Ragam Jajanan Anak Frekuensi Jajanan

Seminar Nasional World Fit for Children Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 6 Oktober 2012 Page 170

H. Kontribusi Energi dan Zat Gizi dari Jajanan Anak terhadap Kecukupan

Energi dan Zat Gizi Grafik pada Gambar 1 mengindikasikan bahwa jajanan memberikan kontribusi energi dan protein yang cukup berarti pada kedua kelompok yaitu lebih dari 25 dari kecukupan, namun pada anak yang stunting menunjukkan kontribusi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan anak yang nonstunting. Gambar 1. Kontribusi Energi dan Protein dari Jajanan Anak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuantitas dan jenis makanan diberikan kepada anak dan frekuensi makanan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan kejadian stunting pada anak. Stunting menunjukkan pertumbuhan yang rendah dan merupakan efek kumulatif dari asupan energi, makronutrien atau mikronutrien yang tidak memadai dalam waktu jangka panjang atau hasil dari infeksi kronis, yang berkontribusi terhadap morbiditas dan kematian dari penyakit infeksi seperti infeksi pernafasan akut, diare, campak dan malaria. Hal yang sama ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 2 dan 3, bahwa jajanan anak mempunyai andil yang cukup berarti bagi kecukupan gizi pada kedua kelompok, namun pada anak yang non stunting kontribusi vitamin B 1 , B 2 , B 6 dan vitamin C lebih besar. Gambar 2. Kontribusi Vitamin B1, B2, B6 dan Vitamin C dari Jajanan Anak 10 20 30 40 50 10 20 30 40 50 stunted nonstunted Tk. Kec. Energi Protein Tk. Kec. Energi Protein mean of rdasn_e mean of rdasn_prot Graphs by stunted1 10 20 30 40 10 20 30 40 stunted nonstunted Tk. Kec. Vit B1 Vit B2 Vit B6 VitC Tk. Kec. Vit B1 Vit B2 Vit B6 VitC mean of rdasn_b1 mean of rdasn_b2 mean of rdasn_b6 mean of rdasn_vitc Graphs by stunted1 Seminar Nasional World Fit for Children Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 6 Oktober 2012 Page 171 Masalah gizi seringkali dikaitkan dengan kekurangan makanan di masyarakat yang dihasilkan oleh pembangunan ekonomi yang rendah, distribusi kekayaan yang tidak merata, kemiskinan, faktor musim, dan peperangan. Faktor-faktor lain seperti ukuran besar keluarga, praktek pemberian makan yang salah dan prevalensi penyakit menular yang tinggi juga mempunyai peranan terjadinya masalah gizi. Hasil kajian Muller and Crawinkel 2005 disebutkan bahwa pengenalan awal terhadap makanan pertama yang rendah kualitas dan kuantitasnya, rendahnya pemberian ASI eksklusif dan tingginya frekuensi penyakit pada masa awal bayi merupakan alasan-alasan sebab terjadinya lambatnya pertumbuhan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sangat sedikit, yaitu 2.99. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian di negara sedangg berkembang lainya seperti di India yang mencapai 7,8 Tiwari, et al., 2009, maka angka ASI eksklusif di daerah penelitian ini masih lebih rendah. Kejadian stunting pada anak dapat juga disebabkan asupan energi yang rendah. Dalam penelitian ini terungkap bahwa asupan energi dari jajanan pada anak yang stunting lebih rendah dibandingkan dengan aanak yang normal. Energi merupakan bagian yang sangat penting dalam seluruh proses metabolisme tubuh Gibson, 2005. Protein merupakan bahan dasar untuk membentuk semua sel-sel jaringan tubuh, mengatur keseimbangan cairan antara jaringan, saluran darah dan di dalam sel. Vitamin B 1 berfungsi sebagai koe-enzim dari enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbihidrat dalamproses pembentukan energi, vitamin B 2 selain sebagai ko-enzim dalam reaksi oksidasi-reduksi juga sebagai katalisator berbagai reaksi kimia tubuh. Sementara itu, vitamin B 6 mempunyai peran dalam glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa dari lemak dan protein, selain itu juga berperan dalam metabolisme sel darah merah dan sintesis neurotransmitter. Vitamin C penting dalam proses oksidasi-reduksi dan dikenal luas fungsi lainnya dalam berbagai metabolisme tubuh. Gambar 3. Kontribusi Mineral Fe dan Zn dari Jajanan Anak Seng Zn dan besi Fe telah diketahui perannya dalam proses pertumbuhan. Arsenault, et al. 2008 mengungkapkan hasil penelitian pada anak-anak di Peru membuktikan bahwa anak-anak yang menerima suplementasi seng memiiliki berat tubuh lebih besar 0,41 kg dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat seng dan terbukti bahwa defiseinsi seng dapat menghambat pertumbuhan. Shrimpton, et al. 2005 dan Penny, et al., 2004, serta Gibson et al 2003 melaporkan tentang manfaat suplementasi besi dalam proses pertumbuhan. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh hasil penelitian Walker, et al 2007 yang menyatakan tidak ada pengaruh suplementasi besi dengan atau tanpa seng terhadap pertumbuhan anak, namun penelitian ini menggunakan dosis yang rendah dan diberikan tidak setiap hari melainkan 10 20 30 10 20 30 stunted nonstunted Tk. Kec. Mineral Fe dan Zn Tk. Kec. Mineral Fe dan Zn mean of rdasn_fe mean of rdasn_zn Graphs by stunted1