g. membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman h. meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kelemahan dari model pembelajaran tipe TSTS: a. membutuhkan waktu lama
b. siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerjasama
c. bagi guru, membutuhkan banyak persiapan materi, dana dan tenaga d. seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi
sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya
e. guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diartikan bahwa pada model pembelajaran tipe two stay two stray merupakan model pembelajaran yang
menekankan siswa bekerjasama dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang heterogen. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk
didiskusikan dan dikerjakan bersama. Setelah selesai, 2 anggota masing- masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok
lain, dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagi informasi dan hasil kerja mereka ketamu mereka. Apabila sudah jelas, tamu mohon diri
dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain kemudian membandingkan dan membahas hasil
pekerjaan mereka semua. Pada saat diskusi bersama kelompoknya dan membandingkan dengan hasil diperoleh dari kelompok lain maka
memerlukan tingkat berpikir kritis yang tinggi untuk menghasilkan keputusan atau kesimpulan yang tepat.
6. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS Terpadu adalah salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Menengah Pertama. IPS Terpadu merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran
yang berdiri sendiri seperti ekonomi, geografi dan sejarah. Menurut
Zubaedi 2011: 288 mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran disekolah yang didesain atas dasar fenomena, masalah
dan realitas sosial dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu dan humanioran seperti kewarganegaraan, sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa IPS Terpadu mempelajari masalah-masalah sosial
yang terjadi di masyarakat sehingga harus memadukan berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Menurut pusat kurikulum badan penelitian dan pengembangan Depdiknas 2006 dalam Mayani 2011: 11-12 Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
merupakan intergrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu soosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Adapun tujuan IPS adalah agar peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial; 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan; 4.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Seperti halnya dengan yang dikemukakan oleh Zubaidi 2011: 289 yang menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS mencakup empat hal yaitu:
1. Mengembangakan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian,
keekonomian, kesejarahan, dan kewarganegaraan atau konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan,
2. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, keterampilan inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial,
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan serta mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkompetensi, dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala lokal, nasional
maupun internasional.
Jadi, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang ekonomi, sejarah, geografi dan ilmu sosial yang lain yang disesuaikan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dengan tujuan peserta didik dapat menjadi warga negara yang baik yang berguna bagi dirinya, bangsa, dan
negara. Adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran IPS Terpadu kelas VII adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
Kompetensi inti Kompetensi Dasar
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli toleransi, gotongroyong, santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang
Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia
1. Letak wilayah dan pengaruhnya
bagi keadaan alam indonesia 2. Keadaan alam Indonesia
3. Kehidupan sosial masyarakat pada masa praaksara, Hindu-
Budha, dan Islam 4. Konektivitas antar ruang dan
waktu
Keadaan Penduduk Indonesia 1. Asal usul Penduduk Indonesia
2. Ciri atau karakteristik penduduk
Indonesia 3. Mobilitas penduduk antara
wilayah di Indonesia 4. Pengertian dan jenis lembaga
sosial
Tabel 2 lanjutan
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandangteori
Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam
1. Pengertian dan pengelompokkan sumberdaya
alam 2. Potensi dan sebaran
sumberdaya alam indonesia 3. Kegiatan ekonomi dan
pemanfaatan potensi sumberdaya alam
Dinamika Interaksi Manusia 1. Dinamika interaksi manusia
dengan lingkungan 2. Saling keterikatan antar
komponen alam 3. Interaksi manusia dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
4. Keragaman sosial budaya sebagai hasil dinamika
interaksi manusia
5. Hasil kebudayaan masyarakat
indonesia pada masa lalu
7. Kecerdasan Spiritual
Setiap manusia tentu saja memiliki keyakinan dan rasa ingin tahu dari berbagai dinamika kehidupan yang dijalani, sehingga menimbulkan suatu
kemampuan yang khusus di dalam setiap bentuk apapun keputusan yang diambil untuk suatu tindakan. Kecerdasan adalah ukuran keterampilan intelek
seseorang atau kecerdasan mental seseorang, beserta daya penalaran seseorang Levin 2005: 2. Istilah spiritual berasal dari bahasa latin yang
berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah system sehingga kecerdasan spiritual sebenarnya adalah kecerdasan yang
menyangkut imajinasi dan juga keputusan seseorang dalam menghadapi suatu persoalan.
Dapat diartikan juga bahwa kecerdasan spiritual artinya segala sesuatu yang membuat seseorang ingin merasakan hal yang baru dan juga mengambil
keputusan dan mendorong untuk meningkatkan ketajaman dalam berfikir dalam menyikapi sesuatu kehidupan secara manusiawi dan kecerdasan seperti
tidak dibentuk dari memori-memori fenomenal tetapi dari aktualisasi itu sendiri, yang juga pada sisi lain manusia harus menjalani hidup spiritual
secara intensif. Kecerdasan spiritual adalah gabungan hakikat itu dengan kekuatan daya mental
setiap individu. Konteks kecerdasan spiritual sebenarnya adalah perspektif dari segi mentalitas dan kemampuan manusia
untuk mencapai apa yang diinginkannya secara naluri.
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam Safaria 2007: 15 mendefiniskan kecerdasan spiritual SQ sebagai “is the necessary foundation for the
effective functioning of both IQ and EQ. it our ultimate intelligence” mereka menegaskan bahwa tanpa kecerdasan spiritual SQ, maka IQ dan EQ tidak
akan berjalan dengan efektif dan optimal. Kecerdasan spiritual menurut mereka merupakan kecerdasan tertinggi manusia, yang melingkupi seluruh
kecerdasan yang ada pada manusia. Artinya, kecerdasan spiritual melingkupi seluruh kecerdasan-kecerdasan yang terdapat pada manusia.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat yang disampaikan oleh ahli lain tentang kecerdasan spiritual. Menurut Levin dalam Safaria 2007: 16
kecerdasan spiritual tertinggi hanya bisa dilihat jika individu telah mampu mewujudkannya dan ter-refleksi dalam kehidupan sehari-harinya. Artinya
sikap-sikap hidup individu mencerminkan penghayatannya akan kebajikan dan kebijaksanaan yang dalam, sesuai dengan jalan suci menuju pada Sang