungan dalam kehidupannya. Allah Swtberfirman :
c Adil Dalam sebuah riwayat sahih terpercaya diceritakan tentang seorang wanita
dari kalangan bangsawan Arab yang kedapatan mencuri dan akan segera diberlakukan hukuman potong tangan padanya. Lalu datanglah Usamah bin Zaid
yang merupakan orang terdekat Rasulullah Saw meminta dispensasi atau
151 | P a g e
keringanan hukuman atas wanita bangsawan tadi. Apa jawab beliau Seandainya Fatimah binti Muhammad sendiri yang mencuri niscaya aku akan potong tangannya
Tak akan diskriminasi dalam masalah hukum, semuanya sama dalam kaca mata undang-undang. Ada praktek kolusi dan manipulasi dalam masalah
hukumundang-undang merupakan sumber kehancuran generasi generasiterdahulu, demikian statement dan kebijakan tegas Rasul kepada yang meminta keringanan
hukuman. d Fathonah Kecerdasan
Cara berfikir dan cara bertindaknya senantiasa dilakukan dengan cara-cara yang benar, jujur dan adil tanpa menutup diri dari sikap waspada dalam menghadapi
setiap permasalahan yang muncul. Sehingga beliau mampu bertemu dan bertatap muka dalam setiap arena dengan penuh kematangan dan persiapan yang prima
e Tabligh Meski Rasulullah Saw seorang yang buta huruf dan menjalankan kehidupan
dengan biasa, tenang tanpa halhal yang istimewa, namun ketika ia mulai menyiarkan risalahnya, seluruh orang Arab tertegun penuh kekaguman, terpikat
oleh kefasiahannya berbicara dan kemampuan berpidato yang amat baik dan mengagumkan serta tak ada bandingannya, baik oleh penyair dan ahli pidato
sekalipun. Hal inilah yang perlu diteladani oleh para pemimpin umat dewasa ini bila
menginginkan diri mereka mendapatkan tempat di hati orang banyak sebab omongan yang tak jelas berbau provokasi, kedustaan dan penuh caci maki sama
sekali tak akan mendatangkan kebaikan. Bukankah amat sering kita mendengar pernyataan hati ini demikian lalu keesokan harinya diralat, maka kepercayaan
rayat atau masyarakat pun segera hilang dan segera pula timbul gejolak di sana sini.
f Ketaqwaan AlQuran menyebutkan hal ini sebagai kualitas tertinggi seorang muslim dan
Rasulullah Saw merupakan manusia tertinggi kualitas taqwanya dibandingkan manusia manapun yang ada di jagad ini. Sebagaimana pernyataan beliau :
Saya adalah orang yang paling takut dan paling bertaqwa dibandingkan kalian
152 | P a g e
namun saya melaksanakan qiyamullail dan tidur, saya berpuasa namun juga berbuka dan sayapun menikahi wanita.... HR. Muslim.
Demikianlah ciri-ciri moralitas yang mendasar dan yang senantiasa melandasi kepemimpinan Rasulluah Saw sehingga dengan moral force itulah
manusia dapat mewujudkan potensi tertingginya dalam segala bidang sehingga terkendali secara baik. Rasulullah Saw yang terbimbing oleh wahyu berhasil
membangun sistem moral yang baku yang pasti mendatangkan kebaikan bagi siapa saja yang menjalaninya terlebih lagi para pemimpin umat.
2 Moral Kepemimpinan dalam serat Jatipusaka Makutha Raja
Serat Makutha Raja merupakan tulisan Sultan Hamengku Buwono V yang merupakan pedoman bagi raja atau pemimpin.Sebagai buku, serat ini
mengandung ajaran-ajaran moral yang seharusnya das Sollen dilakukan dan dijalankan oleh Raja ataupun pemimpin pada umumnya. Sebagai kitab ajaran,
berisi aturan-aturan yang bersifat imperatif atau mengharuskan. Tetapi tentu saja ini juga merupakan bagian dari membangun kesadaran moral seorang pemimpin.
Dalam Serat Makutha Raja pupuh Sinom, ditunjukkan bagaimana raja harus mengingat asal usul maupun niat ketika hendak menjadi seorang pemimpin. Oleh
karena itu perilakunya harus benarbenar tidak boleh meninggalkan aturan, sebagaimana tertulis:
Kepemimpinan yang etik menggabungkan antara pengambilan keputusan etik dan perilaku etik; dan ini tampak dalam konteks individu dan
organisasi.Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan etik dan berperilaku secara etik pula, serta mengupayakan agar
organisasi memahami dan menerapkannya dalam kode-kode etik.
Saran-saran untuk perilaku secara etik
Bila pemimpin etik memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai etika organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan nilai-
nilai tersebut. Ada beberapa saran yang diadaptasi dari Blanchard dan Peale 1998 berikut ini:
a. berperilakulah sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda Blanchard dan Peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin anda lalui
dalam hidup ini; jalan yang memberikan makna dan arti hidup anda. Sebuah
153 | P a g e
tujuan pribadi yang jelas merupakan dasar bagi perilaku etik. Sebuah tujuan organisasi yang jelas juga akan memperkuat perilaku organisasi yang etik.
b. berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa bangga akan perilaku anda. Kepercayaan diri merupakan seperangkat peralatan yang
kuat bagi perilaku etik. Bukankah kepercayaan diri merupakan rasa bangga pride yang diramu dengan kerendahan hati secara seimbang yang akan
menumbuhkan keyakinan kuat saat anda harus menghadapi sebuah dilema dalam menentukan sikap yang etik.
c. berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda dan diri anda sendiri. Kesabaran, kata Blanchard dan Peale, menolong kita untuk
bisa tetap memilih perilaku yang terbaik dalam jangka panjang, serta menghindarkan kita dari jebakan hal-hal yang terjadi secara tiba-tiba.
d. berperilakulah dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etik sepanjang waktu, bukan hanya bila kita merasa nyaman untuk melakukannya. Seorang
pemimpin etik, menurut Blanchard dan Peale, memiliki ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.
e. berperilakulah secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting. Ini berarti anda harus menjaga perspektif. Perspektif mengajak kita untuk
melakukan refleksi dan melihat hal-hal lebh jernih sehingga kita bisa melihat apa yang benar-benar penting untuk menuntun perilaku kita sendiri.
URGENSI ETIKA KEPEMIMPINAN
Banyak keluhan saat ini bahwa pemimpin tidak punya etika. Misalnya, tidak mempunyai pendirian dalam berkoalisi kasus politik di Indonesia, berbicara yang
tidak pantas di depan publik, saling mencerca dan mencaci maki, bahkan tidak malu lagi untuk melakukan korupsi. Mereka seolah-olah sudah merasa nyaman saja
melakukan kesalahan. Banyak orang merasa bahwa pemimpin tidak beretika dan perlu dibuatkan
pedoman. Contoh kasus, adanya penyusunan pedoman tentang etika DPR Indonesia. Namun, pembuatanpenyusunan pedoman etika tersebut juga
menimbulkan kontroversi. Ada yang mengatakan tidak perlu ada pedoman etika karena yang penting adalah hati
nya. Menurut mereka yang tidak setuju, “Kalau mau
154 | P a g e
dosa bisa di mana saja, manusia itu kan lebih lihai dari aturan dan pedoman”. Jika
memnag demikian, apakah benar pemimpin perlu dibuatkan pedoman etika? Pertanyaannya, apa arti “tidak punya etika”? Apakah hanya tentang
kesantunan belaka, atau tentang moralitas dan integritas pemimpin? Hal ini penting karena etiket berbeda dengan etika. Etiket adalah hal-hal tentang sopan santun baik
dari segi cara berbicara atau bersikap, mungkin ada yang halus dan ada pula yang kasar. Misalnya, cara berbicara yang kasar dan tingkah laku yang tidak sopan adalah
sebuah etiket. Etiket tetap penting untuk dipelajari dan dimiliki, namun tidak masuk dalam ranah etika. Lain halnya dengan etiket, etika berbicara tentang baik dan buruk
atau benar dan salah. Itulah sebabnya mengapa setiap pemimpin harus mengembangkan etika bagi dirinya dan perlunya ada pedoman etika sebagai
pemimpin. Untuk apa pemimpin harus mempunyai etika? Etika memberikan tuntunan
kepada para pemimpin di tengah-tengah masyarakat yang memiliki nilai yang beragam atau pluralism moral Bertens, 31. Etika juga akan membimbing dan
memampukan pemimpin
dalam menghadapi
persoalan akibat
munculberkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum, sudah tentu etika sangat dibutuhkan di dalam kehidupan
manusia yang hidup di zaman globalisasi. Baik dan buruk dalam masyarakat sudah bukan urusan pribadi atau suatu masyarakat saja, tetapi sudah menjadi kepedulian
bersama suatu konteks yang lebih besar, misalnya lingkungan hidup, kekejaman, korupsi, kemiskinan, dan ketidakadilan, juga termasuk banyak kasus moralitas di
dalam kehidupan pemimpin. Dalam suatu organisasi, etika kepemimpinan sangatlah penting. Pemimpin
harus membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan, tetapi pemimpin juga harus memikirkan tentang pengaruhnya terhadap masyarakat. Pemimpin yang baik
mengetahui nilai-nilai dan etika, serta mengaplikasikannya dalam gaya dan pelaksanaan kepemimpinannya. Ketika seorang pemimpin menggunakan etika
dalam kepemimpinannya, ia akan dihormati dan dikagumi oleh bawahan dan karyawannya.
Ada beberapa hal yang perlu dimiliki oleh pemimpin yang beretika. Di sini kita tidak berbicara tentang tingkah laku behavior yang terlihat, atau dengan kata lain
mengubah tingkah laku yang terlihat saja, tetapi juga mempertimbangkan motif-motif
155 | P a g e
hati si pemimpin. Oleh karena itu, syarat pertama pemimpin yang beretika adalah memiliki hati nurani yang baik. Kata “hati nurani” berasal dari kata “conscienta” yang
berarti “turut mengetahui” atau “dengan diketahui oleh”. Dalam hal ini, siapa yang turut mengetahui? Maksud dari kata tersebut tentu ada suatu instansi di dalam diri
manusia yang berfungsi sebagai saksi yang mengamati atau menilai kehidupan batin manusia dan mempertimbangkan sesuatunya bdk. Verkuyl, 65; Bertens, 53. Jadi,
hati nurani adalah suatu penghayatan tentang baik dan buruk yang berhubungan dengan tingkah laku konkretnyata manusia Bertens, 51-52. Harga diri dan
integritas manusia sebagai pemimpin terletak pada hati nuraninya. Bentuk hati nurani ada dua yaitu hati nurani retrospektif dan prospektif
Bertens, 54-56. Hati nurani retrospektif adalah hati nurani yang mengevaluasi terhadap perbuatan manusia pada masa lalu, apakah perbuatan tersebut baik
ataukah buruk. Hati nurani retrospektif berfungsi sebagai instansi kehakiman yang mencela jika melakukan perbuatan yang tidak baik atau jahat, tetapi akan memberi
pujian jika melakukan perbuatan yang baik dan terpuji. Hati nurani yang sehat dari seorang pemimpin adalah jika pemimpin tersebut memiliki hati nurani yang menuduh
atau mencela yang disebut “a bad conscience” jika melakukan sesuatu yang buruk dan memiliki ”a good conscience” atau ”a clear conscience” jika melakukan sesuatu
yang baik.
Hati nurani prospektif adalah hati nurani yang memberikan penilaian atas perbuatan di masa yang akan dating. Ia memberikan nilai kondisional atas perbuatan
manusia. Artinya, sebelum melakukan sesuatu hal maka hati nuraninya akan memberitahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana
yang salah. Hati nurani bekerja pada saat suatu hal sedang dilakukan seseorang. Di samping memiliki hati nurani yang baik, setiap pemimpin wajib memiliki
komitmen terhadap etika keutamaan. Maksud dari etika keutamaan adalah berfokus kepada manusia dan martabatnya, dan bukan kepada apakah suatu perbuatan
sesuai norma atau tidak. Etika ini mempelajari keutamaan virtue sifat watak yang dimiliki manusia. Etika keutamaan bukan menilai perbutan, tetapi lebih kepada
apakah manusia kita adalah orang yang baik atau buruk. Di samping etika keutamaan, ada pula etika kewajiban. Etika kewajiban
menekankan pada “being” manusia, yaitu siapakah saya di hadapan Tuhan dan sesama. Di sini, manusia bukan memilih mana yang harus dipegang, apakah etika
156 | P a g e
kewajiban ataukah etika keutamaan bukan either-or, tetapi kedua-duanya perlu dipelajari dan dipraktikkan both-and. Kita wajib tahu mana yang benar dan yang
salah, baik dan buruk, tetapi juga mengembangkan watak serta karakter yang penuh pengorbanan, pelayanan, dan kebaikan sebagai etika keutamaan.
Hubungan antara etika keutamaan dan etika kewajiban adalah bahwa moralitas selalu berhubungan dengan aturan dan prinsip sertakualitas manusianya
juga. Manusia tidak hanya baik karena menaati aturan, tetapi juga perlu pembentukan watak. Karakter atau watak manusia juga memerlukan norma. Jika
ada yang berkata bahwa DPR tidak perlu ada pedoman etika, berarti dia tidak memahami fungsi etika kewajiban, bahwa manusia hanya bisa taat jika ada
pedoman dan sanksi yang mengaturnya. Tetapi pedoman dan sanksi saja tidak cukup menjadikan manusia baik. Manusia memerlukan pengembangan watak dan
karakter yang baik yang disebut pengembangan etika keutamaan. Di sini, keduanya berjalan bersamaan di dalam kehidupan seorang pemimpin.
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang mengagumkan. Kepemimpinan mampu menyiratkan tanggung jawab, pengetahuan dan komunikasi efektif. Etika
kepemimpinan terutama mempunyai arti penting pada waktu-waktu belakangan ini ketika kepercayaan publik telah terkikis oleh tindakan tidak baik dari banyak entitas
nirlaba maupun entitas komersial. Berikut ini adalah beberapa komponen dari etika kepemimpinan beserta
pentingnya, yaitu: Ethical Communication
Pemimpin yang beretika akan menetapkan standar kejujuran untuk setiap bawahan yang dipimpinnya. Ketika seseorang mengambil posisi sebagai
pemimpin, ia mempunyai kesempatan untuk menempatkan kejujuran pada tempat tertinggi. Dalam hal ini, keteladanan pemimpin saja tidak cukup dalam
melaksanakan standar ini. “Kejujuran adalah tugas nomor satu” harus menjadi slogan entitas tersebut. Informasi yang jujur adalah informasi yang berkualitas,
baik untuk CEO, dewan direksi, maupun para investor. Ethical Quality
Seorang pemimpin yang beretika paham bahwa aa tiga faktor yang menentukan tingkat kompetitifnya suatu organisasi, yaitu produk yang
berkualitas, pelayanan pelanggan yang berkualitas, dan pengiriman yang
157 | P a g e
berkualitas. Pemimpin
harus bertanggungjawab
dalam memimpin,
mengendalikan, dan mendanai dalam hal peningkatan kualitas. Keuntungan yang besar hanya dapat terjadi jika pemimpin dapat melaksanakan tanggungjawab
tersebut. Ethical Collaboration
Pemimpin yang beretika membutuhkan banyak penasihat. Ia akan memilih penasihat yang paling unggul di dalam organisasinya dan akan
mempekerjakan beberapa orang penasihat dari luar perusahaan. Pemimpin yang bijak berkolaborasi untuk menciptakan best practice, memecahkan masalah, dan
menemukan issue-issue yang sedang dihadapi organisasi. Sayangnya, secara alamiah pemimpin akan cenderung menciptakan “lingkaran penasihat” yang
tertutup. Pemimpin yang menggunakan etika kolaborasi akan menjaga agar “lingkaran penasihat” ini lebih terbuka dan cair. Tujuan dari pemimpin yang
beretika adalah untuk menurunkan risiko organisasi dengan cara mempeoleh para ahli dalam hal ini adalah penasihat yang terpercaya.
Ethical Succession Planning Jika pemimpin yang berprinsip memilikimenuntut kebutuhan akan
pengendalian, ia akan memenuhi kebutuhan tersebut dengan menciptakan standar organisasi dan prosedur operasi untuk kualitas dan komunikasi yang
kuat. Sementara itu, seorang pemimpin yang beretika harus memberikan kesempatan pada para penerus yang potensial untuk berlatih dan membangun
kemampuan kepemimpinan mereka. Hal tersebut harus dipimpin oleh si pemimpin sendiri dengan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi 360
, dan melatih mereka tentang peran-peran yang mungkin akan mereka jalankan
suatu saat nanti. Ethical Tenure
Berapa lamakah
seharusnya seorang
pemimpin mepimpin
organisasinya? Di Indonesia, wakil rakyat dipilih setiap lima tahun sekali. Di Amerika, pemimpin pemerintahan memimpin selama empat sampai delapan
tahun. Sedangkan dalam bidang industri tidak memiliki standar masa kepemimpinan tenure. Menurut seorang pakar kepemimpinan, Peter Block,
kepemimpinan seringkali diukur lebih berdasarkan kepercayaan terhadap individu daripada talentakemampuannya. Block juga mengemukakan bahwa misi
158 | P a g e
dari pemimpin yang beretika adalah untuk melayani institusi yang dipimpinnya, bukan untuk melayani diri mereka sendiri. Pemimpin yang beretika berkolaborasi
dan menyiapkan rencana penerusan kepemimpinan di dalam organisasinya yang akan menjamin pertumbuhan organisasinya. Pemimpin bekerja atas permintaan
dari entitas, pelanggan, dewan direksi, dan para pemegang saham. Jika kepercayaan dari masing-masing pemegang kepentingan tersebut tidak
berubahmenurun, si pemimpin harus tetap memimpin hingga ia memilih untuk mundur dan turun jabatan. Sedangkan pemimpin yang merusak kepercayaan
bawahannya, pelanggan, dan masyarakat luas harus menyingkir dan membiarkan pemimpin lain yang lebih baik mengambil alih kepemimpinan dan
kekuasaannya.
KARAKTER UTAMA DALAM KEPEMIMPINAN
Kita sering mengatakan penampilan seseorang adalah etika dari orang tersebut, yang dapat menempatkan diri dengan baik di setiap situasi. Dapat
dikatakan orang ini adalah individu yang beretika. Bagaimanapun ketika, orang yang beretika tidak lagi mementingkan kualitas karakter kehidupan yang baik, maka dia
telah berhasil memanipulasi orang lain dengan etikanya yang baik itu karena apa yang terlihat oleh orang lain pada seseorang terjadi pada situasi normal.
Karakter individu yang sebenarnya akan terlihat ketika indvidu berhadapan dengan tekanan, tantangan atau masalah-masalah. Kita mempunyai potensi-potensi
untuk memanipulasi orang lain dengan kepintaran, pengalaman dan kekuatan penampilan luar kita tetapi ada satu hal yang penting jika kita ingin mengetahui
kualitas hidup sebenarnya dari seseorang yaitu waktu. Waktu adalah cara pengujian yang ampuh.
Secara normal, kita hanya berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu yang pendek, misalnya dalam waktu kerja atau hanya dalam beberapa jam. Maka
orang-orang yang mengetahui sifat baik dan kualitas kehidupan kita adalah orang- orang yang telah mengenal dan bersama kita dalam jangka waktu yang panjang.
Ekspresi yang tersembunyi akan terlihat dalam situasi tertentu. Tidak ada orang yang dapat menyembunyikan dirinya yang sebenarnya di dalam untuk selamanya, karena
dari cara dia berbicara, bertindak dan merespon, kita dapat mengidentifikasi karakter dia.
159 | P a g e
Kita tetap membutuhkan waktu untuk mengingat atau mengetahui karakter teman-teman kita. Dengan mempelajari dan mengetahui ilmu karakter, kita akan
menjadi sebuah pribadi yang seutuhnya. Bisa menikmati kehidupan yang nyaman, sehat dan bahagia. Kesuksesan akan dijagai oleh karakter yang baik karena kita bisa
menggapai sukses dengan karisma tetapi hanya karakter yang bisa menjagai kesuksesan kita tetap pada puncaknya.
7 Kebiasaan manusia yang sangat efektif
Di dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People yang dijabarkan oleh
Stephen R. Covey, merupakan esensi perwujudan dari upaya kita untuk menjadi
seseorang yang seimbang, utuh, dan kuat, serta menciptakan sebuah tim yang saling melngkapi berdasarkan rasa saling menghormati. Hal ini adalah merupakan
prinsip-prinsip dari karakter pribadi. Gambar 3.1 Prinsip-rinsip Karakter Pribadi
Sumber: 7 habits of Highly Effective People Stephen R. Covey
160 | P a g e
Habit 1 - Proactive
Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap
pilihanpilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita.
Orang-orang yang proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak
menyalahkan orang lain.
Habit 2 – Start from the End
Individu, keluarga, tim dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek,
baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka tidak sekedar hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka
mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti bagi mereka.
Habit 3 – Put First thing first
Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu
berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang dirasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang
mendesak saja.
Habit 4 – Think Win Win
Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis
interaksi. Berpikir menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar Mentalitas Berkelimpahan yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir
dengan Mentalitas Berkekurangan dan persaingan yang saling mematikan. Karakter ini bukanlah berpikir secara egois menang-kalah atau seperti
martir kalahmenang. Karakter ini adalah berpikir dengan mengacu kepada kepentingan “kita”, bukan “aku”.
161 | P a g e
Habit 5 – Effective Communication
Effective Communication yang dimaksud adalah berkomunikasi dengan empathy; berusaha memahami dulu, baru kemudian berusaha dipahami. Jika
kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan sekedar untuk mencai celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi
dan pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara secara terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih
alamiah dan mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan matang; berusaha untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas
terletak pada menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya.
Habit 6 – Synergy
Sinergi adalah alternatif ketiga – bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah
cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan
merayakan adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut paut dengan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan
menyelesaikan perbedaan. Ini seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3, 11, 111, … atau lebih banyak lagi. Sinergi juga merupakan kunci
keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana pun. Sebuah tim yang bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana tim itu diatur
sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan
kekuatan, bekerja dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari masing-masing orang menjadi tidak relevan.
Habit 7 – Sharpen the Saw
Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik,
sosialemosional, mental, dan spiritual. Ini adalah karakter yang meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang
akan meningkatkan efektivitas kita.
162 | P a g e
Tiga Kebiasaan yang pertama bisa diringkas dalam sebuah pernyataan empat kata yang amat sederhana: Membuat dan memenuhi janji. Kemampuan untuk
membuat janji adalah proaktivitas Kebiasaan 1. Apa yang dijanjikan adalah Kebiasaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebiasaan 3.
Tiga kebiasaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek: Libatkan orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiannya bersama-sama.
Hal ini memerlukan rasa saling menghormati Kebiasaan 4, saling memahami Kebiasaan 5, dan kerja sama kreatif Kebiasaan 6. Kebiasaan 7, Mengasah
Gergaji, adalah meningkatkan kompetensi Anda di empat bidang kehidupan: tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Kebiasaan ini memperbarui integritas dan rasa aman
seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri Kebiasaan 1, 2, dan 3 dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling
melengkapi. Tabel 3.1 adalah bagan yang menggambarkan prinsip dan para-digma dari
masing-masing kebiasaan dalam 7 Kebiasaan.
Sumber: The 8
th
Habit Stephen R. Covey
Prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam 7 kebiasaan
Lihatlah dengan saksama masing-masing prinsip tersebut. Kita dapat melihat tiga hal: Pertama, prinsip-prinsip itu bersifat universal. Artinya, prinsip-prinsip itu
mengatasi batas-batas budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia maupun falsafah hidup yang tak lekang oleh waktu. Kedua, prinsip-prinsip ini abadi
tak pernah berubah. Ketiga, prinsip-prinsip ini terbukti dengan sendirinya. Bagaimana
163 | P a g e
kita tahu bahwa sesuatu adalah hal yang terbukti dengan sendirinya? Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kita tinggal mencoba berusaha membantahnya. Anda sama
sekali tak akan berhasil. Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan, Anda tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki
tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama,
kreatif, atau pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri.
Tujuh Kebiasaan adalah prinsip-prinsip yang menyangkut karakter yang membentuk siapa dan apa diri Anda. Kebiasaan-kebiasaan ini
memberikan basis bagi kredibilitas, wewenang moral, dan keterampilan yang membuat Anda bisa memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi,
termasuk keluarga, komunitas, dan masyarakat. Kebiasaan itu terletak pada inti dari peran pertama pada 4 Peran Kepemimpinan
—yaitu menjadi Panutan. 4 Peran Kepemimpinan itu adalah apa yang Anda lakukan sebagai pemimpin
untuk mengilhami orang lain agar menemukan suara mereka.
Gambar 3.2 Empat Peran Kepemimpinan
Sumber: The 8
th
Habit Stephen R. Covey
Kepemimpinan akan menciptakan sebuah ruang kehidupan yang sepenuhnya baru bagi 7 Kebiasaan, dan kebiasaan-kebiasaan ini akan dipandang
164 | P a g e
sebagai hal yang memiliki nilai vital secara strategis bagi sebuah organisasi, dan bukan sekadar sebuah program pelatihan dengan gambar-gambar yang indah.
Empat Peran Kepemimpinan membuat 7 Kebiasaan bisa menjadi hal utama yang dipraktikkan dalam organisasi.
Paradigma 7 Kebiasaan
Masing-masing kebiasaan dalam 7 Kebiasaan tidak hanya mewakili sebuah prinsip, tetapi juga sebuah paradigma, sebuah cara berpikir. Saat kita memikirkan
secara lebih mendalam bahwa Kebiasaan 1, 2, dan 3 diwakili oleh empat kata membuat dan memenuhi janji, kita menjadi paham mengenai paradigma yang
menyertai masing-masing kebiasaan. Kebiasaan 1, Menjadi Proaktif, adalah sebuah paradigma determinasi diri atau penetapan diri, dan bukan sekadar determinasi
genetik, sosial, fisik, atau lingkungan, melainkan Saya bisa dan akan membuat janji. Inilah kekuatan dari pilihan.
Kebiasaan 2, Memulai dengan Tujuan Akhir, adalah sebuah paradigma yang menyatakan bahwa semua hal diciptakan dua kali, pertama secara mental, dan baru
kemudian secara fisik. Ini adalah isi dari janji tersebut —Saya bisa memikirkan baik
isi dari janji yang ingin saya buat maupun apa yang saya harapkan akan saya capai dari situ. Ini adalah kekuatan fokus. Kebiasaan 3 adalah paradigma prioritas,
tindakan, dan pelaksanaan —Saya memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk
memenuhi janji tersebut. Kebiasaan 4, 5, dan 6
—Berpikir Menang-Menang, Berusaha Memahami Dulu Lalu Berusaha Dipahami, dan Bersinergi
—adalah paradigma-paradigma pemikiran berkelimpahan saat berhubungan dengan pihak lain
—melimpahnya rasa hormat, rasa saling memahami menyeimbangkan antara pertimbangan dan keberanian,
dan menghargai perbedaan. Ini adalah inti dari tim yang saling melengkapi. Kebiasaan 7 adalah paradigma perbaikan terus-menerus dari sebuah pribadi
utuh. Ini adalah kebiasaan untuk pendidikan, pembelajaran, dan pembuatan komitmen ulang
—apa yang disebut oleh bangsa Jepang sebagai Kaizen. Inilah sebabnya mengapa diagram melingkar yang dipergunakan di sepanjang buku ini
memiliki sebuah mata panah yang tidak menutup lingkaran tersebut tetapi akan menciptakan sebuah spiral naik yang melambangkan sebuah perbaikan tanpa henti
dalam masing-masing wilayah dari empat wilayah yang dipilih.
165 | P a g e
Solusi Kepemimpinan dalam Organisasi
Keputusan untuk mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka membawa Anda langsung ke inti dari empat masalah kronis organisasi yang
diakibatkan oleh model kontrol Era Industri yang dipakai saat ini. Empat Peran Kepemimpinan sebenarnya adalah empat karak-teristik kepemimpinan pribadi: visi,
disiplin, gairah, dan hati nurani —yang ditulis ulang untuk konteks organisasi.
Gambar 3.3: Empat karakteristik kepemimpinan pribadi
Sumber: The 8
th
Habit Stephen R. Covey
Panutan hati nurani: Menjadi contoh yang baik. Perintis visi: Bersama-sama menentukan arah yang dituju.
Penyelaras disiplin: Menyusun dan mengelola sistem agar tetap pada arah
yang telah ditetapkan. Pemberdaya gairah: Memfokuskan bakat pada hasil, bukan pada metode, lalu
menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta. Mereka yang memegang posisi kepemimpinan formal dalam organisasi
mungkin bisa melihat keempat peran ini sebagai cara yang menantang, namun alamiah, untuk memenuhi tugas mereka. Kendati demikian, kalau kita membatasi
keempat peran ini hanya untuk eksekutif senior, hal itu hanya akan semakin memperkuat pola pemikiran yang mengatakan, bos yang melakukan semua
pemikiran penting dan pembuatan keputusan. Keempat peran ini adalah untuk
166 | P a g e
semua orang, apa pun posisinya. Keempatnya adalah jalur untuk meningkatkan pengaruh Anda, pengaruh tim dan organisasi Anda.
Stephen R. Covey dan teman-temannya mengajarkan model 4 Peran Kepemimpinan sejak tahun 1995. Dan ternyata, banyak pula pakar lain di bidang
kepemimpinan yang secara terpisah telah menyusun model yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang sama. Sebagai contoh, Dave Ulrich Universitas Michigan, Jack
Zenger, dan Norm Smallwood yang menulis buku Results-Based Leadership 1999 yang amat memperluas cakrawala wawasan kita. Setelah bertahun-tahun melakukan
penelitian, pengamatan, dan memberikan konsultasi, mereka mengembangkan sebuah model kepemimpinan empat kotak yang hampir sama persis dengan model 4
Peran. Perbedaan utamanya hanya terletak pada peristilahan yang dipakai, tetapi
Kita bisa melihat bahwa makna pada intinya sama. Gambar 3.4: Apa yang dilakukan oleh Pemimpin Yang Sukses?
Sumber: The 8
th
Habit Stephen R. Covey
Pentingnya Urutan Peran
Keempat peran ini juga amat saling tergantung. Dari satu sisi, peran-peran ini tampaknya berurutan. Tetapi dari sisi lain, peran-peran ini dijalankan secara
bersamaan. Kedua sisi tersebut sama-sama benar. Peran-peran ini berurutan karena
167 | P a g e
kita harus bisa mendapatkan kepercayaan yang tumbuh dari kelayakan kita untuk dipercaya, sebelum kita benar-benar bisa berpindah ke peran-peran lain yang akan
membebaskan potensi alamiah manusia. Kendati demikian, peran-peran ini juga bekerja secara simultan jika dipandang dari sisi saat setelah terbentuknya sebuah
budaya berdasarkan kepemimpinan ini. Keempat proses atau peran ini tetap harus
diper-hatikan secara terus-menerus.
Stephen R. Covey menggambarkan pentingnya urutan dari keempat peran ini dengan cara membandingkannya dengan olahraga profesio-nal, yang seperti juga
dunia bisnis, merupakan ajang kompetisi yang amat sengit. Saat seorang pemain masuk ke sebuah sasana latihan profesional dengan kondisi tidak memenuhi syarat
tidak memiliki kekuatan otot dan daya tahan jantungnya tidak beres dia tidak akan bisa mengembangkan keahliannya secara maksimal. Dan jika dia tidak bisa
mengembangkan kemampuan itu, tidak mungkin dia bisa bermanfaat sebagai anggota tim dan menjadi bagian dari sebuah sistem pencetak kemenangan.
Dengan kata lain, pengembangan otot mendahului pengem-bangan keahlian, dan pengembangan keahlian mendahului pengembangan tim dan sistem. Tubuh
adalah sebuah sistem alamiah dan diatur oleh hukum-hukum alam. Perumpamaan olahraga amat tepat dan memberikan gambaran kuat yang bisa kita hubungkan
dengan bidang yang lebih luas yakni meningkatkan kapasitas dan menemukan suara kita. Pengembangan pribadi mendahului pengembangan hubungan yang saling
memercayai, dan hubungan yang saling memercayai adalah sebuah prasyarat mutlak untuk mengembangkan sebuah organisasi yang bercirikan kerja sama tim,
kontribusi, dan kerja sama dengan komunitas yang lebih luas. Sebagai contoh, misalkan seseorang tidak mampu memenuhi janji, bahkan
janji yang dibuat untuk dirinya sendiri —hidupnya tidak konsisten, tak beraturan, dan
tergantung pada suasana hatinya. Ada-kah cara baginya untuk membangun hubungan yang sehat dan penuh rasa saling percaya dengan orang lain?
Jawabannya sudah jelas. Dan jika kepercayaan dalam hubungannya dengan orang lain kurang, apakah dia akan memiliki dasar yang kuat untuk membangun sebuah
keluarga yang efektif atau tim dan organisasi yang bisa membuat kontribusi yang signifikan? Sekali lagi, jawabannya sudah jelas: tidak mungkin.
Persis seperti seorang anak tidak akan bisa berlari sebelum bisa berjalan atau tak bisa berjalan sebelum dia bisa merangkak, dan Anda juga tidak akan bisa
168 | P a g e
mengerjakan soal-soal kalkulus sebelum Anda memahami aljabar, dan Anda tidak akan bisa mengerjakan aljabar sebelum Anda memahami dasar-dasar matematika,
beberapa hal dasar yang diperlukan memang harus ada lebih dahulu sebelum yang lainnya bisa dilakukan. Setelah kita memahami pentingnya urutan ini, Anda akan
melihat mengapa, bahkan jika kedua hal ini saling tergantung, amat penting untuk pertama-tama membayar harga untuk berusaha menemukan suara pribadi Anda
sebelum mencoba mengembangkan keahlian dalam membangun hubungan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dan pemecahan masalah secara kreatif.
Kerja yang bersifat sinergis dalam hubungan-hubungan yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi seperti itu kemudian akan menjadi dasar untuk menciptakan
sebuah tim atau organisasi dari orang-orang yang saling bekerja sama —tim-tim yang
memiliki tujuan dan nilai-nilai yang sama, dan bersedia untuk memainkan peran mereka di dalam konteks tersebut. Dan yang paling akhir, individu, tim, dan
organisasi seperti itu kemudian bisa memperluas pengaruh mereka dengan melayani dan memenuhi kebutuhan dari pihak-pihak yang menjadi tanggung jawab mereka.
Penempatan layanan bagi orang lain sebagai hal yang lebih tinggi daripada diri sendiri memberikan makna pada ketiga level tersebut dan membawa kita ke Era
Kebijaksanaan, era kelima dari peradaban. Mungkin cara terbaik untuk menggambarkan betapa penting dan kuatnya
urutan ini adalah dengan cara yang sering saya berikan kepada para peserta yang saya ajar. Saya mengundang seorang pria yang tampak amat kuat dan sehat untuk
maju ke depan dan melakukan dua puluh kali push-up dengan punggung lurus. Jika dia benar-benar kuat dan selalu berlatih, dia akan bisa melakukan hal itu dengan
mudah. Tetapi hanya sedikit yang sanggup melakukannya; bahkan banyak orang yang tampak kuat dan sehat, tetapi tidak sanggup melakukan lebih dari lima atau
enam kali. Dengan mempergunakan analogi fisik ini, saya berpendapat bahwa sampai
seseorang bisa melakukan dua puluh kali push-up emosional pada tingkat pribadi, mereka tidak akan memiliki ke-kuatan atau kebebasan untuk melakukan tiga puluh
push-up emosional yang diperlukan untuk memenuhi tantangan dan tuntutan dari hubungan yang lebih luas. Dan sebelum mereka bisa melakukan lima puluh push-up
pada tingkat pribadi dan hubungan, mereka tidak akan mungkin bisa membangun
169 | P a g e
sebuah tim dan menghasilkan sebuah budaya organisasi dengan tingkat kepercayaan dan kinerja yang tinggi.
Dengan mengingat adanya urutan ini, kita sekarang berpindah dari pengembangan karakter yang diperlukan dalam menemukan suara kita sendiri,
menuju pengembangan keahlian dan pengembangan tim dan sistem yang diperlukan dalam upaya kita untuk mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka di
dalam organisasi
Latihan Soal-Soal
1. Apa yang dimaksud dengan Etika dan jelaskan fungsinya? 2. Jelaskan pengertian kepempimpinan menurut H.Koontz dan C. ODonnell
3. Apa yang dimaksud dengan Etika Kepempimpinan? 4. Untuk apa pemimpin harus mempunyai etika?
5. Sebutkan beberapa komponen dari etika kepemimpinan beserta pentingnya 6. Sebutkan prinsip-prinsip etika berorganisasi?
7. Jelaskan Bagaimana hubungan etika kepempimpinan dengan organisasi? 8. Etika kepemimpinan dapat diterapkan dengan baik apabila mendapat
dukungan penuh dari beberapa faktor yaitu? 9. Seorang pemimpin yang sukses apabila ia mampu menggerakkan sejumlah
orang dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk keperluan itu, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan beberapa hal, sebutkan?
10.
Apa yang dimaksud dengan pemimpin yang visioner?
170 | P a g e
BAB
ETIKA PELAYANAN PUBLIK _____________________________________________________
A. Pengertian Etika Pelayanan Publik