Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 46
Indonesia drama dipisahkan atas dua pengertian. Pertama, drama sebagai text play atau naskah karya sastra milik pribadi, yaitu naskah
bacaan milik penulis drama yang masih mem- butuhkan pembaca soliter dan perlu digarap yang baik dan teliti jika ingin
dipentaskan. Kedua, drama sebagai teater atau pementasan adalah seni kolektif atau pertunjukan yang siap dipentaskan
sehingga berfungsi sebagai tontonan pertunjukan.
b. Unsur-unsur Drama 1 Unsur Instrinsik
Unsur-unsur drama pada dasarnya tidak jauh berberbeda dengan unsur-unsur dalam prosa fiksi. Unsur-unsur tersebut
adalah plot atau alur, tokoh atau karakter, dialog, latar atau setting. Apabila drama sebagai naskah itu dipentaskan maka
dilengkapi dengan unsur gerak atau action, tata busana dan tata rias, tata panggung, tata bunyi atau suara, dan tata lampu atau
sinar. a Plot atau Alur
Plot atau alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Drama juga mengenal
tahapan plot, seperti tahapan permulaan beginning, pertengahan middle, menuju akhir ending. Dalam drama
istilah tersebut dikenal dengan nama eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Eksposisi mendasari dan
mengatur gerak dalam masalah-masalah waktu dan tempat. Eksposisi memperkenalkan pelaku, yang akan
dikembangkan dalam bagian utama lakon itu, dan memberikan suatu indikasi resolusi. Komplikasi bertugas
mengembangkan konflik. Pelaku utama mengalami masalah, gangguan, atau penghalang dalam mencapai
tujuannya, membuat kekeliruan, yang akhirnya kita dapat meneliti tipe manusia bagaimanakah sang tokoh itu.
Resolusi harus berlangsung secara logis dan mempunyai
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 47
hubungan yang wajar dengan apa yang mendahuluinya, yang terdapat dalam komplikasi. Butir yang memisahkan
komplikasi dari resolusi disebut dengan klimaks atau turning point. Akhir pertunjukan mungkin berupa happy end,
mungkin sebaliknya unhappy-end. Plot dalam drama dapat disajikan dengan pelbagai jalinan,
antara lain: 1
Jalinan sirkuler, bila plot disusun dari peristiwa A dan akhirnya kembali ke peristiwa A. Misalnya, drama
Aduh karya Putu Wijaya. Drama tersebut dimulai dengan datangnya orang yang sedang sakit, lalu
berakhir pula dengan sebuah adegan yang sama yaitu hadir orang yag sedang sakit, bahkan dengan
dialog yang
persis sama
dengan peristiwa
sebelumnya. 2
Jalinan linear, bila plot disusun secara kronologis dari peristiwa A sampai peristiwa Z.
3 Jalinan episodik, bila jalinan plotnya terpisah.
Maksudnya dalam satu drama mengandung dua atau lebih jalinan peristiwa
b Babak dan Adegan Dalam drama plot atau alur itu dibagi di dalam babak-
babak dan adegan-adegan. Walaupun tidak semua, kebanyakan naskah drama dibagi dalam beberapa
babak. Pembagian ke dalam babak-babak itu dilakukan dengan seksama oleh pengarang, atas pertimbangan
yang matang, yakni didorong oleh kebutuhan nyata. Kebutuhan berhubungan dengan pementasan, karena
peristiwa yang dilukiskan tidak selamanya terjadi di satu tempat dan waktu. Itu berarti para awak pementasan harus
mengubah dan mempersiapkan berbagai peralatan yang dapat menggambarkan tempat dan waktu peristiwa. Jadi
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 48
satu babak dalam naskah drama adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa
yang terjadi di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Dengan kata lain babak adalah bagian dari plot atau
alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau latar.
Dalam satu babak dibagi lagi dalam beberapa adegan, yaitu bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh
perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas. Tidak
kalah pentingnya adalah dialog, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dialog adalah bagian dari naskah drama
yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Jadi, adegan merupakan bagian dari babak yang
ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan masalah yang dibicarakan.
c Tokoh atau Karakter Tokoh adalah pelaku cerita yang menggerakan plot dari
suatu tahapan ke tahapan lain. Kalau drama sebagai naskah dipentaskan, tokoh itu akan diperagakan seorang
pelaku atau aktor. Pada saat itu, karakteristik dari karakter-karakter akan semakin jelas dan hidup daripada
karakteristik tokoh dalam prosa fiksi. Dalam drama gambaran tentang tokoh-tokoh cerita akan lebih jelas
dan konkret, juga akan lebih hidup. Hal tersebut karena dalan drama tokoh-tokoh itu ditampilkan secara jelas, dapat
dilihat bentuk tubuhnya, dapat diperhatikan gerak-geriknya, dapat dilihat mimik atau gerak raut mukanya, bahkan
dapat didengar suaranya. Seperti halnya dalam prosa, dalam drama pun terdapat
tiga jenis tokoh bila dilihat dari sisi keterlibatannya dalam menggerakkan alur, yaitu tokoh sentral, tokoh bawahan,
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 49
dan tokoh latar. Tokoh sentral merupakan tokoh yang amat potensial menggerakkan alur. Ia merupakan pusat
cerita, penyebab munculnya konflik, sedangkan tokoh bawahan merupakan tokoh yang tidak begitu besar
pengaruhnya terhadap perkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam pengembangan alur itu. Sementara
itu, tokoh latar merupakan tokoh yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap pengembangan alur. Kehadirannya
hanyalah sebagai pelengkap latar, berfungsi menghidupkan latar.
d Dialog atau Percakapan S. Effendi dalam Liberatus berpendapat bahwa ciri utama
sebuah drama adalah dialog. Hal tersebut menandakan pentingnya dialog dalam drama. Terdapat beberapa macam
fungsi dialog dalam drama, di antaranya: 1 Melukiskan watak tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
2 Mengembangkan dan menggerakan plot serta men- jelaskan isi cerita drama kepada pembaca atau penonton.
3 Memberikan isyarat peristiwa yang mendahului. 4 Memberikan isyarat peristiwa yang akan datang.
5 Memberikan komentar terhadap peristiwa yang sedang terjadi dalam drama tersebut.
Ada dua sifat yang dimiliki oleh dialog, yaitu estetis dan alat teknis. Sifat estetis terlihat pada saat menyusun dialog.
Menyusun dialog hendaknya tetap memperhatikan keindahan bahasa tidak vulgar dan bombastis. Keindahan bahasa atau
ketepatan bahasa akan berpengaruh terhadap keindahan seluruh lakon. Alat teknis, maksudnya dialog ini memiliki
fungsi tertentu dalam keseluruhan lakon. Untuk itu, dialog harus memiliki sifat komunikatif dan mudah ditangkap
maknanya oleh pembaca atau penonton.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 50
e Latar atau Setting Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi dalam drama, yaitu
kesatuan gerak unity of action, kesatuan waktu unity of time, dan kesatuan tempat unity of place. Berdasarkan hal itu, latar
belakang tempat dan waktu dalam drama itu sangat penting. Latar belakang tempat dan waktu inilah yang sering disebut
latar atau setting. Penjelasan bagaimana suasana, tempat, dan waktu biasanya dalam naskah drama dituliskan. Bila
drama itu dipentaskan, hal-hal tersebut diwujudkan dalam bentuk tata panggung, tata lampu, dan tata suarabunyi.
f Petunjuk Pengarang
Bagian lain yang ada dalam naskah drama adalah petunjuk pengarang, yaitu bagian yang memberikan penjelasan kepada
pembaca atau kru pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, perbuatan dan sifat tokoh, yang ada dalam kurung
dan yang ditulis dengan huruf kapital adalah petunjuk pengarang. Bagian naskah lainnya adalah prolog, yaitu
bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal, yang merupakan pengantar naskah yang dapat berisi satu atau
beberapa keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan. Keterangan itu dapat mengenai
masalah, gagasan, pesan, jalan cerita, latar belakang cerita, tokoh ceria, dan lain-lain yang diharapkan dapat membantu
pembaca memahami, menghayati, dan menikmati cerita. Selain itu ada bagian lain dari drama, yaitu epilog. Epilog
berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita. Jadi ada di belakang. Baik prolog maupun epilog dalam naskah drama
sekarang sudah jarang sekali disertakan oleh pengarang. Pengarang masa kini lebih memberi kebebasan pembaca
atau penonton hingga mereka merasa tak perlu menyertakan pendapat, sikap, kesimpulan pengarang tentang karyanya.
g Gerak atau Action
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 51
Terdapat tiga komponen ketika naskah drama dipentaskan, yaitu naskah drama, pelaku atau aktor, dan penonton
audience. Gerak atau action dalam drama merupakan ekspresi dari aktivitas para tokoh dalam drama tersebut.
Melalui gerak, penonton akan dapat menafsirkan secara konkret watak dari masing-masing tokoh. Selain itu, juga
dapat menikmati rangkaian peritiwa yang dijalin dalam drama tersebut secara nyata. Dalam drama terdapat istilah mimik,
pantomimik, dan blocking. Mimik adalah gerak raut muka atau gerak wajah. Pantomimik adalah gerak anggota tubuh yang
lain, misalnya gerak tangan, kaki, dan sebagainya. Blocking adalah posisi aktor di atas pentas. Gerak-gerak tersebut
harus ditampilkan secara efektif dan selektif, jangan sampai terjadi gerak itu berlebih-lebihan over acting.
h Tata Busana dan Tata Rias Tata busana dan tata rias akan memperkuat kesan dan
watak yang ditampilkan oleh seorang aktor. Fungsi tata busana dan tata rias adalah:
1 menunjukkan latar belakang sosial atau tingkat sosial tokoh; 2 menunjukkan usia tokoh;
3 menunjukkan latar belakang geografis dan kebudayaan tokoh.
i Tata Panggung
Tata panggung merupakan gambaran di mana peristiwa dalam drama itu terjadi yang diwujudkan secara jelas di atas
panggung. Benda-benda yang dipakai untuk melengkapi dekorasi panggung dan membantu seluruh proses
pementasan disebut propertis. j
Tata Bunyi dan Tata Lampu Tata bunyi dibedakan atas efek bunyi dan musik. Kedua-
duanya memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menghidupkan
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 52
suasana dalam drama. Hal yang termasuk dalam efek bunyi adalah bunyi angin, bunyi air, bunyi hujan, dan sebagainya.
Musik mampu membangkitkan imajinasi penonton sehingga penafsiran terhadap suasana cerita lebih tepat. Tata lampu
memiliki dua peranan, yaitu penyinaran dan pencahayaan. Sebagai sebuah penyinaran, tata lampu berfungsi
memproduksi sinar pentas agar situasi pentas tidak gelap. Selain itu, juga berfungsi mengubah adegan satu ke adegan
lain, sedangkan sebagai sebuah pencahayaan, tata lampu mampu menciptakan efek dramatik. Tata lampu akan
membantu imajinasi penonton untuk memasuki situasi lakon yang romantis, yang tragis, yang bergolak, dan sebagainya.
2 Unsur Ekstrinsik
Di atas kita telah membicarakan unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam, berikut ini akan dipaparkan
unsur ekstrinsik, ialah unsur luar yang dapat menjadi bahan pengarang dalam menciptakan karya sastra atau menjadi
pertimbangan bagi pembaca, antara lain biografi pengarang, pemikiran, dan unsur sosial budaya masyarakatnya Wellek
Warren, 1989: 82-153. a. Biografi Pengarang
Menurut Wellek Warren penyebab lahirnya suatu karya sastra termasuk drama adalah pengarangnya sendiri. Itulah sebabnya
biografi sang
pengarang dapat
dipergunakan untuk
menerangkan dan menjelaskan proses terciptanya suatu karya sastra. Biografi pengarang dianggap dapat menerangkan dan
menjelaskan proses penciptaan karya sastra atau sejauh mana biografi pengarang dapat memberi masukan tentang penciptaan
karyanya.
b. Pemikiran
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 53
Sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Dengan kata
lain sastra sering dianggap untuk mengungkapkan pemikiran- pemikiran yang hebat, baik pemikiran psikologis ataupun
falsafat. Secara langsung ataupun melalui kiasan-kiasan dalam
karyanya, kadang-kadang pengarang menyatakan bahwa ia menganut aliran filsafat tertentu, atau mengetahui garis besar
ajaran paham-paham tersebut c. Sosial Budaya Masyarakat
Unsur ekstrinsik lain yang paling banyak dipermasalahkan adalah unsur yang berkaitan dengan biografi pengarang yang
menyangkut latar sosial budaya masyarakat yang terkait dengan karya sastra. Hal tersebut karena adanya hubungan timbal balik
antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Hubungan timbal balik itu di antaranya: 1 menyangkut posisi sosial masyarakat
dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi
pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya, yang disebutnya sebagai konteks sosial
pengarang; 2 menyangkut sejauh mana karya sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat, yang disebutnya
sebagai sastra sebagai cermin masyarakat; dan 3 menyangkut sampai seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial,
dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi
sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembacanya.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 54
c. Contoh Kritik Sastra Drama