1
BAB I PE NDAH ULUAN
A. Latar Belakang
Menua adalah proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik serta penurunan fungsi organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan
perubahan emosi secara psikologis dan kemunduran kognitif. Hal-hal lain yang juga sering muncul pada lansia seperti kecemasan yang berlebihan, kepercayaan
diri menurun, insomnia, semuanya saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah gangguan tidur pada lansia
Setyaningtyas, 2014.
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia mencakup ketidakmampuan untuk
tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk melanjutkan tidur, serta terbangun lebih awal Stanley Beare, 2006. Seseorang dapat dikategorikan
menderita insomnia apabila mengalami kesulitan untuk masuk tidur atau kesulitan untuk mempertahankan tidur Durand Barlow, 2006. Insomnia
juga bisa dikatakan sebagai gangguan tidur yang membuat penderita merasa
belum cukup tidur pada saat terbangun Kurnia, 2015.
Menurut World Health Organization WHO di Amerika Serikat lansia yang mengalami gangguan tidur pertahun sekitar 100 juta orang. Insomnia
merupakan gangguan tidur yang sering di temukan. Setiap tahun diperkirakan
sekitar 20-50 orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 mengalami gangguan tidur serius. Prevalensi gangguan tidur lansia
diantaranya yaitu sekitar 67 pada tahun 2010 Utami, 2015. Pada usia lanjut 40 tahun di jumpai 7 kasus yang mengeluh masalah tidur hanya tidur tidak
lebih lima jam perhari. Masalah yang sama juga di jumpai pada kelompok usia 70 tahun sebanyak 22. Kelompok usia lanjut ini sering terbangun lebih awal,
dan terdapat 30 usia 70 tahun terbangun pada malam hari.
Menurut National Institute of Health America, jumlah penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh lansia, dimana satu dari empat pada usia 60
tahun atau lebih mengalami sulit tidur yang serius dengan lama waktu tidur dari empat jam. Gangguan tidur menyerang 50 lansia yang tinggal di rumah dan
66 lansia yang tinggal di fasilitas jangka panjang, misalnya panti sosial. Busko dan vega 2008 dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa
prevalensi insomnia sekitar 10-17 terjadi pada lansia yang tinggal di komunitas Fitriani, 2014. Hasil survei epidemiologi 2008, di dapatkan
bahwa prevalensi kejadian insomnia pada lansia di Indonesia sekitar 49 atau 9,3 juta lansia. Di pulau Jawa dan Bali prevalensi insomnia juga cukup tinggi
sekitar 44 dari jumlah total lansia sebanyak 18,96 juta orang Dinkes 2008.
Insomnia disebabkan beberapa faktor, yaitu psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu serta
kebiasaan buruk, juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Faktor psikologis memegang peranan utam tehadap kecenderungan insomnia wibowo, 2009.
Kondisi ini dapat di akibatkan oleh banyak gangguan fisik, misalnya batuk, rasa nyeri rematik,keseleo,encok, migrain, restless legs, dan sebagainya atau sesak
napas asma,bronkitis. Insomnia juga dapat disebabkan oleh penggunaan alkohol berlebihan dan terutama kafein yang terdapat dalam kopi,teh, coklat dan
minuman kola. Juga beberapa jenis obat bisa mengganggu fisiologi tidur, misalnya analgesik yang mengandung kofein, anoreksansia,glukokortkoida,
agonis dopamin, beta-blockers dan beberapa obat psikotropik fluoksetin,
risperidon,sindrom penarikan benzodiazepin Tjay, 2007.
Masalah yang muncul pada lansia yang mengalami insomnia yaitu kesulitaan untuk tidur, sering terbangun lebih awal, sakit kepala di siang hari,
kesulitan berkonsentrasi, dan mudah marah. Dampak yang lebih luas akan terlihat depresi, insomnia juga berkontribusi pada saat mengerjakan pekerjaan
rumah maupun berkendara, serta aktivitas sehari-hari dapat terganggu Rafiudin, 2004. Jika lansia kurang tidur yaitu perasaan bingung, curiga,
hilangnya produktivitas kerja, serta menurunya imunitas. Kurang tidur menyebabkan masalah pada kualitas hidup lansia, memperburuk penyakit yang
mendasarinya, mengubah
perilaku, suasana
hati menjadi
negatif, mengakibatkan kecelakaan, seperti terjatuh, serta kecelakaan dalam rumah
tangga. Insomnia juga dapat meyebabkan kematian pada lansia Fitriani,2014.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan tanggal 08 November 2015 dengan
melakukan observasi dan wawancara pada lansia sebanyak lima belas orang. Dari lima belas orang terdapat empat belas orang lansia tidak mengetahui
tentang insomnia atau gangguan tidur. Sedangkan hasil wawancara dari sepuluh orang lansia, didapatkan pengetahuan tentang penanganan insomnia masih
kurang tepat, dibuktikan dengan hasil wawancara yaitu tujuh orang mengatakan
penanganan sering dilakukan yaitu dengan cara minum kopi, merokok, nonton tv dan duduk sedangkan tiga orang didapatkan pengetahuan tentang penanganan
insomia dengan tepat, dapat dibuktikan yaitu dengan cara tidur seperti
membaca buku sebelum tidur, makan sebelum tidur dan olahraga.
Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh insomnia, fenomena penanganan yang salah akibat insomnia, dan studi pendahuluan yang dilakukan
pada daerah tersebut serta belum ditemukannya penelitian terkait hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang “Gambaran
Pengetahuan lansia tentang insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 0
3 Margaguna Jakarta Selatan”.
B. Rumusan Masalah