istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari, cita-cita
yang tinggi dan cukup realistik, kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positif lainnya dari individu perlu
dipertahankan dan dipelihara. Bukan itu saja. Lingkungan yang baik pun lingkungan fisik, sosial dan budaya harus dipelihara dan sebesar-besamya dimanfaatkan untuk
kepentingan individu dan orang-orang lain. Jangan sampai rusak ataupun berkurang mutu dan kemanfaatannya.
B. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakan-nya bersumber dari kajian fllosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengerlian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Misalnya Van
Hoose 1969 mengemukakan bahwa: a bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak
terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan
potensi nya itu. b bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik;
seseorang anak berbeda dari yang lain. c bimbingan merupakan baniuan kepada anak-anak dan pemuda dalam
pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
d bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan
umumnya. e bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli
dengan Iatihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan
bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula. Semua butir yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir-
butirtersebut belum merupakan prinsip-prinsip yangjelas aplikasinya dalam praktek bimbingan dan konseling. Apabila butir-butir tersebut hendak dijadikan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling, maka aspek-aspek operasionalisasinya harus ditambahkan. Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan
dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayan, penyelenggaraan pelayanan. Berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip
bimbingan dan konseling yang diramu dari sejumlah sumber Bernard Fullmer, 1969 dan 1979; Crow Crow, 1960; Miller Fruehling, 1978.
7. Prinsip-Prittsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu sangat bervariasi,
misalnya dalam hal umumya, jenis kelaminnya, status soslal ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat dan jabatannya, keterikatannya lerhadap suatu lembaga
tertentu, dan variasi-variasi lainnya. Berbagai variasi itu menyebabkan individu yang satu berbeda dari yang lainnya. Masing-masing individu adalah unik.
Secara lebih khusus lagi, yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan
langsung adalah sikap dan tingkah lakunya. Sebagaimana telah disinggung terdahulu, sikap dan tingkah laku individu amat dipengaruhi oleh aspek-aspek
kepribadian dan kondisi diri sendiri, serta kondisi lingkungannya.
2. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Masalah lndividu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selaiu positif. Faktor-faktor yang pengaruhnya negatif akan menimbulkan
hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu.yang akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu. Masalah-
masalah yang timbul seribu satu macam dan sangat bervariasi. baik dalam jenis dan intensitasnya. Secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu semua
individu dengan berbagai masalahnya itu. Namun. sesuai dengan keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu
menangani masalah klien secara terbatas.
3. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik diselenggarakan secara insidental, maupun terprogram. Pelayanan insidental diberikan kepada klien-klien
yang secara langsung tidak terprogram atau terjadwal kepada konselor unruk meminta banruan. Konselor memberikan pelayanan kepada mereka secara langsung pula sesuai
dengan permasalahan klien pada waktu mereka itu datang. Konselor memang tidak menyediakan program khusus untuk mereka. Klien-klien insidental seperti itu
biasanya datang dari luar lembaga tempat konselor bertugas. Pelayanan insidental itu merupakan pelayanan konselor yang sedang menjalankan praktek pribadi.
4. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling baik yang bersifat insidental maupun terprogram dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini
selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Konselor yang bekerja di suatu
lembaga yang cukup besar misalnya sebuah sekolah, sangat berkepentingan dengan penyelenggara program-program bimbingan dan konseling secara teratur dari waktu
ke waktu. Kerja sama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar berbagai ternpat ia bekerja perlu dikembangkan secara optimal.
5. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling, sekolah me-rupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan
dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur; sekolah
memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang
tinggi. Para siswanya yang sedang dalam tahap perkembangan yang meranjak memerlukan segala jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya.
Para guru terlibat langsung dalam pengajaran yang apabila pengajaran itu dikehendaki mencapai taraf keberhasilan yang tinggi, memerlukan upaya penunjang untuk bagi
optimalisasi belajar siswa. Dalam kaitan ini tepatlah apa yang dikatakan oleh Bernard Fullmer 1969 bahwa guru amat memperhatikan bagaimana pengajaran
berlangsung, sedangkan konselor amat memperhatikan bagaimana murid belajar? seiring dengan itu, Crow Crow I960 mengemukakan perubahan materi kurikulum
dan prosedur pengajaran hendaklah memuat kaidah-kaidah bimbingan. Apabila kedua hal itu memang terjadi, materi dan prosedur pengajaran berkaidah bimbingan,
dibarengi oleh kerjasama yang erat antara guru dan konselor, dapat diyakini bahwa proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru untuk murid itu akan sukses.
A. Orientasi Bimbingan dan Konseling