Keterampilan Sosial Siswa yang Diajar Menggunakan
heterogen yang masing–masing kelompok terdiri dari empat orang dan bertujuan untuk mengembangkan potensi diri, bertanggung jawab terhadap
persoalan yang ditemukan dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray seperti
yang diungkapkan oleh Huda 2014: 207 antara lain: 1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari empat siswa.Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif
tipe two stay two stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan Peer Tutoring dan saling
mendukung.
2. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. 4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Penerapan model pembelajaran two stay two stray, siswa akan saling bekerjasama dalam kelompok, kelompok yang dibentuk merupakan
kelompok yang heterogen. Sehingga aktivitas dan interaksi akan lebih tinggi pada siswa yang memiliki kecerdasan spiritual rendah. Siswa yang memiliki
kecerdasan spiritual rendah akan mengikuti pembelajaran namun apabila mengalami kesulitan mereka akan belajar dengan teman lainnya yang
dianggapnya lebih mampu dalam pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran time token bagi siswa yang memiliki kecerdasan spiritual
rendah akan merasa sulit dalam menggunakan kartu berbicaranya untuk
menyampaikan pendapat terlebih lagi bagi siswa yang sebelumnya jarang atau sama sekali tidak pernah menyampaiakan pendapat.
Sehingga dapat diduga bahwa model pembelajaran two stay two stray lebih efektif dibandingkan model pembelajaran time token untuk siswa yang
memiliki kecerdasan spiritual rendah dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.