Riwayat Penyakit Kusta Tabel .1 Distribusi pasien kusta
penyembuhan luka pada telapak kaki. Luka apabila tidak mendapat perawatan yang benar akan dapat berkembang menjadi luka yang bersifat kronis.
12
4.2 Riwayat Penyakit Kusta Tabel 4.2.1 Distribusi pasien kusta
dengan ulkus plantaris berdasarkan riwayat penyakit kusta dalam keluarga di Rumah Sakit Kusta Pulau
Sicanang Belawan pada bulan Juli tahun 2012
Riwayat keluarga Jumlah
Ibu 1
2,78 Ayah
2 5,56
Saudara kandung 5
13,88 Bukan saudara kandung
1 2,78
Istri 2
5,56 Tidak ada
25 69,44
Tidak dijumpai adanya riwayat penyakit kusta dalam keluarga biasanya berhubungan dengan kemampuan pasien kusta menularkan kuman kusta kepada
indivudu lain. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 25 orang subjek penelitian 69,44 tidak mempunyai keluarga yang menderita penyakit kusta. Hasil ini sama
dengan hasil penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Belawan tahun 2006 oleh Sukasihati dimana pasien kusta yang mengalami kecacatan kaki
kebanyakan tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit kusta yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 88,3.
10
Hal ini disebabkan, kebanyakan orang mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap kuman kusta sehingga mempunyai kemampuan untuk
membunuh setiap kuman kusta yang hidup yang mungkin sudah masuk ke dalam tubuh. Kuman kusta dibunuh sebelum dapat berkembang biak dalam jumlah yang
cukup banyak untuk menimbulkan penyakit.
2
Tabel 4.2.2 Distribusi pasien kusta dengan ulkus plantaris berdasarkan tipe
kusta di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Belawan pada bulan Juli tahun 2012
Tipe kusta Jumlah
PB 12
33,33 MB
24 66,67
Sebagian besar subjek penelitian adalah pasien kusta tipe MB sebanyak 24 orang 66,67. Karakteristik pasien tipe MB lepromatous adalah kerusakan syaraf
terjadi lambat stadium akhir penyakit tetapi menyerang banyak batang syaraf dan biasanya kira-kira 9 tahun setelah dimulainya penyakit kusta. Kerusakan primer
seperti anestesi, hilangnya kemampuan berkeringat dan paralisis merupakan akibat kerusakan langsung dari M.leprae yang selanjutnya akan berkembang menjadi
kerusakan sekunder seperti kulit retak dan dapat terjadi luka pada telapak kaki.
2,7
Menurut Bryceson, karakteristik kusta tipe lepromatous adalah setelah beberapa tahun baru terdapat kerusakan pada ujung syaraf sensoris yang dijumpai pada bagian
Universitas Sumatera Utara
tubuh seperti tangan, kaki sehingga mengakibatkan timbulnya anastesi dan dijumpai kerusakan syaraf tepi yang tersebar luas namun perkembangannya lambat.
18
Kusta tipe PB tuberkuloid mempunyai karakteristik yaitu batang syaraf yang terserang kadang-kadang satu atau dua batang syaraf namun terjadi pada stadium dini
dari penyakit kustasehingga kerusakan dapat lebih mudah diatasi.
2,7
Tabel 4.2.3 Distribusi pasien kusta
dengan ulkus plantaris berdasarkan riwayat pengobatan kusta di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Belawan
tahun pada bulan Juli tahun 2012
Riwayat pengobatan kusta Jumlah
Sebelum pengobatan kusta 21
58,33 Sedang pengobatan kusta
6 16,67
Sesudah pengobatan kusta 9
25
Tabel 4.2.4 Distribusi pasien kusta dengan ulkus plantaris berdasarkan riwayat
reaksi kusta di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Belawan pada bulan Juli tahun 2012
Riwayat reaksi kusta Jumlah
Pernah mengalami reaksi kusta 22
61,11 Tidak mengalami reaksi kusta
14 38,89
Timbulnya ulkus plantaris pada subyek penelitian yaitu sebelum mendapat pengobatan kusta sebanyak 21 orang 58,33. Hal ini menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
diagnosis sebagai pasien kusta di tegakkan setelah pasien kusta tersebut menderita ulkus plantaris. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian sebelumnya di Rumah
Sakit Kusta Pulau Sicanang Belawan tahun 2006 oleh Sukasihati dimana terjadinya kecacatan kaki sebelum pasien kusta mendapat pengobatan kusta yaitu sebanyak
54,3.
10
Timbulnya ulkus plantaris sebelum mendapat pengobatan kusta disebabkan kurangnya pemahaman tentang penyakit kusta di masyarakat serta kelalaian dari
penderita sehingga mereka terdiagnosis kusta setelah mendapat luka pada telapak kaki atau sudah mengalami kecacatan kaki. Keterlambatan pemberian obat kusta
MDT akan menyebabkan terjadinya kerusakan syaraf perifer dan kerusakan tersebut akan terus berlanjut sehingga menimbulkan gangguan syaraf sensorik anestesi,
motorik kelumpuhan otot dan otonom hilangnya fungsi kelenjar keringat dan kelenjar lemak kulit mengakibatkan timbulnya luka pada telapak kaki dan akhirnya
berkembang menjadi ulkus plantaris.
4
Kerusakan syaraf dini dapat disembuhkan bila diberikan pengobatan yang tepat, bila kerusakan syaraf terjadi kurang dari 6 bulan
maka kemungkinan kehilangan fungsi syaraf dapat sembuh.
24
Kemungkinan yang lain yang menyebabkan telah dijumpainya ulkus plantaris pada pasien kusta sebelum pengobatan kusta MDT yaitu pasien kusta mengalami
reaksi kusta. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 22 orang subjek penelitian pernah mengalami reaksi kusta 61,11 dan hasil ini sedikit berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Belawan tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
oleh Sukasihati yang melaporkan pasien kusta dengan kecacatan kaki pernah mendapat reaksi kusta yaitu sebanyak 80,2.
10
Reaksi kusta dapat terjadi sebelum mendapat pengobatan, pada saat pengobatan, maupun sesudah pengobatan, namun reaksi kusta paling sering terjadi
pada 6 bulan sampai satu tahun sesudah dimulainya pengobatan.
26,33
Reaksi kusta merupakan suatu episode akut di dalam perjalanan klinik penyakit kusta yang ditandai dengan terjadinya reaksi radang akut neuritis yang
kadang-kadang disertai dengan gejala sistemik.
2,33
Reaksi kusta tipe 1 reaksi reversal, merupakan penyebab utama terjadinya nerve function impairment NFI pada pasien kusta dan mengenai lebih dari 30
pasien kusta.
34
Pada reaksi kusta tipe 1 reaksi reversal dijumpai peningkatan mendadak dari reaksi tubuh terhadap kuman kusta. Pertempuran ini menyebabkan
timbulnya peradangan tiba-tiba kemerahan, rasa nyeri, pembengkakan padatempat- tempat yang diserang kuman kusta. Akibat reaksi ini, syaraf akan menjadi bengkak,
keras dan nyeri dan otot-otot yang dipersyarafi oleh syaraf yang terserang tiba-tiba menjadi lemah bahkan lumpuh. Pengobatan harus segera diberikan untuk mencegah
kerusakan syaraf yang menetap. Kusta tipe borderline adalah yang paling peka terhadap reaksi kusta tipe 1reaksi reversal.
2
Reaksi kusta juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan syaraf tepi perifer terutama gangguan fungsi sensorik sehingga dapat menimbulkan anestesi
pada telapak kaki selanjutnya dapat timbul luka dan juga dapat menyebabkan terjadinya atrofi otot sehingga menimbulkan kecacatan.
26
Universitas Sumatera Utara
4.3 Ulkus Plantaris Tabel 4.3.1 Distribusi ulkus plantaris pada pasien kusta