229 | P a g e
4. Law enforcement rendah terkait sikap permisif terhadap masyarakat terhadap segala sesuatu yang negatif;
5. Kondisi masyarakat yang hedonistik, materialistik dan menurunnya nilai nilai sosial yang pernah hidup;
6. Income per kapita yang sangat rendah penyebab korupsi by need. 7. Untuk lebih memahami keterkaitan antar sistem yang jelek sebagai unsur
penyebab dapat dilihat dari triangle theory Donald Cresey Examiner Manual:2006; kejahatan, kecurangan atau korupsi ditempat kerja disebabkan
oleh tiga hal : 8. Exposure atau problem yang dihadapai seseorang atau pegawai ada tekanan
yang tidak dapat didiskusikan dengan orang lain, seperti mempunyai utang dalam jumlah besar, berjudi, punya simpanan, pengaruh masyarakat yang
bersifat konsumerisme, atau mau balas dendam kepada pemilik perusahaan; 9. Opportunity atau peluang kesempatan, seperti memiliki ketrampilan yang
mendukung perbuatan curang, lemahnya pengawasan, prosedur yang tidak jelas, tiadanya sanksi yang memadai atas pelanggaran yang terjadi dan
sebagainya; 10. Rasionalisasi; persepsi yang memandang perbuatan curang atau korupsi
sebagai suatu perbuatan wajar, sikap permisif masyarakat, nampak dari ungkapan:
”ya wajar saja pegawai tersebut punya rumah kan sudah sekian tahun bekerja” tanpa dilihat dari mana sumber dana untuk membeli rumah.
Dampak atau Akibat Korupsi
Telah diuraikan diatas bahwa Indonesia tergolong negara yang tinggi tingkat korupsinya. Korupsi tidak semata-mata mengurangi dana yang masuk ke kas
negara, tetapi akibat yang ditimbulkan sangatlah mengerikan, yaitu: 1. Korupsi di Indonesia telah terjadi secara sistemik dan meluas sehingga tidak saja
merugikan keuangan negara, tetapi mengancam dan melanggar hak-hak sosial dan ekonomi secara luas, yang berdampak meningkatnya angka kemiskinan,
menyengsarakan rakyat, serta meningkatnya masalah sosial dan kriminalitas.
2. Bad system terkait dengan pengawasan di lingkungan birokrasi telah
memunculkan molekulisasi kekuasaan; yaitu unit unit kecil dalam organisasi yang memiliki kekuasaan tanpa dapat dikontrol oleh atasannya. Unit kecil ini dapat
230 | P a g e
melakukan apa saja yang merugikan masyarakat. Contohnya pemeriksa pajak, dia dapat memutuskan apa saja yang ditemui pada waktu pemeriksaan
berlangsung, demikian pula Polisi Lalu Lintas, dapat menentukan apa saja pada waktu melakukan tilang DR. Daniel Sparingga: 2007.
3. Bad system dan molekulisasi kekuasaan telah memunculkan berbagai peluang bagi aparatur untuk melakukan pungli, yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi
high cost economic; Ekonomi biaya tinggi pada gilirannya akan melemahkan kemampuan bersaing Indonesia competitiveness grrowth di lingkungan
Internasional DR Hermawan: 2007. 4. Belum diterapkannya prinsip Good Governance dapat meningkatkan terjadinya
tindak pidana korupsi, yang disisi lain akan dijadikan alasan oleh negara lain untuk menolak ekspor produk Indonesia.
5. Lingkungan korup berdampak berkurangnya kemampuan negara untuk mengumpulkan dana penerimaan negara bagi pembangunan yang
mengancam pembangunan infrasruktur, mengancam pembangunan dan supremasi hukum.
6. Rendahnya kualitas infrastruktur dan kualitas layanan publik, yang berdampak terhadap perlakuan yang tidak adil tehadap masyarakat yang termarjinalkan.
7. Korupsi mengancam sendi-sendi kehidupan demokrasi, karena pembangunan yang tidak merata.
8. Korupsi memungkinkan menjadi mata rantai berbagai kejahatan lain, misalnya penyelundupan, perdagangan obat narkotik, perdagangan manusia dll, seperti
dalam pengiriman TKI Wanita.
Kebijakan di Bidang Pencegahan
Titik berat upaya pencegahan korupsi adalah melalui: 1. Review dan rekomendasi perbaikan sistem atau yang lebih dikenal dengan
Reformasi Birokrasi. 2. Promosi penerapan prinsip-prinsip Good Governance.
3. Pendidikan anti korupsi. 4. Pemberdayaan masyarakat.
Beberapa kebijakan di bidang pencegahan adalah antara lain:
231 | P a g e
1. Mendorong segenap instansi dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran anti korupsi dan peran sertanya dalam pencegahan korupsi di lingkungan
masing-masing. 2. Melakukan deteksi untuk mengenali dan memprediksi kerawanan korupsi dan
potensi masalah penyebab korupsi secara periodik untuk disampaikan kepada instansi dan masyarakat yang bersangkutan.
3. Mendorong lembaga dan masyarakat untuk mengantisipasi kerawanan korupsi kegiatan pencegahan dan potensi masalah penyebab korupsi dengan
menangani hulu permasalahan di lingkungan masing-masing.
Prinsip Good Governance
Organization for Economic Co-operation and Development OECD atau UNDP, memberikan definisi governance terkait dengan langkah otoritas politik
sekaligus pengawasan dalam masyarakat terkait pengelolaan sumberdaya sosial dan pertumbuhan ekonomi. World Bank WB justru mendefinisikan governance
sebagai sikap di mana kekuasaan digunakan untuk mengelola sumber daya ekonomi dan sosial sebuah negara. Tahun 1994, WB menguraikan beberapa aspek penting
dalam terminologi governance. Pertama, terkait struktur rezim politik sebuah negara. Bagi WB, struktur ini sangat penting karena terkait pada sikap dan perilaku elite
politik pada sumber daya ekonomi dan sosial dikelola. Artinya, kesadaran dan mentalitas elite politik dalam struktur tersebut berperan besar dalam perubahan
kebijakan. Kedua, WB menekankan pada proses bagaimana sumber daya ekonomi dan sosial tersebut dikelola bagi kesejahteraan rakyat.
Pakar politik pembangunan Goran Hyden 1999 mengaitkan governance dengan aturan politik baik secara formal maupun informal. Di dalam governance
terdapat pula tolok ukur untuk melihat bagaimana kekuasaan dijalankan sekaligus upaya untuk meredam kebocoran anggaran.
Agar kebocoran itu tidak terjadi, ada yang berteori agar kalau perlu, demi terwujudnya GG, pemerintah mencontoh cara kerja perusahaan swasta yang bekerja
berdasar prinsip-prinsip efektivitas serta efisien. Berikut ini sepuluh prinsip Good Governance, antara lain:
1. Partisipasi. 2. Penegakan hukum.
232 | P a g e
3. Transparansi. 4. Kesetaraan.
5. Daya tanggap. 6. Wawasan ke depan.
7. Akuntabilitas. 8. Pengawasan.
9. Efesiensi Efektifitas. 10. Profesionalisme.
Tata pemerintahan yang baik, good governance, merupakan sesuatu yang penting dalam mewujudkan suatu keadaan yang ideal bagi negara. Good
governance adalah cara yang dapat digunakan oleh suatu negara untuk melaksanakan wewenangnya dalam menyediakan barang dan jasa publik. Tata
pemerintahan yang buruk akan membawa dampak yang sangat merugikan bagi suatu negara itu, misalnya pelayanan publik yang buruk, iklim investasi yang lemah,
dan korupsi. Oleh karena itu, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia, good governance sangat perlu diwujudkan oleh pemerintah demi menyejahterakan
seluruh rakyat Indonesia. Menurut dalam konteks perwujudan good governance pada pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, agenda yang seharusnya menjadi prioritas utama adalah mereformasi birokrasi yang ada di
Indonesia secara keseluruhan. Reformasi birokrasi sangat perlu untuk direalisasikan mengingat berbagai permasalahan yang telah melanda negeri ini, seperti korupsi
dan pelayanan publik yang buruk, disebabkan oleh birokrasi yang tidak berjalan dengan semestinya. Di dalam kehidupan birokrasi yang ada saat ini, terdapat hal-hal
yang membuat situasi menjadi kondusif untuk melakukan penyimpangan. Hal-hal tersebut antara lain adalah kurangnya transparansi dan pertanggungjawaban,
monopoli kekuasaan, dan inefisiensi dalam birokrasi yang bersifat mubazir. Pelaksanaan reformasi birokrasi secara menyeluruh itu, secara ringkas,
dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, antara lain adalah meningkatkan kinerja dari birokrasi sendiri dan memperbaiki tata pelayanan terhadap
publik. Birkorasi reformasi yang baik sesungguhnya meliputi tiga hal utama yang patut untuk dibenahi, yaitu aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek
sumber daya manusia SDM. Reformasi birokrasi yang telah dilakukan oleh
233 | P a g e
Departemen Keuangan merupakan contoh yang layak dari reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Namun dalam konteks pemerintahan
SBY-Boediono, yang direformasi adalah seluruh lembaga atau organisasi yag aktif dalam pemerintahan.
Pertama, dalam aspek kelembagaan atau organisasi, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mewujudkan perbaikan adalah dengan menjadikan semua
organisasi atau lembaga yang aktif dalam kegiatan pemerintahan menjadi sebuah lembaga atau organisasi yang mementingkan dan menekankan pada fungsi dan
berorientasi kepada pemangku kepentingan. Setiap lembaga dan organisasi harus membentuk unit kepatuhan internal dan membangun pusat pengaduan layanan
complaint center sehingga kerja dari suatu lembaga atau organisasi tetap dapat dikontrol dan diawasi. Selain itu, lembaga atau organisasi juga perlu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan mempercepat, mempermudah, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja dari lembaga atau organisasi
tersebut. Kedua, aspek ketatalaksanaan. Terkait dengan aspek yang pertama, patokan
tata cara pelaksanaan dari lembaga-lembaga tersebut adalah harus sederhana dan transparan, efisien dan efektif, akuntabel, serta memuat janji layanan, seperti
persyaratan, biaya, dan waktu. Dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, yang harus dilakukan adalah membangun sistem kontrol built in control
system, menerapkan sistem pemebritaan atau laporan yang otomatis dan terintegrasi automatic and integrated reporting system. selain itu juga dibutuhkan
fasilitas dan pemberlakuan UU keterbukaan informasi untuk memastikan adiministrasi lebih transparan, serta menerapkan manajemen resiko dan
pemantauan kerja melalui indikator kinerja utama. Ketiga, aspek manajemen SDM. Beberapa poin yang harus diperhatikan
demi mendapatkan sumber daya manusia yang baik lagi bersih antara lain adalah basis kompetensi, penerapan kode etik dan majelis kode etik, dan penerapan
indikator kinerja utama pada masing-masing SDM. Perbaikan sistem birokrasi dalam suatu lembaga, dalam aspek SDM ini, perlu juga diperhatikan persoalan gaji.
Meningkatkan jumlah gaji harus dibarengi dengan perbaikan rekrutmen, promosi, penempatan jabatan, serta pelatihan dan pendidikan yang baik demi mendapatkan
SDM yang berkualitas dan dapat memberikan hasil yang baik.
234 | P a g e
Setelah melakukan reformasi birokrasi secara menyeluruh, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk mentata kehidupan di segala area utama dalam
pemerintahan demi memaksimalkan tata pemerintahan yang baik tersebut. Pemberantasan korupsi lebih baik diprioritaskan di area-area yang rawan, seperti
bidang pendidikan dan kesehatan yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, memperbaiki serta memberantas segala penyimpangan di
sistem peradilan hakim, jaksa, dan polisi juga penting untuk langkah dan prakarsa anti korupsi berikutnya. Pengawasan dan pencegahan eksploitasi alam yang
berlebihan dan pengrusakan lingkungan juga menjadi perhatian utama bagi pemerintah agar tidak menjadi lahan yang subur bagi tindakan penyimpangan seperti
korupsi. Dengan diwujudkannya tata pemerintahan yang baik atau good governance
diharapkan dapat menyelesaikan segala akar permasalahan di bangsa ini serta mencegahnya kembali menjadi masalah yang meresahkan seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip Anti Korupsi
Prinsip-prinsip anti korupsi terdiri dari transparansi, akuntabilitas, kewajaran, aturan main, dan kontrol aturan main. Berikut merupakan penjelasan terkait dengan
prinsip-prinsip tersebut. 1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip politik demokrasi yang mengharuskan pejabat instansi pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka kepada
masyarakat external control. Akuntabilitas juga berarti penggunaan kriteria untuk mengukur kinerja pejabat publik dan mekanisme pengawasan untuk menjaga agar
standar tercapai. Akuntabilitas mengacu pada kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Akuntabilitas terdiri dari akuntabilitas legal, keuangan, birokratmanajerial, dan politik. Kenapa Perlu Akuntabilitas?
a. Untuk mencegah konsepsi yang salah tentang kepentingan publik karena pejabat pemerintah dan PNS tidak mewakili secara merata semua kolempok sosial,
ekonomi, dan budaya. b. Untuk mencegah praktek KKN berdasarkan kepentingan pribadi, kelompok atau
asing yang merugikan kepentingan masyarakatnasional.
235 | P a g e
Bagaimana mengukur akuntabilitas? a. Akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui Mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan semua kegiatan. b. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat
yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
2. Tranparansi Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses
kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan trust. Perlunya Keterlibatan masyarakat dalam proses transparansi:
a. Proses penganggaran yang bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian evaluasi terhadap
kinerja anggaran. b. Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan. Hal ini terkait pula
dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan anggaran pendapatan, dan alokasi anggaran anggaran belanja.
c. Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan pemungutan dana, mekanisme pengelolaan
proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial, dan pertanggungjawaban secara teknis.
d. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan yang berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah
proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri. e. Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan secara
terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap out put kerja-kerja pembangunan.
236 | P a g e
3. Kewajaran Prinsip kewajaran ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi
ketidakwajaran dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya.
Lima langkah penegakan prinsip kewajaran, yaitu: a Komprehensif dan disiplin yang berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas off budget.
b Fleksibilitas yaitu adanya kebijakan tertentu untuk efisiensi dan efektifitas. c Terprediksi yaitu ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for money
dan menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan. d Kejujuran yaitu adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang
disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness.
e Informatif, yaitu adanya sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan.
Sifat informatif merupakan ciri khas dari kejujuran. 4. Aturan main
Aturan main anti korupsi dibuat agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Aturan main anti korupsi tidak selalu identik
dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,
maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat
negara. Empat aspek aturan main anti korupsi, yaitu:
a. Isi aturan main. Aturan main anti korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-
unsur yang terkait dengan persoalan korupsi. b. Pembuat aturan main.
Kualitas isi aturan main tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
237 | P a g e
c. Pelaksana aturan main. Aturan main yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor
penegak aturan main, yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.
d. Kultur aturan main. Eksistensi sebuah aturan main terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap,
persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh kultur aturan main ini akan menentukan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan korupsi. 5. Kontrol Aturan main
Kontrol aturan main merupakan upaya agar aturan main yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.
Kontrol aturan main tersebut terdiri dari tiga model, yaitu: a. Partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap aturan main dengan ikut serta dalam
penyusunan dan pelaksanaannya. b. Oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif aturan main baru yang
dianggap lebih layak. c. Revolusi yaitu mengontrol dengan mengganti aturan main yang dianggap tidak
sesuai. Tiga model kontrol aturan main tersebut digunakan sesuai dengan sistem
yang dibangun dalam suatu pemerintahan. Misalnya, dalam sistem demokrasi yang sudah mapan established, model kontrol aturan main yang digunakan adalah
partisipasi dan oposisi.
Pendidikan Anti Korupsi
Untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang bersih, diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk
korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa.
Setidaknya, ada dua tujuan yang ingin dicacai dari pendidikan anti korupsi ini. Pertama untuk menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa.
238 | P a g e
Melalui pendidikan ini, diharapkan semangat anti korupsi akan mengalir di dalam darah setiap generasi dan tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga,
pekerjaan membangun bangsa yang terseok-seok karena adanya korupsi dimasa depan tidak ada terjadi lagi. Jika korupsi sudah diminimalisir, maka setiap pekerjaan
membangun bangsa akan maksimal. Tujuan kedua adalah, menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab lembaga penegak hukum
seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa.
Pola pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi termasuk sanksi yang akan
diterima kalau melakukan korupsi. Dengan begitu, akan tercipta generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi dan tahu akan sanksi yang
akan diterima jika melakukan korupsi. Sehingga, masyarakat akan mengawasi setiap tindak korupsi yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi moral bagi
koruptor. Gerakan bersama anti korupsi ini akan memberikan tekanan bagi penegak hukum dan dukungan moral bagi KPK sehingga lebih bersemangat dalam
menjalankan tugasnya. Tidak hanya itu, pendidikan anti korupsi yang dilaksanakan secara sistemik di
semua tingkat institusi pendidikan, diharapkan akan memperbaiki pola pikir bangsa tentang korupsi. Selama ini, sangat banyak kebiasaan-kebiasaan yang telah lama
diakui sebagai sebuah hal yang lumrah dan bukan korupsi. Termasuk hal-hal kecil. Misalnya, sering terlambat dalam mengikuti sebuah kegiatan, terlambat masuk
sekolah, kantor dan lain sebagainya. Menurut KPK, ini termasuk salah satu bentuk korupsi, korupsi waktu. Kebiasaan tidak disiplin terhadap waktu ini sudah menjadi
lumrah, sehingga perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat. Materi ini dapat diikutkan dalam pendidikan anti korupsi ini. Begitu juga dengan hal-hal sepele
lainnya. Contoh lain, kebiasaan tidak mau repot ketika melakukan pelanggaran aturan
lalu lintas. Ketika ditilang oleh polisi lalu lintas, banyak orang yang tanpa pikir panjang dan tidak mau repot untuk sidang di pengadilan. Sehingga secara tidak
langsung memberikan kesempatan kepada polisi untuk korupsi. Perbuatan ini banyak sekali ditemukan di jalan raya, dan cenderung menjadi lumrah. Sehingga
memang diperlukan edukasi bahwa perbuatan suap tersebut, termasuk korupsi yang
239 | P a g e
merugikan negara. Oleh karena itu, perlu pendidikan terpadu yang diselenggarakan di semua tingkatan institusi pendidikan.
Tahap Pelaksanaan Kurikulum pendidikan anti korupsi ini disusun seperti kurikulum mata
pelajaran yang lain dan diagendakan dalam kurikulum pendidikan nasional. Penyusunan kurikulum dimulai dari tujuan pembelajaran umum, khusus serta
indikator dan hasil belajar apa saja yang ingin dicapai setelah memperoleh pendidikan anti korupsi ini. Ada dua pilihan untuk menerapkan pendidikan anti
korupsi pada sekolah dan perguruan tinggi. Pertama, menambah satu mata pelajaran baru, pendidikan anti korupsi di sekolah-sekolah. Kedua, melakukan
integrasi pendidikan anti korupsi kedalam salah satu mata pelajaran yang ada. Mata pelajaran yang dipilih adalah mata pelajaran sosial seperti Pendidikan
Kewarganegaraan. Pilihan pertama, menambahkan mata pelajaran baru tentang pendidikan anti
korupsi dirasa kurang memungkinkan. Pada saat ini, siswa-siswa di sekolah telah dibebankan begitu banyak mata pelajaran. Ditambah lagi dengan pekerjaan rumah
PR setiap mata pelajaran. Maka, tidak memungkinkan jika menambah mata pelajaran baru. Dikhawatirkan, hasilnya tidak akan maksimal dan hanya sebatas
pengetahuan teori saja yang didapatkan oleh siswa. Sementara esensi dari pendidikan anti korupsi ini tidak didapatkan.
Untuk tahap awal, pendidikan anti korupsi ini bisa disisipkan dalam bentuk satu pokok bahasan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Waktu yang
dibutuhkan untuk satu pokok bahasan ini antara 8 sampai 9 jam. Atau sekitar 4 sampai 5 kali pertemuan.
Metoda pembelajaran yang digunakan dapat berupa ceramah, diskusi, simulasi, studi kasus dan metoda lain yang dianggap akan membantu tercapainya
tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Media yang dapat digunakan seperti tabel angka korupsi dan bahkan bisa digunakan media audiovisual seperti menonton video-video
yang berhubungan dengan korupsi. Melakukan studi pustaka tentang negara-negara maju yang hidup tanpa korupsi. Teori yang dipelajari pada pendidikan anti korupsi
tersebut dapat langsung dipraktekan dalam sebuah kegiatan nyata. Misalnya, nilai- nilai kejujuran yang menjadi aspek capaian utama dalam pendidikan anti korupsi
240 | P a g e
dapat dipraktekan dengan membangun sebuah warung kejujuran di sekolah yang bersangkutan.
Warung kejujuran adalah sebuah warung yang dikelola oleh siswa, dimana tidak ada penunggu warungnya. Semua transaksi berjalan dengan swalayan dan
kesadaran membayar berapa harga barang yang di beli. Tanpa ada yang mengawasi. Semua barang ditempeli label harga dan pembeli membayar dengan
sadar ke dalam sebuah kotak terbuka berisi uang. Jika uang yang dimasukan ke kotak perlu kembalian, maka si pembeli mengambil kembaliannya sendiri. Semua
transaksi berjalan tanpa pengawasan, hanya berbekal kejujuran. Warung ini akan melatih kejujuran, sebuah nilai kehidupan yang menjadi cikal bakal hidup terbebas
dari korupsi. Dengan adanya pendidikan anti korupsi ini, diharapkan akan lahir generasi
tanpa korupsi sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada
lingkungan sekolah yaitu pada semua elemen pendidikan, seperti kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Lingkungan sekolah akan menjadi pioneer bagi
pemberantasan korupsi dan akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.
Pendidikan Anti Korupsi dalam Keluarga
Walau telah dibentuk Undang-Undang Anti Korupsi kemudian berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang dikenal dengan nama KPK hingga
lahirnya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi atau Pengadilan Tipikor bahkan baru- baru ini dibentuk Satgas Mafia Hukum, namun sepertinya kasus Korupsi makin
marak di negeri ini. Korupsi seakan menjadi budaya yang telah mengakar dari generasi ke generasi hingga sulit untuk diberantas sampai ke akarnya namun bukan
berarti tidak bisa karena seperti cerita lama bahwa batu yang keras bisa berlubang karena tetesan air, itu artinya bahwa walaupun korupsi sulit dihilangkan namun kalau
terus menerus diberantas maka ia akan lenyap. Kosakata terus-menerus menjadi kunci dari sebuah keberhasilan pemberantasan korupsi karena kalau hanya sekedar
cari muka dalam memberantas korupsi maka sampai kapanpun korupsi tidak akan hilang.
241 | P a g e
Pemberantasan korupsi bisa dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu rumah kita sendiri. Kenapa harus rumah sendiri bukan dari diri sendiri ataupun juga
lingkungan yang lebih luas lagi. Karena biasanya korupsi terlahir karena didikan dari keluarga walaupun kita tidak menyadarinya. Banyak hal yang sebenarnya adalah
korupsi di keluarga kita namun terkadang dia lewat begitu saja karena menganggap itu adalah hal wajar. Kenapa wajar karena kebiasaan itu seperti sebuah tradisi yang
sulit dihilangkan. Misalnya, “Kamu dititipi ibumu uang untuk belanja di toko dan ternyata ada uang kembaliannya namun kamu malah membelanjakan uang
kembalian tersebut tanpa sepengetahuan ibumu.” Itu namanya sudah korupsi. Lalu dimana letak pembelajaran korupsinya, biasanya setelah sampai di rumah, kamu
akan bilang “Bu, tadi uang kembaliannya saya belikan” dan ibunya pun berkata “Tidak apa-apa, asal belanjaan sudah dibeli”. Kata-kata “Tidak apa-apa” menjadikan
kamu merasa hal itu biasa hingga akhirnya berlanjut ketika kamu sudah punya
jabatan, misalnya “Kamu disuruh beli semen yang terbaik namun malah membeli semen kualitas tidak baik karena kamu berpikir yang penting semennya sudah
dibeli.” Atau ketika sebelum atau sesudah ulangan terkadang orangtuamu mengajak
kamu ke tempat gurumu sambil membawakan bingkisan hadiah dengan harapan agar gurumu tadi memberikan nilai yang baik. Padahal itu juga merupakan bagian
dari korupsi. Karena bisa saja ditiru oleh anaknya suatu hari, semisal, “Ketika ingin
memenangkan sebuah tender proyek tertentu ia mengirimkan hadiah pada pihak yang punya wewenang penentuan tender tersebut.”
Hal-hal yang mungkin sepele seperti contoh diatas mungkin adalah hal biasa namun disitulah letak kesalahan kita. Seharusnya ketika anak kita, membelanjakan
uang tanpa sepengetahuan kita, ada baiknya kita beri nasehat dan jangan langsung membiarkannya begitu saja dan kalau itu diulangi nya kembali tak ada salahnya kita
memberinya hukuman sebagai bentuk pembelajaran padanya bahwa mengambil uang tanpa sepengetahuan yang punya itu dilarang. Kemudian juga, jangan
membiasakan datang ke tempat guru sebelum ataupun sehabis ulangan dengan membawa bingkisan hadiah karena hal itu akan memberikan contoh yang buruk
pada anak kita. Jadi untuk memotong akar dari korupsi ini bisa diawali dengan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan di rumah kita yang bisa menjadi contoh buruk
bagi anak kita suatu saat nanti.
242 | P a g e
Selain menghilangkan kebiasaan salah tersebut, ada baiknya kita juga memberikan pendidikan anti korupsi sejak dini namun tentu juga diimbangi dengan
pemberian contoh karena kalau hanya berkutat pada teori maka pendidikan anti korupsi hanya akan menjadi sebuah buku tanpa amal. Harus ada keseimbangan
antara teori dengan praktik nyata yang kita berikan. Pemberian contoh anti korupsi dalam kehidupan nyata biasanya akan lebih membekas dalam ingatan.
Pemberian contoh bisa dimulai dari dalam keluarga, misalnya berangkat kerja tepat waktu, tidak memakai kendaraan dinas untuk keperluan pribadi. Namun juga
dalam pendidikan anti korupsi hal yang perlu diperhatikan adalah hati karena bagaimanapun kalau hati sudah salah maka sulit memberikan jalan lurus karena itu
hindarilah makanan yang bersifat haram semisal makanan dari hasil korupsi karena kalau sudah pernah memakan hasil uang korupsi maka ia akan mendarah daging
dalam tubuh kita dan hanya tinggal masalah waktu saja kitapun bisa terjerumus juga dalam lingkaran hitam. Dan ketika kita sudah terjerumus, terus memberikan nafkah
serta makanan dari hasil korupsi maka istri dan anak kitapun bisa juga terjerumus dalam lingkaran itu. Sesuatu yang haram masuk ke dalam tubuh bisa mempengaruhi
kejiwaan walaupun ini tidak pernah ada penelitian namun itulah yang sering terjadi dimasyarakat. Ayahnya koruptor, anaknya juga.
Selain menjaga hati kita, keluarga kita juga perlu mendukung dalam hal anti korupsi karena kalau keluarga tidak mendukung maka biasanya akan sulit dilakukan.
Dukungan pertama itu harus ada dari istri karena bagaimanapun dibalik kesuksesan suami selalu ada istri. Ketika istri kita termasuk orang yang materialistis maka
biasanya tuntutan terhadap gaya hidup begitu tinggi yang akibatnya bila sang suami tak mampu memberikan, maka bisa saja ia mendorong suaminya untuk melakukan
korupsi hanya untuk memenuhi gaya hidup istrinya. Jadi, untuk membasmi korupsi tidak bisa ditebang dari atas namun dari
bawah yaitu keluarga. Penebangan itu bisa dilakukan dengan cara tidak membiasakan korupsi sejak dini atau memberikan contoh korupsi serta tentu adanya
pendidikan anti korupsi. Namun dari semua itu bisa dilakukan kalau hati kita kuat dan tegar dalam menghadapi godaan lingkungan yang mungkin banyak koruptornya dan
juga jangan memberikan makanan yang tidak halal kepada keluarga kita karena itu bisa mempengaruhi kejiwaan serta adanya dukungan keluarga karena
243 | P a g e
bagaimanapun keluargalah yang bisa mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan bertindak.
Implementasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi dalam Kehidupan Sehari-hari
Ada beberapa tindak nyata yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a. Upaya pencegahan preventif. b. Upaya penindakan kuratif.
c. Upaya edukasi masyarakatmahasiswa. d. Upaya edukasi LSM Lembaga Swadaya Masyarakat.
Upaya Pencegahan Preventif 1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis. 3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-
gung jawab yang tinggi. 4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua. 5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok. 8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya. Upaya Penindakan Kuratif
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK : 1. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD 2004.
244 | P a g e
2. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
3. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta 2004.
4. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-an negara Rp 10 milyar lebih 2004.
5. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI 2004.
6. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK 2005. 7. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta 2005.
8. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo. 9. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar 2004.
10. Kasus korupsi di KBRI Malaysia 2005. Upaya Edukasi MasyarakatMahasiswa
Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya pemberantasan korupsi. Dalam hal ini, masyarakat harus dididik agar:
1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.
2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh. 3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusatnasional. 4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya. 5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas. Upaya Edukasi LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
Indonesia Corruption Watch ICW adalah organisasi non-pemerintah yang meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan
terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-
245 | P a g e
hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng- hendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
Transparency International TI adalah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi
nirlaba se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan
Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi IPK In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia,
disu-sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah
2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola,
Nigeria, Haiti Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.
Faktor-faktor Keberhasilan Pemberantasan Korupsi
Pemberantasan korupsi dapat lebih baik dan berhasil jika didukung oleh faktor-faktor di bawah ini yaitu antara lain:
1. Political will; 2. Clean government;
3. Komitmen yang kuat dari Pemimpin dan Elit; 4. Profesional;
5. Dukungan media massa; 6. Dukungan masyarakat secara aktif.
Hambatan atau Kendala Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Hambatan-Hambatan yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi antara lain:
1. Kurangnya dana yang diinvestasikan pemerintah untuk program pemberantasan korupsi. Hal ini mengindikasikan rendahnya komitmen pemerintah terhadap
upaya pemberantasan korupsi dan bahwa selama ini pemberantasan korupsi belum menjadi prioritas utama kebijakan pemerintah, yang mencerminkan masih
lemahnya political will pemerintah bagi upaya pemberantasan korupsi. 2. Kurangnya bantuan yang diberikan oleh negara-negara donor bagi program
pemberantasan korupsi. Minimnya bantuan luar negeri ini merupakan cerminan
246 | P a g e
rendahnya tingkat kepercayaan negara-negara donor terhadap komitmen dan keseriusan pemerintah di dalam melakukan pemberantasan korupsi.
3. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman aparat-aparat penegak hukum dalam memberantas korupsi. Dan, berita buruk yang keempat adalah rendahnya
insentif dan gaji para pejabat publik. Insentif dan gaji yang rendah ini berpotensi mengancam profesionalisme, kapabilitas dan independensi hakim maupun
aparat-aparat penegak hukum lainnya, termasuk dalam konteks pemberantasan tindak pidana korupsi.
4. Terjadinya perdebatan tiada henti tentang posisi dan kedudukan hukum dari kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh pejabat negara. Beberapa
pihak berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh pejabat negara adalah dapat disentuh oleh hukum pidana, sehingga pejabat
negara yang korup adalah dapat digugat secara hukum, baik hukum pidana maupun perdata. Sedangkan, beberapa pihak yang lain berpendirian bahwa
kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh pejabat negara adalah tidak tersentuh oleh hukum, sehingga pejabat-pejabat negara yang korup tersebut
adalah tidak dapat digugat secara hukum, baik pidana maupun perdata. Sedangkan, beberapa pihak yang lain lagi berpendapat bahwa hukum
administrasi negara merupakan satu-satunya perangkat hukum yang dapat menyentuh kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh para pejabat
negara. Sayangnya, perdebatan tentang permasalahan tersebut cenderung berlarut-larut tanpa dapat memberikan solusi yang efektif bagi upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia. 5. Peraturan perundang-undangan yang menyangkut upaya pemberantasan
korupsi mempunyai beberapa kelemahan yang terletak pada substansi peraturan perundang-undangan, baik dari aspek isi maupun aspek teknik pelaksanaannya,
sehingga memungkinkan terjadinya ketimpangan dalam pemberantasan korupsi. Diantara kelemahan-kelemahan tersebut adalah:
a. Tidak jelasnya pembagian kewenangan antara jaksa, polisi dan KPK dan tidak adanya prinsip pembuktian terbalik dalam kasus korupsi.
b. Lemahnya dan tidak jelasnya mekanisme perlindungan saksi, sehingga seseorang yang dianggap mengetahui bahwa ada penyelewengan di bidang
keuangan tidak bersedia untuk dijadikan saksimemberikan kesaksian.
247 | P a g e
Hambatan yang kedua berkaitan dengan kurangnya transparansi lembaga eksekutif dan legislatif terhadap berbagai penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan negara. Mekanisme pemeriksaan terhadap pejabat –pejabat eksekutif
dan legislatif juga terkesan sangat birokratis, terutama apabila menyangkut izin pemeriksaan terhadap pejabat-pejabat yang terindikasi korupsi.
c. Iintegritas moral aparat penegak hukum serta ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang keberhasilan
mereka dalam
melakukan upaya
pemberantasan korupsi. d. Masalah kulturbudaya, dimana sebagian masyarakat telah memandang korupsi
sebagai sesuatu yang lazim dilakukan secara turun-temurun, disamping masih kuatnya budaya enggan untuk menerapkan budaya malu.
6. Kurangnya kewibawaan pemerintah. Kurangnya kewibawaan pemerintah dimana anggota masyarakat bisa bersifat
apatis terhadap segala anjuran-anjuran dan tindakan pemerintah.Sifat sifat yang demikian ini jelas bahwa ketahanan Nasional akan rapuh karena anggota
masyarakat merasa dirinya tidak ikut bertanggung jawab dalam keutuhan nasional atau negara. Dalam situasi masyarakat yang demikian ini akan dapat
dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik atau pihak ketiga lain yang tidak bertanggung jawab untuk merongrong kewibawaan pemerintah.
7. Kurangnya mental pejabat pemerintah. Sesuatu yang tidak bisa dipungkiri lagi ialah bahwa korupsi dapat merusak
mental para pejabat pemerintah. Segala sesuatu akan dilihat dari kacamata materi saja sehingga lupa akan tugasnya sebagai pejabat pemerintah. Sebagai
contoh mengenai seorang perwira menengah ABRI menjual rahasia pertahanan nasional bangsa ini kepada bangsa lain dalam hal ini kepada bangsa Rusia,
dengan kata lain kedudukannya, pengetahuannya dan jabatannya dia nilai dengan materi sehingga rahasia negara yang seharusnya dia pegang teguh
malah diuangkannya. Pejabat-pejabat yang bermental korupsi berpikir dalam hatinya mengenai apa yang bisa diambil negara dan bangsa ini. Berbeda dengan
apa yang dikatakan oleh J.F.Kennedy pada waktu penyumpahan beliau sebagai presiden USA “Don’t ask what your do for your country can do for you, but ask
your self what can you do for your country” yang terjemahannya sebagai berikut: “janganlah kau bertanya apa yang dapat diberikan oleh Negara kepadamu tetapi
248 | P a g e
tanyalah kepada dirimu apa yang dapat kau sumbangkan kepada negaramu”.
Pada negara ini, sebagaimana juga di negara-negara lain yang sedang berkembang ucapan J.F.Kennedy ini diputar balikan tanpa memikirkan kelanjutan
hidup dari pada bangsa dan negaranya. Sesuatu hal yang sangat berbahaya lagi adalah jika sampai generasi muda ini mencontoh sifat korupsi yang berjangkit
dalam masyarakat Indonesia sekarang. Jika hal ini bisa terjadi maka cita-cita untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang di cita-citakan bangsa ini
semakin jauh dan tipis harapan-harapan untuk tercapai. 8. Kurang tegasnya hukum.
Negara Indonesia adalah negara hukum dimana segala sesuatunya harus didasarkan kepada hukum jadi bukan berdasarkan pada kekuasaan oleh karenanya
terwujudnya tertib hukum merupakan suatu keharusan bagi kitasemua. Tanggung jawab akan hal ini bukan hanya terletak pada penegak hukum saja tetapi merupakan
tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Bahwa cita-cita terwujudnya tertib hukum tidak akan dapat dicapai jika korupsi meraja lela di kalangan penegak hukum,
sehingga hokum tidak dapat ditegakan terhadap penyelewengan atau pelaku-pelaku yang merong-rong ketertiban hukum itu. Dari kejadian-kejadian selama ini jelaslah
bahwa sebagian besar penegak hukum sudah bermental korupsi sehingga menurunkan wibawanya sebagai penegak hukum.seorang yang melakukan
perbuatan yang melanggar hukum akan tetap bahagia dan tertawa sepanjang para penegak hukum masih dapat disuap dan hukum dapat dilumpuhkan dengan
kekuatan uangnya. Artinya ia masih dapat membeli keadilan dan pengadilan bahkan penjara sekalipun dapat dibeli dengan kekuatan uang yang dimilikinya. Tidak
mengherankan bahwa timbul suara-suara sumbang dalam masyarakat yang mengatakan bahwa orang kaya atau pejabat kebal terhadap hukum. Keadilan dapat
debelokkan sesuai dengan seleranya sepanjang para penegak hukum tersebut masih dapat disuap. Hukum dan keadilan telah dapat diombang-ambingkan oleh
uang, sehingga berubah menurut selera si penyuap dan timbullah kepincangan- kepincangan dan keanehan-keanehan penegak hukum dalam masyarakat. Fakta-
fakta korupsi di atas menyebabkan pembangunan dan pembinaan hukum nasional akan terhambat. Mental dan karakter para pejabat penegak hukum merupakan faktor
utama bagi pembinaan hukum nasional dan masyarakat adil dan makmur.
249 | P a g e
BAB
ATURAN TENTANG ANTI KORUPSI
A. Peraturan Tentang Anti Korupsi