2.
Hipersomnia Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau
9 jam per periode 24 jam, dengan keluhan tidur yang berlebihan. Penyebab hipersomnia ini masih bersifat
spekulatif tetapi
dapat berhubungan
dengan ketidakaktifan, gaya hidup yang membosankan, ataupun
depresi. Lansia dengan hipersomnia dapat menunjukkan kantuk di siang hari. Keluhan tentang keletihan,
kelemahan, dan kesulitan mengingat juga merupakan hal yang seringkali terjadi stanley Beare, 2006.
3.
Apnea Tidur Apnea tidur sleep apnea adalah berhentinya
persapasan selama tidur. Gangguan ini didefinisikan dengan adanya tanda gejala, yaitu mendengur,
berhentinya pernapasan minimal 10 detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Lansia dengan
apnea tidur dapat mengalami henti napas maksimal sebanyak 300 kali dengan episode apnea dapat berakhir
dari 10 sampai 90 detik.
B. INSOMNIA
1. Pengertian Insomnia
Susilo dan Wulandari 2011 menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama
tidur malam hari dan merasa tidak cukup atau meraskan kualitas tidur
yang buruk, walaupun mempunyai kesempatan tidur yang cukup ini akan mengakibatkan perasan tidak bugar setelah bangun dari tidur.
Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi
merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi
kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas Asmadi, 2008.
2. Etiologi Insomnia
Menurut Potter Perry 2006 penyebab insomnia mencakup:
a.
Faktor psikologi Lanjut usia sering mengalami kehilangan yang mengarah
pada stress emosional. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak
tidur. Stress juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu
banyak tidur. Stress yang berlanjut akan menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.
b. Penyakit fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi, penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode
nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang teratur. Sehingga seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering,
nokturia atau berkemih pada malam hari, dan lansia yang mempunyai sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada saat
sebelum tidur mereka mengalami berulang kali kambuh gerakan berirama pada kaki dan tungkai.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bising, tempat tidur yang kurang nyaman, tingkat cahaya dan suhu yang terlalu ekstrim dapat menjadi faktor
penyebab susah tidur. d.
Gaya hidup Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja
yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur. e.
Pengobatan medis Banyak sekali obat-obat yang membuat susah tidur. Obat-
obatan tersebut menyebabkan insomnia ketika dikonsumsi mendekati waktu tidur atau ketika dosisya ditingkatkan. Beberapa
obat yang dapat menyebabkan insomnia antara lain: antidepresan, dopamine agonis beberapa pengobatan pada parkinson,
psikostimultan, amfetamin,
antikonvulsan, obat
demam, dekongestan,
efedrin dan
pseudoefedrin, kortison,
dan adrenokortikotropin, beta agonis, teofilin, pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah, lipid dan agaen penurun kolestrol, diuretik, kafein, niasin, antibiotik quinolone, dan
agen antineoplastik.
Menurut Rafknowledge 2004 faktor-faktor penyebab insomnia yaitu:
a. Stres atau kecemasan, seseorang didera kegelisahan yang
dalam. Biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.
b. Depresi, selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa
menimbulkan keinginan tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa
menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.
c. Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea,
diabetes, sakit ginjal, artritis, atau penyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.
d. Efek samping pengobatan, pengebotan untuk suatu penyakit
juga dapat penyebab insomnia. e.
Pola makan yang buruk, mengonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur bisa menyulitkan seseorang jatuh tidur.
f. Kafein, nikotin, dan alkohol, kafein dan nikotin adalah zat
stimulan. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur. g.
Kurang berolahraga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.
Ada empat penyebab insomnia menurut Junaidi 2007, yaitu: a.
Predisposisi psikologis dan biologis Kedua faktor tersebut kadangkala menyatu menjadi bentuk
psikosomtis, yakni persoalan psikologis berdampak terhadap
biologis dan sebaliknya. psiko = kejiwaan; soma = dinding, tubuh. Misalnya bagi seseorang yang jantungnya mudah
berdebar-debar lebih cepat dan suhu tubuhnya lebih hangat dari biasanya maka berkecenderungan untuk susah tidur. Jika
tertidur maka akan sentitif untuk bangun. Di samping itu, sejumlah penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus gangguan
insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid. Aspek psikis dan biologis ini berkombinasi membentuk
ikatan yang saling memengaruhi. Jika orang memiliki masalah dengan tubuh seperti mengidap suatu penyakit, menderita luka
dibagian-bagian tubuh yang sangat penting, di wajah misalnya, kendati tidak serius seseorang pasti gelisah memikirkan
pengaruh luka tersebut bagi ketampanan atau kecantikan. Kecemasan ini dapat mengacaukan ketenangan yang berakibat
pada susah tidur. Demikian juga jika seseorang memiliki masalah psikis yang
menyita perhatian, seperti tekanan pekerjaan yang kunjung usai, masa depan yang tidak jelas, serta sejumlah masalah
keluarga yang menimbulkan kegelisahan. Pikiran seseorang akan membuat syaraf terus menegang sehingga orang pun susah
tidur. Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran
utama terhadap kecenderungan insomnia. Hal ini disebabkan oleh ketengangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang
kemudian memengaruhi sistem saraf pusat sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Misalnya ketika seseorang sedang
memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah
diajak kompromi untuk tidur. Di sisi faktor kecemasan ketegangan, dan ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan
insomnia. Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan insomnia
adalah kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah, dan perasaam cemas atau stres sebagai antisipasi terhadap peristiwa-peristiwa
yang akan datang. Insomnia dapat terjadi sebagai reaksi simtom yang sederhana atau mungkin berkaitan dengan kondisi-kondisi
psikiatrik lain, seperti reaksi kecemasan kecemasan neurosis, depresi, dan mania. Dalam hala-hal seperti itu kekuatan
insomnia akan berhubungan dengan gangguan emosi yang berat Semiun, 2006.
b. Penggunaan obat-obatan dan alkohol
Banyak orang yang menganggap bahwa obat-obatan tidak mungkin membuat mereka kesulitan untuk tidur. Justru
sebaliknya, sebagian besar dari obat-obatan tersebut bisa menyebabkan kantuk. Makanya, nyaris semua iklan obat-
obatan ringan yang dijual bebas di pasaran menyertakan pemberitahuan bahwa obat tersebut tidak menyebabkan kantuk.
Akibatnya, tidak sedikit orang yang mengonsumsi obat-obatan tersebut sebelum tidur.
Sejumlah obat memang mengandung zat yang bisa melemaskan syaraf dan membuat orang mengantuk. Tapi tidak
semuanya. Ada obat-obatan tertentu yang malah merangsang syaraf-syaraf otak sehingga menunda kantuk. Misalnya adalah
obat diet dan obat untuk menghilangkan tersumbatnya hidung decongestant. Bahkan tidak sedikit obat flu yang dijual di
pasaran mengandung phenylpropanolamine atau perangsang lain yang justru membuat seseorang tetap terjaga.
Sementara itu, alkohol awalnya memang menyebabkan kantuk, namun dapat menganggu tidur. Mengonsumsi minuman
beralkohol malam hari dapat merangsang tubuh melakukan metabolisme sehingga mengalami kesulitan tidur. Disamping
itu, alkohol menguras vitamin B yang mendukung sistem saraf sehingga kalaupun mengantuk, seseorang takkan dapat tidur
dengan nyenyak. c.
Lingkungan yang mengganggu Yang dimaksud lingkungan di sini mencakup dua hal :
1. Lingkungan tempat tinggal.
Bagaimana masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan yang tenang dan tenteram, lingkunga tidak pernah
jadi masalah serius yang bisa mengganggu kenikmatan beristirahat. Pasalnya, ketika matahari terbenam, nyaris
enua aktivitas di desa terhenti. Dengan demikian, suara hiruk-pikuk serta bisingnya suara kendaraan bermotor juga
sanagt minim. 2.
Situasi di dalam rumah. Tinggal dirumah yang luas dengan ruangan tidur
privat tentu snagat berbeda dengan mendiami ruamh sempit yang dihuni oleh banyak orang, sehingga tidak menyisakan
ruang tidur yang benar-benar nyaman. Ruang untuk menonton TV yang berdekatan dengan kamar tidur juga
merupakan faktor yang sangat mengganggu untuk bisa cepat tidur. Lebih-lebih jika salah satu anggota keluarga
merupakan pencadu televisi yang tidak mau mengerti bahwa suara televisi yang tidak mau mengerti bahawa suar
televisi menimbulkan rasa penasaran sehingga pikiran seseorang tidak bisa tenag dan tidur tidak nyaman.
Selain situasi lingkungan, suhu juga salah satu faktor penyebab gangguan tidur. Banyak orang yang tidak
bisa tidur pada suhu yang terlalu ekstrem. Orang yang biasa tinggal di daerah panas, takkan bisa tidur pulas di daerah
yang suhunya sangat dingin. Demikian juga sebaliknya. d.
Kebiasaan buruk Pecandu rokok dan penikmat kopi, berarti kedua hal
tersebut bias dikategorikan sebagai kebiasaan buruk yang menyebabkan seseorang sulit tidur.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,
tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Asmadi, 2008.
Menurut Maryam 2008, penyebab insomnia pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga
mereka masih semangat sepenjang malam. 2.
Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari 3.
Gangguan cemas dan depresi 4.
Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman. 5.
Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari.
6. Infeksi saluran kamih.
Menurut Sudarno 2009, resiko yang mungkin terjadi bagi orang yang mengalami insomnia:
a. Stres yang tingkatannya relatif
b. Kesehatan fisiknya menurun
c. Sering bicara ngelantur ngaco
3. Gejala Insomnia