Praktik Money Politic dalam Pemilihan Gubernur oleh Anggota
gubernur dikembalikan lagi ke DPRD provinsi dengan mengatakan bahwa:
“…Itu pasti terjadi, karena money politic dalam konteks perpindahan dari masyarakat ke anggota DPRD, dalam konteks
menjaga integritas untuk tidak melibatkan masyarakat terhadap dampak negatif dari pilkada, itu ada benarnya. Artinya kalau ada
konflik, money politic, ya dilokalisir di lembaga perwakilan saja, masyarakat tidak diikut-ikutkan dengan masalah tersebut. Jadi
praktik money politic pasti ada potensi itu, karena DPRD ini kan isinya bukan malaikat, isinya itu orang, begitu juga dengan
parpol, mau parpol Islam, atau non Islam, isinya orang semua
tidak ada yang isinya malaikat”.
43
Secara halus, meskipun tidak secara tegas mengungkapkan secara pasti kemungkinan praktik money politik di DPRD apabila gubernur
dipilih DPRD provinsi, empat elit partai politik yang terdiri dari Partai Demokrat, PDI Perjuangan, Partai Golkar, dan juga Partai Hanura,
dengan bahasa lain mengungkapkan praktek money politik memungkinkan untuk terjadi di DPRD. Mereka beranggapan bahwa
praktek money politic bisa saja terjadi dalam proses politik dan merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari. Tapi disisi lain mereka
juga berpendapat bahwa dengan di pilih melalui DPRD provinsi nilai cost politik yang dikeluarkan calon akan lebih rendah dibandingkan
dengan pemilihan langsung oleh rakyat. Selain itu juga tidak menimbulkan gesekan-gesekan di sosial masyarakat, karena
permainan itu hanya disatu titik atau dilokalisir di DPRD saja.
43
Hasil wawancara pada Rabu, 10 Oktober 2012.
Ismet Roni, Sekretaris DPD Partai Golkar Provinsi Lampung, mengatakan bahwa:
“…Tapi begini, dampak psikologisnya di dalam masyarakat, kalau itu langsung itu kan semua masyarakat yang terkena
imbasnya, mental kita. Tetapi kalau itu dilakukan oleh DPRD hanya 75 orang yang mentalnya rusak kalau katanya seperti itu,
tapi kan tidak semua masyarakat cerdas, sekarang pilkada langsung kita kan rusak. Coba anda cek di lapangan, tanya
kepada masyarakat, kemarin dapat berapa waktu milih si A memilih si
B. Beban mental masyarakat yang terlalu berat.”
44
Sementara itu, dua elit partai politik yang terdiri atas PAN dan PKB, menyatakan tidak tahu atau tidak bisa memastikan kemungkinan ada
atau tidaknya praktik money politic di DPRD apabila gubernur dipilih kembali oleh DPRD provinsi. Menurut mereka, praktek money politic
itu sulit untuk dibuktikan, karena yang memungkinkan itu hanya ongkos politiknya. Persoalan ongkos politik yang dikeluarkan calon,
menurutnya adalah hal yang tidak bisa dihindari, misalnya komitment untuk membesarkan partai politik yang telah mengusungnya. Mereka
juga tidak menghendaki adanya praktek tersebut, jadi kalau belum dilaksanakan tetapi sudah berbicara adanya kemungkinan praktik
tersebut, jadi berandai-andai. Sedangkan dua elit partai politik lainnya yang terdiri dari PKPB dan
PDK mengatakan bahwa mereka tidak begitu yakin akan kemungkinan terjadinya money politic di DPRD apabila gubernur
kembali dipilih oleh DPRD provinsi. Mereka menilai peran anggota
44
Hasil wawancara pada Senin, 08 Oktober 2012.
DPRD akan lebih ditentukan dalam mekanisme partainya masing- masing. Selain itu juga mereka anggota DPRD adalah orang yang
paham dan berpendidikan serta masih memiliki hati nurani, sehingga partik tersebut akan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
Kalaupun seandainya pratik tersebut saat ini dianggap memungkinkan, maka pemerintah hendaknya lebih melakukan kajian yang lebih
mendalam serta membuat rambu-rambu yang tentunya dapat menghambat dan membatasi kemungkinan adanya praktek money
politic tersebut.