BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Pemalang, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan
selama 1 bulan yaitu pada bulan Mei-Juni tahun 2010.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat langsung di lapangan, yakni pada tebangan A di KPH Pemalang. Tebangan A
adalah tebangan habis biasa yang meliputi kawasan produktif menghasilkan dari kelas perusahaan yang ditebang habis, tebangan ini dibagi-bagi dalam jangka yang
berturut-turut menurut daur yang diterapkan. Data sekunder yang digunakan yaitu: 1.
Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan RPKH Kelas Perusahaan
Jati KPH Pemalang 2.
Laporan Tahunan KPH Pemalang 3.
Buku Standar Nasional Indonesia SNI Pengukuran dan Kualitas Jati 4.
Buku Rencana Teknik Tahunan RTT 5.
Daftar klem Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer,
dengan software microsoft excel, minitab, dan curve expert.
3.3 Metode
3.3.1 Penentuan Jumlah dan Pemilihan Pohon Contoh
Untuk menyusun model penduga volume pohon digunakan 100 pohon contoh dari jenis Jati Tectona grandis L.f yang terletak pada petak tebang blok
17A, Resort Pemangkuan Hutan RPH Sukowati, BKPH Sukowati. Agar mewakili kelas diameter, maka pohon-pohon contoh dipilih sedemikian rupa
sehingga setiap kelas diameter terwakili. Data pohon contoh tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu 67 pohon untuk tahap penyusunan model dan 33 pohon
untuk validasi model.
3.3.2 Pengukuran dan Pengumpulan Data
1. Melakukan Eksplorasi di BKPH Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan Bantarbolang KPH Pemalang. 2.
Penentuan diameter terkecil dan diameter terbesar di petak tebang. 3.
Melihat daftar klem BKPH Bantarbolang KPH Pemalang. 4.
Setelah menentukan diameter terkecil dan terbesar lalu dibuat kelas diameter.
5. Tiap kelas diameter minimal ada 5 pohon contoh 3 untuk penyusunan
dan 2 untuk validasi, tergantung pada daftar klem di lapangan. 6.
Interval dari kelas diameter adalah 5-10 cm. 7.
Menandai petak tebang dengan cara mendatangi pohon yang sesuai dengan kelas diameter yang telah ditentukan.
8. Mengukur diameter setinggi dada dbh pada saat pohon berdiri.
9. Penebangan pohon.
10. Penetapan diameter D sortimen
a. Diameter diukur pada bontos ujung terkecil tanpa kulit dengan
menggunakan pita diameter phi band. b.
Penentuan diameter pangkal dan diameter ujung. c.
Diameter kayu bundar jati dinyatakan dalam kelas diameter: untuk AI dan AII dalam kelipatan 3 cm dan AIII dalam kelipatan 1 cm.
11. Penetapan Panjang P
a. Panjang diukur pada jarak terpendek antara kedua bontos melalui
badan kayu. b.
Panjang diukur dalam kelipatan 10 cm untuk panjang sampai 10 m, dan kelipatan 50 cm untuk panjang lebih dari 10 m dengan
pembulatan ke bawah, baik untuk AI, AII, maupun AIII. 12.
Penentuan sortimen kayu bundar jati industri. Adapun sortimen kayu bundar jati industri adalah sebagai berikut:
a. Kayu Bundar Besar KBBAIII
1. Diameter 30 cm ke atas, panjang 0,40 m ke atas.
2. Untuk vinir Vi dibuat panjang 2,20-2,90 m, diutamakan
panjang 2,50-2,90 m. Sedangkan Vinir panjang 2,20-2,30 m dibuat atas dasar optimalisasi pembagian batang.
3. Untuk Hara H dibuat panjang 0,40 m ke atas, diutamakan
panjang 2,50-2,90 m dan dihindari pembuatan panjang 0,40- 0,60 m.
4. Untuk Lokal Industri IN dibuat panjang 0,70-2,90 m
diutamakan panjang 2,20-2,40 m. b.
Kayu Bundar Sedang KBSAII 1.
Diameter 22 cm, 25 cm, 28 cm, panjang 0,40 m ke atas, diarahkan pada panjang 2,00 m ke atas.
2. Untuk Hara H dibuat panjang 0,70-2,90 m, diutamakan
panjang 2,20-2,40 m. 3.
Untuk Lokal Industri IN dibuat panjang 0,70-2,90 m, diutamakan panjang 2,20-2,40.
c. Kayu Bundar Kecil KBKAI
1. Diameter 4 cm, panjang 2,00 m ke atas, diarahkan pada
panjang 2,50 m ke atas. 2.
Diameter 7 cm, panjang 1,50 m ke atas, diarahkan pada panjang 2,50 m ke atas.
3. Diameter 10 cm dan 13 cm, panjang 0,70 m ke atas, diarahkan
pada panjang 3,00 m ke atas. 4.
Diameter 16 cm dan 19 cm, panjang 0,40 m ke atas, diarahkan pada panjang 3,00 m ke atas.
d. Kayu Bahan Parket KBP merupakan pelarian, bila kayu tersebut
tidak dapat dibuat kayu pertukangan mutu terendah, dengan panjang 0,40-1,90 m dengan diameter 16 cm ke atas.
e. Kayu Bundar Limbah KBL kayu bakar dibuat dengan ukuran
sebagai berikut: 1.
Diameter 5-8 cm dan 9-15 cm, panjang 0,50 m. 2.
Diameter 2-4 cm, panjang 1,00 m.
f. Kayu Brongkol pada prinsipnya tidak diproduksi. Bila ada kayu
tidak menghasilkan kayu pertukangan Tolak uji atau kayu bakar dengan panjang kurang dari 1,00 m dapat diterima sebagai
sortimen kayu brongkol.
3.3.3 Analisis Data