Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
menyangkut imajinasi dan juga keputusan seseorang dalam menghadapi suatu persoalan.
Dapat diartikan juga bahwa kecerdasan spiritual artinya segala sesuatu yang membuat seseorang ingin merasakan hal yang baru dan juga mengambil
keputusan dan mendorong untuk meningkatkan ketajaman dalam berfikir dalam menyikapi sesuatu kehidupan secara manusiawi dan kecerdasan seperti
tidak dibentuk dari memori-memori fenomenal tetapi dari aktualisasi itu sendiri, yang juga pada sisi lain manusia harus menjalani hidup spiritual
secara intensif. Kecerdasan spiritual adalah gabungan hakikat itu dengan kekuatan daya mental
setiap individu. Konteks kecerdasan spiritual sebenarnya adalah perspektif dari segi mentalitas dan kemampuan manusia
untuk mencapai apa yang diinginkannya secara naluri.
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam Safaria 2007: 15 mendefiniskan kecerdasan spiritual SQ sebagai “is the necessary foundation for the
effective functioning of both IQ and EQ. it our ultimate intelligence” mereka menegaskan bahwa tanpa kecerdasan spiritual SQ, maka IQ dan EQ tidak
akan berjalan dengan efektif dan optimal. Kecerdasan spiritual menurut mereka merupakan kecerdasan tertinggi manusia, yang melingkupi seluruh
kecerdasan yang ada pada manusia. Artinya, kecerdasan spiritual melingkupi seluruh kecerdasan-kecerdasan yang terdapat pada manusia.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat yang disampaikan oleh ahli lain tentang kecerdasan spiritual. Menurut Levin dalam Safaria 2007: 16
kecerdasan spiritual tertinggi hanya bisa dilihat jika individu telah mampu mewujudkannya dan ter-refleksi dalam kehidupan sehari-harinya. Artinya
sikap-sikap hidup individu mencerminkan penghayatannya akan kebajikan dan kebijaksanaan yang dalam, sesuai dengan jalan suci menuju pada Sang
Pencipta. Jadi, dapat diartikan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan
yang dimiliki setiap individu yang berfungsi untuk
mengefektifkan IQ dan EQ yang dapat terlihat apabila individu tersebut telah mampu mewujudkannya dalam bentuk kebajikan dan kebijaksanaan pada
kehidupan sehari-hari.
Menurut Safaria, 2007: 65 Tahap remaja 12-20 tahun, pada tahap inilah remaja mulau tertarik secara mendalam terhadap ideologi dan agama. Dengan
mulai mapannya cara pikir remaja, membuat mereka membutuhkan suatu sistem keyakinan dan nilai-nilai untuk menemukan nilai-nilai atau makna
yang bisa digunakan untuk menciptakan sintetis-identitas dirinya. Namun pada tahap ini remaja mudah terjebak dalam pandangan-pandangan yang
konformistik. Sehingga mereka lebih banyak menjadi pengikut dari pandangan-pandangan yang ada di luar dirinya.
Jadi, dapat diartikan bahwa siswa kelas VII yang tergolong tahap remaja mulai tertarik dengan ideolgi dan agama, pemikiran siswa yang mulai mapan
maka pada tahap ini diperlukan bimbingan kepada siswa untuk membentuk kecerdasan spiritual pada siswa agar membentuk indentitas dirinya dengan
menanamkan sifat kerendah hatian, tanggung jawab, adil dan kasih sayang sehingga dapat menumbuhkan ahlak mulia pada diri siswa. Hal ini sesuai
dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Menurut Zubaedi 2012: 53 menjelaskan bahwa SQ bercirikan sejumlah karakter, yakni; Pluk berani, optimism besar hati, faith keimanan,
constructive action tindakan memperbaiki, even agility in the face danger kecerdikan dalam menghadapi bahaya, dan all these are spiritual traits
semua sifat rohaniah. Pendapat tersebut memiliki kesamaan dengan pendapat yang disampaikan
oleh Ary Ginanjar Agustian. Menurut Agustian 2013: 16 mengungkapkan dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif
sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asma al- Husna. Sifat-sifat dan nama-nama mulia ini merupakan sumber inspirasi
setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapa pun. Dari sekian banyak karakter yang bisa di teladani dari nama-nama Allah itu, Ari Ginanjar
merangkum 7 tujuh karakter dasar berikut ini. 1.
Jujur 2.
Tanggung jawab 3.
Disiplin 4.
Visioner 5.
Adil 6.
Peduli, dan 7.
Kerja sama Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat diartikan bahwa perkembangan
kecerdasan spiritual sejalan dengan aspek perkembangan lainnya, antara lain perkembangan kognitif, emosi, moral, dan penghayatan keagamaan sehingga
SQ adalah kecerdasan tertinggi manusia yang mnjadi landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ, dan EQ secara efektif. Ciri-ciri
kecerdasan spiritual SQ secara umum menurut Zohar dan Marshall 2005: 137:
1. Kesadaran Diri. Kesadaran bahwa saya, atau organisasi tempat saya bergabung, pertama-tama mempunyai pusat internal, memberi makna dan
autentisitas pada proyek dan kegiatan saya. 2. Spontanitas. Istilah spontaneity berasal dari akar kata bahasa Latin yang
sama dengan istilah response dan responsibility. Menjadi sangat spontan berarti sangat responsive terhadap momen, dan kemudian rela dan
sanggup untuk bertanggung jawab terhadapnya.