BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Kinerja Keuangan Perusahaan
2.1.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengertian kinerja keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba Sudiyatno dan Jati, 2010. Bagi investor, informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah perusahaan dapat
mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada
penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik.
2.1.1.2 Tujuan Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan
Munawir 2007:31 menyatakan bahwa tujuan dari analisa kinerja keuangan perusahaan adalah:
a. Mengetahui tingkat likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. b. Mengetahui tingkat solvabilitas
Universitas Sumatera Utara
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. c. Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d. Mengetahui tingkat stabilitas Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas
hutang-hutangnya tepat pada waktunya
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan 2.1.2.1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya Kasmir, 2008:104. Hasil rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target yang sudah
ditetapkan. Kemudian dapat dinalai sebagai kemampuan manajemen dalam memperdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2. Jenis-Jenis Rasio
Jenis-jenis rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas activity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi pemanfaatan sumber daya
perusahaan Kasmir, 2008:172. Rasio-rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam
neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan proyeksinya. Ada beberapa macam rasio aktivitas,
antara lain: asset turn over, account receivable turn over, fixed asset turn over, inventory turn over, average collection period.
2. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen Syahyunan, 2004:83. Setiap perusahaan menginginkan tingkat
profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Apabila perusahaan berada
dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Ada
beberapa macam rasio profabilitas, antara lain: gross profit margin, operating
Universitas Sumatera Utara
profit margin, net profit margin, return on assets, return on equity, dan basic earning power.
3. Rasio Solvabilitas Menurut Kasmir 2008:151 rasio solvabilitas atau leverage ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin besar jumlah pendanaan yang berasal dari
kreditur, semakin tinggi resiko perusahaan tidak dapat membayar seluruh kewajiban dan bunganya. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio
solvabilitas, semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba
dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Ada beberapa macam rasio leverage antara lain: debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity,
dan time intersted earned. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio profitabilitas yaitu Return On Assets dan Return On Equity, rasio aktivitas yaitu Asset Turn Over rasio leverage yaitu Debt Ratio.
a. Return On Asset ROA Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. b. Return On Equity ROE
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri,
semakin tinggi rasio ini, maka posisi pemilik perusahaan semakin kuat c. Rasio Perputaran Aktiva Asset Turn Over
Rasio perputaran aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dalam jumlah penjualan yang
diperoleh dari tiap rupiah aktiva. d. Rasio total hutang terhadap total aktiva Debt Ratio
Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan terhadap total aktiva.
2.1.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan mencerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun. Semakin besar total aset
maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan jumlah aset yang besar memiliki dana lebih banyak untuk diinvestasikan dalam
intellectual capital. Ketersediaan dana dalam jumlah yang besar akan membuat pengelolaan dan pemeliharaan intellectual capital menjadi semakin optimal dan
akan menghasilkan kinerja intellectual capital yang lebih tinggi. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan
Putri, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Intellectual Capital
2.1.4.1 Definisi Intellectual Capital
Istilah intellectual capital pertama kali dikemukakan oleh John Kenneth Galbraith yang menulis surat yang ditujukan kepada teman sejawatnya, Michal
Kalecki pada tahun 1969. Dalam tulisannya, Galbraith mengemukakan berikut ini: “I wonder if you realize how much those of us the world around have owed to the
intellectual capital you have provided over these last decades” Hudson, 1993 dalam Purnomosidhi, 2006. Kemudian modal intelektual dijelaskan secara rinci
oleh Peter Drucker dalam tahun 1993 dalam bukunya “Post Capitalist Society”. Sampai dengan akhir tahun 1990, referensi terhadap modal intelektual dalam
publikasi bisnis kontemporer menjadi hal yang lazim. Bahkan, Stewart telah diakui sebagai pencetus kelahiran dunia baru intelektual kapitalis Bontis, 2000
dalam Purnomosidhi, 2006. Stewart dalam Ulum, 2009:19 mendefinisikan intellectual capital
sebagai berikut: “The sum of everything everybody in your company knows that gives you acompetitive edge in the market place. It is intellectual material
knowledge, information, intellectual property, experience that can be put to use to create wealth”.
Edvinsson dan Malone dalam Ulum, 2009:21 mengidentifikasikan intellectual capital sebagai nilai yang “tersembunyi” hidden
value dari bisnis, ”tersembunyi” digunakan untuk menghubungkan dua hal, pertama tidak terlihat secara umum layaknya aset tradisional, kedua tidak terlihat
ada laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum intellectual capital didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari
financial capitalnya. Hal ini berdasarkan observasi bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang
berdasarkan pengetahuan keuangan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh
akuntan Roslender dan Fincham, 2004 dalam Ulum, 2009:21.
2.1.4.2 Komponen Intellectual Capital