BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit kusta 2.1.1 Defenisi
Penyakit kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan Mycobacterium leprae M.leprae yang pertama menyerang syaraf tepi selanjutnya
menyerang kulit dan jaringan lainnya kecuali susunan syaraf pusat.
18
2.1.2 Etiologi
Penyebab kusta adalah M. leprae, yang ditemukan pada tahun 1873 oleh G.Amauer Hansen di Norwegia. Kuman bersifat tahan asam, berbentuk batang
dengan ukuran 1-8 µm, lebar 0,3 µm dan bersifat obligat intraselluler. Kuman kusta
tumbuh lambat, untuk membelah diri membutuhkan waktu 12-13 hari dan mencapai fase plateau dari pertumbuhan pada hari ke 20-40. Tumbuh pada tempratur 27-30
o
C 81-86
o
F.
8
2.1.3 Klasifikasi
Menurut kepentingannya, penyakit kusta mempunyai beberapa jenis klasifikasi yang telah umum digunakan yaitu:
1. Klasifikasi International: Klasifikasi Madrit 1953
• Indeterminate I
Universitas Sumatera Utara
• Tuberkuloid T • Borderline – Dimorphous B
• Lepromatosa L 2.
Klasifikasi untuk kepentingan riset: Klasifikasi Ridley-Jopling 1962.
• Tuberkuloid TT • Boderline tuberculoid BT
• Mid-borderline BB • Borderline lepromatous BL
• Lepromatosa LL 3. Klasifikasi untuk kepentingan program kusta:
Klasifikasi WHO 1981 dan modifikasi WHO 1988. • Pausibasilar PB
Hanya kusta tipe I, TT dan sebagian besar BT dengan basil tahan asam BTA negatif menurut kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I dan T
menurut klasifikasi Madrid. • Multibasilar MB
Termasuk kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurut kriteria Ridley dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe kusta
dengan BTA positif.
19
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Diagnosis
Keakuratan mendiagnosis penyakit kusta merupakan suatu dasar yang sangat penting yang berkaitan dengan epidemiologi kusta, pengobatan dan pencegahan
kecacatan pada pasien kusta. Diagnosis yang tidak adekuat under-diagnosis akan menyebabkan penularan kuman kusta berlanjut serta penyakit kusta pada pasien kusta
bertambah parah sedangkan jika diagnosis yang dilakukan terlalu berlebihan over- diagnosis akan mengakibatkan pemberian pengobatan menjadi tidak tepat contohnya
pemberian antibiotika yang terlalu banyak. Keadaan ini dapat menyebabkaan pengumpulan data statistik dari epidemiologi pasien kusta menjadi tidak akurat.
Diagnosis pasien kusta berdasarkan tiga penemuan tanda kardinal tanda utama yaitu:
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau erimatosa, mendatar makula atau meninggi plak. Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa
raba, rasa suhu dan rasa nyeri. 2.
Penebalan saraf tepi Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi
saraf yang terkena, yaitu: a.
Gangguan fungsi sensoris: mati rasa b.
Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis c.
Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema dan pertumbuhan rambut yang terganggu
Universitas Sumatera Utara
3. Ditemukan BTA
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telingadan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau
syaraf. Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu
tanda kardinal.
19,20
2.1.5 Gambaran klinis Tabel 2.1 Perbedaan tipe PB dan MB menurut klasifikasi WHO