spektrum imunologi kusta bersifat dinamik unstable yang bergerak diantara ke dua kutub.
21,22
Gambar 2.1 Karakteristik klinis dan spektrum imunologi kusta
Dikutip dari kepustakaan 23
2.1.7 Reaksi kusta
Reaksi kusta adalah suatu episode akut di dalam perjalanan klinik penyakit kusta yang ditandai dengan terjadinya reaksi radang akut neuritis yang kadang-
kadang disertai dengan gejala sistemik. Reaksi kusta dapat merugikan pasien kusta, oleh karena dapat menyebabkan kerusakan syaraf tepi terutama gangguan fungsi
sensorik anestesi sehingga dapat menimbulkan kecacatan pada pasien kusta. Reaksi
kusta dapat terjadi sebelum mendapat pengobatan, pada saat pengobatan, maupun
Universitas Sumatera Utara
sesudah pengobatan, namun reakis kusta paling sering terjadi pada 6 bulan sampai satu tahun sesudah dimulainya pengobatan.
Reaksi kusta dapat dibagi atas dua kelompok yaitu: 1. Reaksi kusta tipe 1 Reaksi Reversal= RR
Reaksi imunologik yang sesuai adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV dari Coomb Gel Delayed Type Hypersensitivity Reaction. Reaksi kusta tipe 1
terutama terjadi pada kusta tipe borderline BT, BB, BL dan biasanya terjadi dalam 6 bulan pertama ataupun sedang mendapat pengobatan. Pada reaksi ini terjadi
peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman kusta dikulit dan syaraf pada pasien kusta. Hal ini berkaitan dengan terurainya M.leprae yang mati
akibat pengobatan yang diberikan. Antigen yang berasal dari basil yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit
T disertai perubahan imunitas selular yang cepat. Dasar reaksi kusta tipe 1 adalah adanya perubahan keseimbangan antara imunitas selular dan basil. Diduga kerusakan
jaringan terjadi akibat langsung reaksi hipersensitivitas seluler terhadap antigen basil.
24
Pada saat terjadi reaksi, beberapa penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan ekspresi sitokin pro-inflamasi seperti TNF-
α, IL-1b, IL-6, IFN-γ dan IL- 12 dan sitokin immunoregulatory seperti TGF-
β dan IL-10 selama terjadi aktivasi dari makrofag. Aktivasi CD4
+
limfosit Th-1 menyebabkan produksi IL-2 dan IFN- γ
meningkat sehingga dapat terjadi lymphocytic infiltration pada kulit dan syaraf. IFN γ
Universitas Sumatera Utara
dan TNF- α bertanggung jawab terhadap terjadinya edema, inflamasi yang
menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan yang cepat.
25
Tabel 2.2 Gambaran reaksi kusta tipe 1 Organ yang
diserang Reaksi ringan
Reaksi berat
Kulit Lesi kulit yang telah ada
menjadi lebih eritematosa Lesi yang telah ada menjadi
eritematosa Timbul lesi baru yang kadang-
kadang disertai panas dan malaise Syaraf tepi
Membesar, tidak ada nyeri tekan syaraf dan gangguan
fungsi Berlangsung kurang dari 6
minggu Membesar, nyeri tekan dan
gangguan fungsi. Berlangsung lebih dari 6 minggu
Kulit dan syaraf
Lesi yang telah ada akan menjadi lebih eritematosa, nyeri
pada syaraf Berlangsung kurang dari 6
minggu Lesi kulit yang eritematosa
disertai ulserasi atau edema pada tangankaki
Syaraf membesar, nyeri dan fungsinya terganggu
Berlangsung lebih dari 6 minggu
Dikutip dari kepustakaan 26
Universitas Sumatera Utara
2. Reaksi tipe 2 Reaksi Eritema Nodosum Leprosum=ENL Reaksi kusta tipe 2 terutama terjadi pada kusta tipe lepromatous BL, LL.
Diperkirakan 50 pasien kusta tipe LL Dan 25 pasien kusta tipe BL mengalami episode ENL.
Umumnya terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy MDT.
ENL diduga merupakan manifestasi pengendapan kompleks antigen antibodi pada pembuluh darah. Termasuk reaksi hipersensitivitas tipe III menurut Coomb Gel.
Pada pengobatan, banyak basil kusta yang mati dan hancur, sehingga banyak antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan antibodi IgG, IgM dan komplemen C3
membentuk kompleks imun yang terus beredar dalam sirkulasi darah dan akhirnya akan di endapkan dalam berbagai organ sehingga mengaktifkan sistem komplemen
Berbagai macam enzim dan bahan toksik yang menimbulkan destruksi jaringan akan dilepaskan oleh netrofil akibat dari aktivasi komplemen.
Pada ENL, dijumpai peningkatan ekspresi sitokin IL-4, IL-5, IL 13 dan IL-10 respon tipeTh-2 serta peningkatan, IFN-
γ danTNF- α. IL-4, IL-5, IFN-γ,TNF-α
bertanggung jawab terhadap kenaikan suhu dan kerusakan jaringan selama terjadi reaksi ENL.
25,27
Reaksi ENL cenderung berlangsung kronis dan rekuren. Kronisitas dan rekurensi ENL menyebabkan pasien kusta akan tergantung kepada pemberian steroid
jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Spektrum reaksi kusta RR dan ENL
Keterangan gambar: Gambaran tipe reaksi yang terjadi dan hubungannya dengan tipe imunitas dalam
spektrum imunitas pasien kusta menurut Ridkey-Jopling Reaksi tipe 1 diperantarai oleh mekanisme imunitas seluler
Reaksi tipe 2 diperantarai oleh mekanisme imunitas humoral Dikutip dari kepustakaan 28
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Gambaran reaksi kusta tipe 2 Organ yang diserang
Reaksi ringan Reaksi berat
Kulit Nodus sedikit, dapat
ulserasi Demam ringan dan
malaise Nodus banyak, nyeri,
berulserasi Demam tinggi dan malaise
Syaraf tepi Membesar
Tidak ada nyeri tekan syaraf
Fungsi tidak ada gangguan
Sangat membesar Nyeri tekan
Gangguan fungsi
Organ tubuh Tidak ada gangguan
organ-organ dari tubuh Terjadi peradangan pada:
mata: nyeri, penurunan visus, merah sekitar
limbus Testis: lunak, nyeri dan
membesar Dikutip dari kepustakaan 26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Tipe kusta dan reaksi kusta
Dikutip dari kepustakaan 22
Universitas Sumatera Utara
2.2 Keterlibatan syaraf pada kusta Gambar 2.4 Syaraf tepi