Latar Belakang Peran teater lenong betawi dalam pembentukan identitas budaya masyarakat betawi (studi kultural historis: teater lenong marong group di Ciater, Tangerang Selatan)

juga bersifat garis besarnya saja. Detailnya diserahkan kepada para pemain panjak untuk mengimprovisasikannya sendiri dengan seleranya masing- masing serta kondisi yang dihadapi pada waktu pementasan. Seperti yang telah diuraikan di awal kelompok masyarakat memiliki kebudayaan dan tradisi tertentu sesuai dengan ciri khas masyarakat setempat. Dan ini terjadi pada masyarakat Betawi di Ciater pada umumnya dan komunitas teater lenong Betawi Marong pada khususnya yang terkenal dengan kemampuan ngelenong. Lenong pernah merajai jagad panggung hiburan pada tahun 1970-an sampai 1980-an akhir, meski akhirnya harus rela tersingkir dengan berbagai alasan baik secara kultural maupun ekonomi. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan masyarakat Betawi Ciater untuk terus berusaha melestarikan warisan kesenian leluhurnya dengan berbagai cara. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan identitas mereka. Lenong seperti halnya upacara adat Betawi lainnya seperti ’nujuh bulanan’ tetap dijalankan. Ada nilai tersendiri yang dilihat sebagai ukuran perwujudan kecintaan dan keaslian orang Betawi terhadap teater lenong. Teater lenong tidak hanya mengajarkan seseorang untuk belajar bermain peran atau lakon bersandiwara didalamnya juga terdapat berbagai macam instrumen musik yang mengiringi yang berasal dari akulturasi budaya yang berbaur di Jakarta yakni gambang kromong. Dari susunan alat musiknya terlihat, bahwa orkes gambang kromong merupakan perpaduan antara unsur musik pribumi ditambah dengan unsur Cina. Unsur pribumi terdiri dari alat-alat perkusi: gambang, kromong, gendang, kecrek, dan gong. Unsur Cinanya terdiri dari alat perkusi: ningnong dan alat musik gesek berdawai dua. Alat musik gesek ini berbeda-beda, yang kecil disebut kongahyan, yang pertengahan disebut tehyan dan yang terbesar disebut sukong. Pada awal perkembangannya lagu-lagu yang biasa dibawakan dengan iringan gambang kromong adalah lagu-lagu Cina. 4 Perkembangan masyarakat Jakarta yang semakin bergaya hidup global secara langsung berdampak pada gaya hidup masyarakat Betawi yang notabene berada di wilayah megapolitan Jakarta dan sekitarnya. Banyak hal dari aspek kehidupan masyarakat Betawi tidak lagi dapat ditemukan saat ini, terutama dalam hal kesenian salah satunya yaitu lenong. Faktor utama hilangnya kesenian tradisional Betawi adalah hadirnya kompetitor kesenian yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakat modern. Masyarakat Betawi pun mulai terkikis identitas Betawi mereka. Sebenarnya pemodernan terhadap kesenian tradisioanal bukan suatu usaha yang haram, justru dengan pemodernan itu terkandung suatu upaya mengembangkan kesenian itu sejalan dengan pola pikir dan kebutuhan masyarakat Betawi yang semakin modern. Kompetensi kesenian tradisional dengan kesenian modern yang datang kemudian sangat perlu karena salah satu ciri dari masyarakat modern adalah bergerak dalam kompetisi menciptakan inovasi-inovasi yang berorientasi pasar, tetapi ketika masyarakat dan lingkungan perkotaan menuntut pasar, maka kreativitas seniman tradisional harus pula mempertimbangkannya. Produk-produk budaya modern budaya popular dikemas sedemikian rupa sehingga masyarakat berada dalam situasi demam secara terus-menerus. Pengemasan produk kesenian yang disesuaikan dengan target pasar menjadi andalan, sehingga semua kelas masyarakat dapat menikmati dan mengapresiasi produk-produk kesenian itu. Selera pasar terbentuk sejalan dengan tawaran produk budaya popular yang dikemas, tidak saja dengan teknologi tinggi tetapi juga dengan variasi yang tinggi. 4 Muhadjir, dkk, Peta Seni Budaya Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1986, hlm. 31-32 Kesenian yang berfungsi tidak saja sebagai hiburan tetapi didalamnya terkandung berbagai kegunaan adalah representasi dan mendapat salurannya melalui kesenian, artinya, kesenian akan hidup dan berkembang manakala masyarakatnya memelihara, mengembangkan, melakukan secara aktif, dan mengapresiasi. Dalam konteks itulah, secara kritis perlu dilihat bagaimana kesenian tradisional Betawi pada era globalisasi ini. Di sisi lain, kesenian tradisional Betawi, seperti lenong sedikit demi sedikit terlupakan dan tidak dilihat lagi sebagai media hiburan. Kesan bahwa kesenian tradisional semakin ditinggalkan terlihat dari frekuensi kemunculannya jika ditinjau dari aspek kuantitatif. Dari aspek kualitas, kesenian-kesenian tersebut dapat dikatakan tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal itu, boleh jadi sebagai upaya pemeliharaan terhadap kekayaan budaya tradisi dan menjaga identitas adat istiadat Betawi. Persoalan identitas bagi Indonesia memang semakin perlu untuk mendapat perhatian lebih di era reformasi sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini tidak mungkin lagi bisa dibendung masuknya berbagai produk budaya luar negeri ke Indonesia. Kiat-kiat yang jitu seharusnya dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan berbagai budaya asli karya leluhur kita agar tetap lestari. Pembelajaran terhadap situasi zaman oleh masyarakat Betawi perlu dijadikan sebagai sebuah kesadaran untuk menguatkan identitas budaya mereka di tengah-tengah budaya megapolitan. Pralokakarya pelestarian kebudayaan Betawi yang diadakan pada tahun 1975 di Jakarta dapat dikatakan merupakan titik baik kebetawian di Jakarta. Ada dua hal penting yang menjadi pemicu kebetawian dalam peristiwa ini. Pertama, pernyataan Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu bahwa kebanggan bagi gubernur untuk dapat menyebut dirinya Betawi. Kedua dibentuknya Lembaga Kebudayaan Betawi yang merupakan saah satu butir hasil Pralokakarya, yaitu dirasakan adanya kebutuhan akan adanya satu badan yang menangani masalah keseniaan Betawi. 5 Dengan adanya dua hal penting tersebut, kini orang-orang Betawi telah kembali bangkit mengenai identitas budaya mereka dengan berusaha menunjukkan kembali eksistensi dan identitas orang Betawi. Salah satunya yaitu dapat dilihat dari peran para pemuda, dan organisasi yang kini berlabel masyarakat Betawi dalam membangun ikatan eksistensinya agar identitas yang sudah ada tidak pudar. Sebelumnya organisasi tersebut menyandang kata Jakarta daripada kata Betawi. Bergantinya label Jakarta dengan Betawi secara perlahan-lahan mengangkat Betawi kembali ke permukaan. 6 Dampak dari dibentuknya Lembaga Kebudayaan Betawi, yaitu memiliki wadah komunikasi berupa macam-macam organisasi, adalah terorganisirnya usaha-usaha dan perhatian yang diberikan kepada kebudayaan Betawi, khususnya kesenian Betawi dalam arti penggalian, pengembangan, dan pelestarian. Pada periode ini munculah banyak hasil rekacipta tradisi Betawi, seperti busana, upacara, teater rakyat, musik, dan seterusnya yang berhasil memuculkan Betawi dengan wajah baru, wajah dengan tradisi asli dan tradisi rekacipta. 7 Dengan teroganisirnya usaha- usaha tersebut tak heran bila kini mulai bermunculan sanggar kesenian Betawi. Salah satunya yaitu sanggar kesenian Marong Group yang didirikan dan dipimpin oleh Bapak Mochtar atau yang lebih dikenal masyarakat yaitu bang Marong. Penonjolan kembali dengan bangkitnya identitas budaya Betawi yaitu salah satunya dengan berusaha menunjukkan kembali eksistensi dan 5 Yasmine Zaki Shahab, Identitas dan Otoritas : Rekonstruksi Tradisi Betawi, Depok: Laboratorium Antropologi FISIP UI, 2004 h 22-23 6 Ibid,. h. 23 7 Ibid,. h 24 identitas orang Betawi di Jakarta dan sekitarnya. Sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya mengenai seni pertunjukan teater lenong dan masyarakat Betawi. Penjelasan bahwa teater lenong tidak hanya sekedar perwujudan dari pelestarian budaya Betawi namun juga pembentukan identitas etnis Betawi maka penulis mengambil judul penelitian ini yaitu “Peran Teater Lenong Marong dalam Pembentukan Identitas Betawi Studi Analisis: Perkumpulan Teater Lenong Marong Group di Ciater”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Masyarakat Betawi krisis kesadaran untuk menguatkan identitas budaya Betawi di tengah-tengah budaya megapolitan hal ini berdasarkan dengan buku yang ditulis oleh Yasmine Zaki Shahab yang berjudul Identitas dan otoritas rekonstruksi Tradisi Betawi. 2. Tranformasi budaya asing mempunyai dampak yang luar biasa sehingga mempengaruhi kecintaan pada kebudayaan daerah, sehingga masyarakat enggan mempelajari budayanya sendiri hal ini berdasarkan dengan buku yang ditulis oleh Yasmine Zaki Shahab yang berjudul Identitas dan otoritas rekonstruksi Tradisi Betawi. 3. Jumlah masyarakat yang menaruh perhatian dan memberikan apresiasinya terhadap Lenong Betawi sangat sedikit hal ini merupakan asumsi peneliti berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan. 4. Kerjasama yang kurang baik antara Pemerintah daerah, lembaga Betawi, dan masyarakat Betawi terhadap pelestarian kebudayaannya sendiri. Hal ini merupakan asumsi peneliti berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan. 5. Intensitas pembinaan Pemerintah daerah terhadap sanggar-sanggar kesenian Betawi masih sangat minim. Hal ini merupakan asumsi peneliti berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah. Karena keterbatasan yang dimiliki peneliti baik dalam hal kemampuan, dana, waktu dan tenaga maka penelitian ini hanya membatasi masalah pada upaya yang dilakukan lenong Betawi Marong Group dalam pembentukan identitas budaya masyarakat Betawi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di dalam penelitian ini, maka hal yang dapat dijadikan permasalahan penelitian yang dituangkan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian adalah bagaimana peran teater lenong Betawi Marong Group dalam pembentukan identitas budaya masyarakat Betawi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah di dalam penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran teater lenong Betawi Marong Group dalam pembentukan identitas budaya masyarakat Betawi.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk Pendidikan atau Akademis Penelitian ini memberikan kontribusi dalam bidang akademik yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para peneliti yang hendak melakukan penelitian sejenis pada waktu dan lokasi yang berbeda. Penelitian ini diharpakan bermanfaat untuk menjadi bahan bacaan atau sumber referensi ilmiah khususnya mengenai lenong betawi dan identitas budaya. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan masyarakat tentang lenong Betawi dan identias budaya Betawi. 2. Untuk Masyarakat Memberikan informasi tentang berbagai potensi yang dimiliki generasi muda terlatih dan kemungkinan besar dapat meningkatkan kemampuan mereka bersaing dan mempertinggi posisi teater lenong di tengah- tengah budaya popular di Tangerang. Dapat pula dijumpai informasi tentang pelaku kesenian lenong yang dapat menyumbang revitalisasi budaya Betawi. 3. Untuk Peneliti Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di UIN Syarifhidayatullah dengan membuat skripsi ini secara ilmiah dan sistematis. Selain itu penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai kesenian Betawi yaitu teater lenong 4. Untuk pembangunan Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pembangunan dalam bidang sosial budaya, penelitian ini bermanfaat untuk memperkuat kepribadian bangsa, karena melalui penataan seni pertunjukan teater lenong sebagai identitas budaya dapat dimunculkan nilai-nilai yang apresiatif dan positif untuk meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, sebagai suatu bentuk kesenian yang bersifat multikultural, teater lenong dapat bermanfaat sebagai media komunikasi dan integrasi sosial, sehingga dapat menunjang rasa kebersamaan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Dalam bidang sosial ekonomi, penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Teater lenong dapat membuka lapangan pekerjaan bagi seniman dan seluruh pihak terkait. Kekhasan teater lenong memiliki potensi ekonomi dalam bidang pariwisata, karena dapat menjadi salah satu suguhan wisata budaya daerah yang menarik. Untuk mewujudkan hal ini perlu adanya kerja sama antara berbagai pihak yang berkompeten, yaitu Dinas Pariwisata Kota pemerintah, pelaku bisnis pariwisata swasta, seniman, budayawan, dan masyarakat pemerhati kesenian teater lenong Betawi.