Pengaruh Tenaga Kesehatan Faktor Reinforcing

Seminar Nasional World Fit for Children Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 6 Oktober 2012 Page 53 sudah tidak memerah ASI lagi, dengan alasan bayinya sudah kurang suka terhadap ASI lagi, padahal bayinya baru berumur 3 bulan. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Perilaku Pemberian ASI meliputi: pemberian kolostrum belum terlaksana dengan baik; masih terdapat subjek yang memberi cairan dengan alasan ASI belum keluar dan bayi rewel.; sebagian besar memberikan MP ASI sebelum bayi genap berusia 6 bulan; saat di rumah ibu memberi ASI sesering mungkin, sedangkan saat bekerja ASI diperas atau diberi susu formula 2. Faktor Predisposing berupa pengetahuan, kepercayaan, dan sikap mengenai ASI eksklusif dan ASI perah dari sebagian besar subjek sudah dinilai baik. 3. Faktor enabling berupa kebijakan tempat kerja terhadap program PP-ASI pekerja wanita dan fasilitas penunjang pemberian ASI eksklusif di tempat kerja dinilai kurang mendukung implementasi ASI eksklusif pada ibu bekerja. Sedangkan untuk keterjangkauan berbagai sumber daya, produksi ASI, fasilitas di rumah, dan kondisi bayi dinilai cukup mendukung implementasi ASI eksklusif pada ibu bekerja. 4. Faktor reinforcing berupa dukungan suami dan tenaga kesehatan khususnya dokter perusahaan dinilai baik, karena semua suami subjek dan dokter perusahaan mendukung pemberian ASI eksklusif. Saran 1. Bagi perusahaan a. Menyediakan fasilitas penunjang ASI eksklusif seperti ruang laktasi dan tempat menyimpan ASI perah seperti lemari es. Ruang laktasi sebaiknya tidak digabung dengan poliklinik, namun disediakan tempat sendiri, tidak perlu luas, yang penting nyaman dan bersih, serta dilengkapi dengan wastafel dan tempat penyimpanan ASI perah. b. Mengadakan penyuluhan mengenai ASI ekskusif kepada pekerja wanita. 2. Bagi ibu pekerja Menambah pengetahuan mengenai ASI eksklusif, baik melalui Posyandu, dokter perusahaan maupun dari media lain sehingga lebih memahami manfaat ASI eksklusif dan dapat mengimplementasikannya. Daftar Pustaka 1. Juliyah. Meneg PP dan PA: Pojok ASI Penting Tersedia di Perusahaan. 2011. Online, http:www.depkominfo.go.idberitabipnewsroommeneg-pp-dan-pa- pojok-asi-penting-tersedia-di-perusahaan, diakses 27 Februari 2011. 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 3. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, Dan Menteri Kesehatan NOMOR 48MEN.PPXII2008, PER.27MENXII2008, dan 1177MENKESPBXII2008 Tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja. 4. UNICEF. Gerakan Perusahaan Sayang Bayi. Selebaran. Jakarta. 2010. 5. Maleong L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004. 6. Moleong, L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke XIV. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002. 7. Depkes RI. Tentang Informasi ASI. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, 1991. Seminar Nasional World Fit for Children Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 6 Oktober 2012 Page 54 8. Wiryo, H. The Effect of Early Solid Food Feeding and Absence of Colostrum Feeding on Neonatal Mortality . FK Universitas Udayana, 2007. 9. Thaha AR, Hadju V. Studi Penilaian Makanan Pendamping ASI di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Kumpulan Makalah Diskusi Pakar Bidang Gizi Tentang ASI-MP ASI, antropometri dan BBLR. Cipanas: Persagi, LIPI, UNICEF, 2000. 10. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. 11. Iwan. ASI Eksklusif Bikin Cerdas dan Mandiri. Online. http:www.gizi.netforumsviewtopic.php?t=40, diakses tanggal 20 Mei 2011. 12. Soeparmanto, Paiman. Hubungan antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor Sosial Ekonomi, Demografi dan Perawatan Kesehatan. Jurnal Kedokteran dan Farmasi No.

8, hal 502-506. 2000. 13. Smert, Bart. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo, 1994.

14. Kasnodiharjo, Slamet Riyadi, Imam Waluyo, Sunanti Zalbawi, Yulfira Media. Faktor Determinan Pemberian Air Susu Ibu Tidak Eksklusif Analisis Lanjut SDKI

1994, Buletin Penelitian Kesehatan 24, 1996.

15. Marlina, Endah. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif di Rumah Bersalin se-Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen. Skripsi. FKM UNDIP Semarang. 2005. 16. Anang, Triwibowo. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Pemberian Kolostrum di Rumah Sakit dr. Muwardi Solo. Skripsi. FKM UNDIP Semarang. 2003. 17. Sudarmanta. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Gamping II Kabupaten Sleman Tahun 2002. Skripsi. FKM UNDIP. 2003. 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 19. Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. Medical Book, Kapita Selekta ASI Menyusui . Yogyakarta: Nuha Medika, 2010. 20. Azisya, Syasya. Sukses Menyusui Meski Bekerja, Manajemen ASI eksklusif untuk Ibu Bekerja . Jakarta: Gema Insani, 2010. 21. Roesli, Utami. Hidup ASI Eksklusif. Online. http:www.republika.co.idkoran detail.asp?id=181607kat_id215skat_id1=kat_id2. diakses tanggal 20 Mei 2011. 22. Februhartanty, J. Strategic Rules of Fathers in Optimizing Breastfeeding Practises: A Study in an Urban Setting of Jakarta . Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta, 2008. Seminar Nasional World Fit for Children Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 6 Oktober 2012 Page 55 CAKUPAN ASI EKSLUSIF KABUPATEN BREBES TAHUN 2010 Lintang Dian Saraswati , Praba Ginandjar Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP lintangundip.ac.id Abstrak Pemberian ASI eksklusif di Indonesia saat ini masih kurang menggembirakan, terlihat ada penurunan dari 42,4 menjadi 39,5 SDKI 1997 dan SDKI 2002. Cakupan pemberian ASI eksklusif dari data rutin DKK Brebes tahun 2008-2010 sebesar 36, 46,52 dan 52,17 , dimana masih dibawah standar 80. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui cakupan asi ekslusif menggunakan metode survei cepat dengan menggunakan two stage random sampling , dan tingkat pertama adalah teknik klaster cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan cakupan asi eksklusif hampir sama dengan cakupan dari data rutin 50,5 dan masih di bawah standar, dalam memberikan makanan atau minuman kepada bayi paling besar adalah dari inisiatif sendiri 24.8, memberikan makanan atau minuman kepada bayi selama 1 jam persentase paling besar adalah diberikan susu formula 24.8, memberikan makanan atau minuman kepada bayi selama 1 hari persentase pemberian susu formula menduduki prosentase terbesar kedua 13,8, terdapat 8,6 responden yang telah memberikan pisang kepada bayinya yang masih berusia 1 bulan, ASI tidak eksklusif terbanyak pada kelompok usia 35 tahun 63.2, responden tidak memberikan ASI lebih banyak memiliki pengetahuan kurang dengan persentase 100.0 dibandingkan dengan pengetahuan yang lain, responden pada kelompok ASI eksklusif paling tinggi pada ibu yang tidak bekerja dengan persentase 53.1, responden yang memberikan ASI eksklusif lebih banyak mendapatkan dukungan dari suami dengan persentase 71.7. Disarankan agar dilakukan peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif kepada semua ibu hamil beserta suami. Kata Kunci : ASI Eksklusif, Cakupan Latar Belakang Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI air susu ibu saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim Roesli, Utami, 2000. Hal ini sesuai dengan UU RI nomor 36 pasal 128 ayat 1 tahun 2009 tentang kesehatan yang berbunyi setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan kecuali atas indikasi medis dan rekomendasi terrbaru UNICEF bersama World Health Assembly WHA dimana menetapkan jangka waktu pemberian ASI ekslusif selama enam bulan WHO, 2001. Standar pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80 pada tahun 2010 yang ditegaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI no 450 tahun 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia. ASI mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi Nur, 2008. Bayi yang mendapat ASI akan lebih terjaga dari penyakit infeksi terutama diare dan ISPA Lawrence, 1994. Jika pemberian ASI dilakukan dengan baik diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi. Mengingat penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia adalah penyakit infeksi terutama infeksi saluran napas akut ISPA dan diare. Untuk wilayah Jawa dan Bali ISPA merupakan penyebab 23,9 kematian sedangkan diare 9,0. Demikian juga daerah lain seperti Sumatera