Kegiatan Operasi Penangkapan Pole and Line

3. KKM Chief enginer : bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan di dalam kamar mesin dan mengawasi masinis dan olimen dalam pekerjaannya. 4. Masinis Ass. Enginer : membantu KKM 5. Olimen O iler : membantu KKM dan masinis dalam mengawasi mesin agar kapal dapat berjalan dengan baik dan lancar 6. Juru mudi : membantu nahkoda dan mualim dalam mengawasi kemudi selama pelayaran 7. Boy-boy : menjaga dan merawat umpan agar tetap dalam kondisi baik serta menaburkan umpan pada saat kegiatan penangkapan 8. Jur u masak cook : bertanggung jawab terhadap makan dan minum para ABK kapal selama pelayaran 9. Pemancing : memancing ikan, menangani hasil tangkapan selama di atas kapal dan mempersiapakan sarana produksi pada saat akan melakukan operasi penangkapan.

2.3 Kegiatan Operasi Penangkapan Pole and Line

Faktor yang sangat berperan penting dalam kegiatan operasi penangkapan cakalang dengan pole and line adalah ketersediaan umpan hidup. Awal kegiatan operasi penangkapan dimulai dari persiapan ABK untuk menyediakan perlengakapan kapal, alat dan sarana produksi lainnya serta perbekalan konsumsi pada pukul 18.00 - 19.00 WIT. Setelah itu kapal menuju lokasi penangkapan atau pengambilan umpan pada pukul 20.00 WIT. Umpan yang tersedia harus memadai dan mencukupi untuk penangkapan satu hari one day fishing. Setelah umpan tersedia kapal menuju daerah penangkapan rumpon pada pukul 04.00 – 05.00 WIT. Kapal tiba di lokasi rumpon pada pukul 06.00 WIT saat menjelang fajar. Pada saat itu nafsu makan ikan cakalang sangat baik sehingga operasi penangkapan selalu diusahakan pada waktu yang sama. Ketika di lokasi rumpon semua ABK telah siap pada tempatnya dan mengamati schooling ikan. Para pemancing dengan pole and line telah duduk di haluan kapal flyng deck dan plat form. Boy-boy telah siap untuk menebarkan umpan. Nakhodapun mendekati gerombolan ikan dengan menjalankan kapal secara perlahan dengan memperhatikan arah renang ikan dan arah angin. Kapal mendekati schooling ikan dari arah lambung dimana terdapat boy-boy. Umpan ditebarkan dan ikan cakalang mulai mengejar dan mendekati umpan yang berenang berbalik menuju kapal. Kapal diusahakan memotong arah renang ikan hingga berada di bagian depan ikan agar ikan dapat melihat umpan yang ditebarkan dan mendekati kapal. Bersamaan dengan itu water sprayer dijalankan untuk mengaburkan pandangan ikan terhadap mata pancing maupun pemancing. Proses penangkapan dimulai setelah ikan cakalang telah banyak bergerombol mendekati kapal. Para pemancing dengan cekatan dan cepat melakukan pemancingan dengan sistem banting. Sistem ini biasanya dipakai jika pemancingnya telah berpengalaman. Ikan hasil tangkapan disentak hingga terpelanting jatuh pada bagian dek kapal. Diusahakan agar ikan tidak kembali jatuh ke dalam air karena dengan jatuhnya ik an yang telah ditangkap akan menyebabkan gerombolan ikan lainnya akan segera menjauh dan meninggalkan kapal ataupun berenang ke arah yang lebih dalam. Selain itu ada beberapa pemancing yang melakukan pemancingan pada bagian buritan kapal dengan sistem dijepit. Biasanya sistem ini diberlakukan bagi pemancing pemula. Setelah 30 menit sampai 1 jam pemancingan dilakukan, schooling cakalang semakin sedikit bahkan menjauh meninggalkan kapal. Nakhoda kembali menjalankan kapalnya menuju rumpon berikutnya untuk melakukan penangkapan selanjutnya. Para ABK kapal lainnya mulai menyortir dan membersihkan ikan hasil tangkapan dan menyusunnya ke dalam palkah. Perjalanan menuju rumpon berikutnya membutuhkan waktu satu sampai dua jam. Umumnya penangkapan dilakukan hingga sore hari pada pukul 16.00 WIT sampai pukul 17.00 WIT. Kapal kembali ke fishing base dan tiba pada pukul 19.00 WIT. Hasil tangkapan dibongkar dan ABK kembali mempersiapakn diri untuk melakukan operasi penangkapan selanjutnya. Gambar kegiatan Operasi penangkapan dapat dilihat pada Lampiran 16 . 2.4 Perikanan Cakalang Kegiatan penangkapan ikan tuna cakalang, madidihang dan tuna lainnya telah berkembang di perairan Indonesia, khususnya Perairan Timur Indonesia sejak awal tahun 1970-an Wild and Hampton 1994. Pe nangkapan dilakukan dengan menggunakan huhate pole and line , pancing tonda trolling, pancing hand line, pukat cincin purse seine dan lain- lain. Untuk penangkapan ikan cakalang di perairan utara Irian Jaya, penangkapan dengan huhate dioperasikan oleh perusahaan perikanan sedangkan lainnya dioperasikan oleh perikanan rakyat Kusumastanto 1984. Berdasarkan skala usaha, perikanan cakalang dapat dikelompokan menjadi perikanan rakyat dan perikanan industri. Perikanan rakyat umumnya mempunyai skala usaha kecil, sarana dan prasarana penangkapan yang terbatas. Hal ini terutama disebabkan karena modal usaha yang dimiliki terbatas. Kegiatan penangkapan ikan dalam perikanan rakyat umumnya dilakukan secara tradisional. Dengan kondisi tersebut di atas, maka produksi yang diperoleh relatif renda h, daya penangkapan dan pemasaran sangat terbatas Monintja et al. 2001. Perikanan industri pada umumnya memiliki modal usaha yang lebih besar, sarana dan prasarana lebih lengkap. Akibatnya produksi per upaya penangkapan lebih besar dibandingkan dengan perikanan rakyat. Dengan kondisi sarana yang lebih lengkap, mutu hasil tangkapan akan lebih baik dan dapat memenuhi persyaratan yang diminta oleh pasar termasuk pasar eksport. Dengan demikian perikanan industri ini diharapkan dapat mengemban misi negara yang secara aktif ikut membangun perekonomian nasional, meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat PT Usaha Mina 2000, diacu dalam Simbolon 2003 2.5 Penyebaran Cakalang Penyebaran ikan cakalang dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu penyebaran horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran vertikal atau penyebaran menurut ke dalaman perairan Nakamura 1969. Selanjutnya Uktolseja 1987 , menerangkan bahwa sediaan cakalang di wilayah perairan Kawasan Indonesia Timur KTI tersedia sepanjang tahun terutama di Laut Maluku, Laut Banda, Laut Seram dan Laut Sulawesi. Populasi cakalang yang dijumpai di perairan Indonesia bagian Timur sebagian besar berasal dari Samudera Pasifik yang memasuki perairan ini mengikuti arus. Perairan Indonesia secara geografis, terletak antara Samudera Pasifik dan Samudra Hindia, oleh karena itu sebagian besar jenis ikan di kedua samudera itu juga terdapat di Indonesia. Stok yang terdapat di perairan KTI diduga berasal dari Samudera Pasifik bagian barat yang beruaya dari sebelah timur Philiphina dan sebelah utara Papua Nugini. Ikan tersebut selanjutnya beruaya ke perairan KTI dari Samudera Pasifik bagian barat yaitu ke Perairan Zamboanga dan sebelah utara Papua Nugini Suhendrata 1987, diacu dalam Simbolon 2003. 2.6 Musim dan Daerah Penangkapan Cakalang di Indonesia Musim penangkapan cakalang di perairan Indonesia bervariasi dan belum tentu sama d iantara satu perairan dengan perairan yang lain. Nikujuluw 1986, menyatakan bahwa penangkapan cakalang dan tuna di perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Selanjutnya Monintja et al. 2001, membagi puncak musim penangkapan cakalang menurut wilayah perairan yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 . Puncak musim penangkapan cakalang menurut wilayah perairan Wilayah Perairan Puncak Musim Sulawesi Utara – Tengah Halmahera Maluku Irian Jaya Pelabuhan Ratu Padang Aceh Maret sd Mei; Agustus sd Nopember; April sd Juni September sd Oktober; Pebruari sd April September sd Desember Pebruari sd Juni; Agustus sd Desember Agustus sd September Maret sd Mei Belum diperoleh informasi Sumber : Monintja et al. 2001 Paulus 1987, menyatakan bahwa dalam memilih dan menentukan daerah penangkapan, harus memenuhi syarat-syarat antara lain : 1 Kondisi daerah tersebut harus sedemikian rupa sehingga ikan dengan mudah datang dan berkumpul dalam gerombolan, 2 daerahnya aman dan alat tangkap mudah dioperasikan, 3 daerah tersebut harus daerah yang secara ekonomis menguntungkan. Potensi cakalang di Indonesia sebagaian besar terdapat di daerah perairan kawasan timur Indonesia. Daerah penangkapan yang potensial bagi ikan tersebut di KTI terdapat di perairan Sulawesi Utara, Halmahera, Maluku dan Irian Jaya dengan basis penangkapan masing- masing di Bitung, Ternate, Ambon dan Sorong. Wilayah yang memiliki potensi cakalang di kawasan barat Indonesia terdapat di perairan selatan Jawa Barat Pelabuhan Ratu, Sumatera Barat dan Aceh Monintja et al. 2001

2.7 Unit Penangkapan Pole and line Huhate