Orientasi Bimbingan dan Konseling

tinggi. Para siswanya yang sedang dalam tahap perkembangan yang meranjak memerlukan segala jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya. Para guru terlibat langsung dalam pengajaran yang apabila pengajaran itu dikehendaki mencapai taraf keberhasilan yang tinggi, memerlukan upaya penunjang untuk bagi optimalisasi belajar siswa. Dalam kaitan ini tepatlah apa yang dikatakan oleh Bernard Fullmer 1969 bahwa guru amat memperhatikan bagaimana pengajaran berlangsung, sedangkan konselor amat memperhatikan bagaimana murid belajar? seiring dengan itu, Crow Crow I960 mengemukakan perubahan materi kurikulum dan prosedur pengajaran hendaklah memuat kaidah-kaidah bimbingan. Apabila kedua hal itu memang terjadi, materi dan prosedur pengajaran berkaidah bimbingan, dibarengi oleh kerjasama yang erat antara guru dan konselor, dapat diyakini bahwa proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru untuk murid itu akan sukses.

A. Orientasi Bimbingan dan Konseling

Orientasi yang dimaksudkan di sini ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan. Misalnya, seseorang yang berorientasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitikberatkan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung ragi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia adakan dengan orang lain; sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat pergaulan itu sebagai lapangan tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama. Apakah yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatian konselor terhadap kliennya? Itulah orientasi bimbtngan dan konseling yang menjadi pokok pembicaraan pada bagian ini.

1. Orientasi Perseorangan

Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelas; di dalam kelas itu ada sejumiah orang siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangan konselor berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siswa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Semua siswa itu secara keseiuruhan ataukah masing-masing siswa seorang demi seorang? Orientasi perseorangan bimbingan dan konseiing menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseiuruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseiuruhan kelompok siswa itu merupakan konfigurasi bentuk keseiuruhan yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.

2. Orientasi Perkembangan

Ketika membahas fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Bab V telah dikemukakan salah satu fungsi tersebut adalah fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.

3. Orientasi Permasalahan

Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali temyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bitnbingan dan konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkernbangan pastilah akan menganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang meiahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

A. Layanan Orientasi