Kajian Penelitian Terdahulu Tinjauan Pustaka
umur ekonomis alat terpendek 6 tahun, menunjukkan bahwa usaha ini layak diusahakan dan dikembangkan. Usaha pembibitan karet di
Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur secara analisis finansial tetap layak dan sensitif terhadap penurunan produksi bibit
25, kenaikan biaya input 8,87 dan penurunan harga bibit karet 31,43.
Penelitian Tania 2011 menggunakan unit analisis 45.360 batang bibit
produksi rata-rata seluruh pembibit dalam waktu 1 tahun karet yang dihitung selama umur ekonomis alat terpendek 6 tahun dan suku bunga
BRI sebesar 13 berdasarkan v olume pinjaman ≥ Rp 50.000.000,00 -
Rp100.000.000,00 menunjukkan bahwa usaha pembibitan tanaman sengon di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ditinjau dari
aspek finansial pada tingkat suku bunga 13 layak diusahakan dan dikembangkan dan usaha ini secara finansial masih tetap layak diusahakan
terhadap kenaikan biaya produksi 10, penurunan harga jual bibit 10, dan penurunan produksi bibit tanaman sengon sebesar 10.
Penelitian Manik 2014 dengan unit analisis 10.000 batang bibit durian yang dihitung selama umur ekonomis alat terpendek dan suku bunga BRI
sebesar 22 pinjaman untuk usaha skala mikro menunjukkan bahwa usaha pembibitan durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan
Kabupaten Lampung Timur ditinjau dari aspek finansial pada tingkat suku bunga 22 layak diusahakan dan dikembangkan dan masih tetap layak
terhadap kenaikan biaya produksi sebesar 10, penurunan harga jual bibit sebesar 10, dan penurunan produksi pembibitan durian sebesar 10.
Penelitian Sulistyowati 2001 bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat. Alternatif strategi pemasaran yang dapat digunakan
oleh petani petani bibit karet klon PB 260 dalam usaha pengembangan pembibitan karet miliknya adalah berupa strategi SO Strengths-
Opportunities . Strategi ini adalah dengan meningkatkan kualitas bibit
karet klon unggul yang diproduksi, meningkatkan kualitas SDM petani petani bibit karet, memanfaatkan kemajuan teknologi,transportasi dan
komunikasi untuk meningkatkan pengalaman dan pengembangan pengetahuan petani, menambah areal pembibitan serta bibit karet yang
diproduksi dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen bibit karet. Penelitian Ikhsan dan Aid 2011 menyatakan hasil perhitungan nilai total
dari faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis eksternal, yaitu berturut-turut sebesar 6,13 dan 5,97 menunjukkan indikasi bahwa
komoditas karet menduduki posisi strategis yang cukup kuat untuk terus dikembangkan. Berdasarkan analisis SWOT yang dibuat beberapa strategi
dapat diajukan terkait dengan pengembangan komoditas dimaksud yaitu: 1 peningkatan produksi melalui tindakan intensifikasi, ekstensifikasi, dan
peremajaan; 2 dalam program peremajaan perbaikan bahan tanam agar diprioritaskan melalui penyediaan bibit unggul karena dalam jangka
panjang berpengaruh pada produktivitas dan kualitas produk; 3 penerapan program intensifikasi ditunjang oleh penyediaan sarana produksi sesuai
dengan keperluannya dengan jumlah, tempat, dan waktu yang tepat, serta
tindakan penyuluhan untuk mengintroduksi teknologi baru tepat guna serta hal-hal yang terkait dengan program intensifikasi; 4 peningkatan akses
petani produsen atas lembaga dan sumber finansial khususnya untuk membantu memberikan solusi atas kendala finansial yang potensial terjadi
pada program peremajaan serta pemeliharaan TBM; 5 pertahankan peruntukkan lahan untuk komoditas unggulan karet; 6 tetap menjaga
insentif harga di tingkat petani sepanjang memungkinkan untuk menjamin pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani; 7 pemeliharaan dan
pengembangan infrastruktur jalan dan pelabuhan antar pulau untuk keperluan mempertahankan serta merintis akses pasar atas produk yang
dihasilkan.
Penelitian Banjarnahor 2012 menunjukkan usaha pembibitan mangrove Wahana Bahari layak untuk dijalankan karena RC ratio
yang lebih besar dari satu yaitu jenis Rhizophora stylosa, R. apiculata, Soneratia, Bruguiera sp
sebesar 1,2642, R. mucronata sebesar 2,4737 dan Avicenia marina sebesar 1,1939. Berdasarkan
analisis SWOT, posisi saat ini usaha pembibitan mangrove Wahana Bahari berada pada Kuadran II yang berarti usaha pembibitan
mangrove Wahana Bahari menghadapi berbagai ancaman tetapi memiliki peluang yang besar.