Dekonstruksi Wacana Elit Politik Kharismatik di Indonesia (Analisis Pembentukan Wacana oleh Jokowi pada Masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Yogaswara, dkk,2012, Jokowi-Ahok Pemimpin yang “Biasa-Biasa Saja”, Yogyakarta: Media Pressindo.

Al-Fayyadl, Muhammad. 2015. Derrida. Yogyakarta: LKiS. Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik, Jakarta : Balai Pustaka.

Bagus D. Wijoyo, 2012, Pesona dan Karisma Jokowi, Yogyakarta: Sinar Kejora. Bambang Prasetyo, dkk.2005. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi.

Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Betti R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, terj. Machnun Husein, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995).

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.

Eriyanto.2011. Analisis Wacana Kritis, pengantar analisis teks media, Yogyakarta: LKIS.

Imawan, Riswandha. 1996. Membedah Politik Orde baru. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kristeva, Julia. 1980. Desire in Language a Semiotic Approach to Literature and Art. Oxford: Basil Blackwell.

Lexy J. Moleong.2000. Metode Penelitian Kualitatif. Band

Mas‟ud Mochtar, dkk.2001.Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.


(2)

Norris, Christoper. 2009. Membongkar Teori Dekonstruksi Jacques Derrida. Terjemahan Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.

Samidjo, 2002. Ilmu Negara. Bandung: Armico.

Sitepu, Anthonius P. 2012.Teori-Teori Politik.Yogyakarta: Graha ilmu. Steinberg, Arnold.1981. kampanye politik dalam praktek. Jakarta: Intermasa. Sumarno, A.P., 1987. Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, Bandung : PT Cipta

Aditya.

Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik: Sejarah, Defenisi dan Perkembangan konsep. Yogyakarta: IRCiSoD.

Sutherlang, Heater. 1983. Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi. Jakarta : Sinar Harapan.

Van Niel, ROBERT. 1984. Munculnya elit modern Indonesia. Jakarta : Pustaka Jaya.

Venus, Antar, 2004. Manajemen Kampanye. Bandung : Remaja Rosda Karya. Veronika, Ina. 2010. Pemasaran Politik Legislatif Pertahanan Dalam

Memenangkan Pemilu Anggota DPDR Kota Kupang. NTT.

Zaenuddin HM, 2012, Jokowi: Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapat Kursi, Jakarta: Ufuk press.

Sumber lain : Jurnal :


(3)

Ignatius Eggi Reza Putra / Mario Antonius Birowo. 2013. KONSTRUKSI PEMIMPIN NASIONAL DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Laporan Jajak Pendapat KOMPAS dengan Topik Kepemimpinan Nasional Periode 2009-2012). Yogyakarta : Universitas Atma Jaya.

M. Yusuf, A.R. 2013. Fenomena Kepemimpinan politik Jokowi. GaneÇ Swara Vol. 7 No. 1(Maret). Universitas Mataram.

Hurin In Lia Amalia Qori. 2013. Kepemimpinan Karismatik Versus Kepemimpinan Transformasional. Analisa, Vol. 1, No. 2 (Agustus).

Tesis :

Alyanti Fransisca, 2010. Model komunikasi Kharismatik Presiden-Presiden Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Skripsi :

Harahap, Farah Annisa, “Analisis Wacana Kritis Terhadap Pidato Kenegaraan

Presiden Sukarno Pada Tanggal 17 Agustus 1966”. Hal 32

Internet :

http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id/2013/01/03/baju-kotak-kotak-identitas-dan-pertarungan-makna/trackback/


(4)

http://www.kompasiana.com/hennysovya/mengenal-gaya-kepemimpinan-presiden-di-indonesia_552c5c1c6ea834f7738b4571

http://plus.kapanlagi.com/mengenal-ketiga-anak-jokowi-dan-arti-nama-keren-mereka-8b2c3b.html diunduh pada tanggal 25 November 2014 pukul 12.20 wib.

http://silontong.com/2014/06/09/profil-dan-biodata-iriana-istri-joko-widodo-atau-jokowi/ diunduh pada 25 November 2014, Pukul 12.21 Wib. Republika.co.id, Jokowi ubah kostum putih Jadi Kotak-Kotak di pilpres 2014,

selasa, 27 mei 2014, 13.58 WIB

Suara.com, Jokowi ungkapkan Makna kemeja putih yang digulung lengannya. Rabu, 7 mei 2014, 19:49 WIB.

Youtube :

1. Jokowi Jk Luncurkan Baju Resmi Untuk Kampanye Pilpres

2. Dengan Tegas, Jokowi- 'Saya Tidak Lembek, Saya Adalah Petarung' 3. Kampanye Lucu Jokowi Di Majalengka

4. Cerita Lucu Dibalik Layar Selama Jokowi Kampanye Pilpres 2014 5. Jawaban Lucu Jokowi Tentang Sepatu Sederhana Saat Debat Capres 2014 6. Pakai Jas, Tdk Kotak2, Ndeso, Pemikiran Internasional

7. Mengharukan! Pidato Jokowi Di Gbk - Hari Terakhir Kampanye Pilpres 2014


(5)

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan dan menjelaskan wacana yang dicoba dibangun oleh Joko Widodo sebagai calon presiden di pemilihan presiden 2014 melalui serangkaian pernyataan yang ia lakukan baik melalui ucapan maupun tindakan selama masa kampanye pemilihan presiden 2014. Pernyataan yang akan peneliti teliti berupa video kampanye, debat calon presiden, serta video lainnya yang berkaitan dengan wacana yang akan dibangun oleh Joko Widodo. Wacana yang peneliti teliti yaitu wacana sisi kepemimpinan yang low profil, sederhana, dan dekat dengan rakyat ala Jokowi yang berupa dekonstruksi dari sisi kepemimpinan seorang presiden di Indonesia yang tegas, kuat, berwibawa, dan ekslusif yang terbangun selama ini. Oleh sebab itu, peneliti memilah-milah dan menentukan beberapa kutipan video yang refresentatif dalam menunjukkan sisi dekonstruksi wacana tersebut.

Pertama, peneliti akan menjelaskan dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, yaitu analisis bentuk-bentuk simbolik yang diinterpretasikan dengan menguraikan tanda-tanda berupa bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya mengenai video tersebut. Kemudian tanda-tanda yang memiliki makna tersebut dibedakan menjadi makna denotatif dengan makna konotatif. Denotasi menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukan pada realitas yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang


(6)

bersifat implisit dan tersembunyi. Analisis semiotika ini bertujuan untuk melihat apa makna ataupun maksud yang terkandung dalam pernyataan yang disampaikan oleh Jokowi.

Setelah mengetahui makna dari hasil analisis semiotika Roland Barthes, peneliti akan menggunakan analisis Foucault untuk menjelaskan bahasa-bahasa yang mempunyai efek kuasa dan dapat mengartikulasikan kekuasaan tersebut. Peneliti menggunakan pendekatan Foucault ini karena pendekatan ini menitikberatkan pada relasi kekuasaan yang terjadi. Pendekatan Foucault ini mengkaji mengenai relasi antara kekuasaan dan wacana yang disampaikan. Relasi ini antara lain bagaimana Jokowi dengan kekuasaannya membentuk sebuah wacana melalui pernyataannya dalam kampanye, debat dan kegiatan lainnya.

Terakhir, peneliti akan menggunakan pendekatan dekonstruksi Jacques Derrida untuk menjelaskan bahwa wacana yang dibangun Jokowi melalui pernyataannya selama masa kampanye telah meruntuhkan wacana yang telah terbangun selama ini mengenai sosok presiden di Indonesia. Peneliti menggunakan pendekatan ini karena dekonstruksi memberikan dorongan untuk menemukan segala sesuatu yang selama ini tidak memperoleh perhatian dan memungkinkan untuk melakukan penjelajahan intelektual. Dekonstruksi digunakan sebagai cara untuk membawa kontradiksi-kontradiksi yang bersembunyi di balik konsep-konsep kita selama ini dan keyakinan yang melekat pada diri ini ke hadapan kita.


(7)

3.1 Identifikasi Umum Pernyataan Jokowi Semasa Kampanye Pemilihan Presiden

Video yang menjadi penelitian penulis yaitu video pernyataan Jokowi selama masa kampanye pemilihan presiden Republik Indonesia yang ditayangkan di televisi. Terdapat sebanyak tujuh cuplikan video yang telah penulis tentukan dan dari masing-masing video tersebut penulis telah mengutip beberapa scene video yang menurut penulis representatif dalam menunjukkan sisi dekonstruksi wacana. Video ini berisikan tentang pidato kampanye, pendapat dalam debat calon presiden, dan sesi talkshow di acara televisi. Berikut yang menjadi urutan video :

a. Video 1, yaitu tentang Jokowi-JK yang memperkenalkan baju resmi untuk kampanye pada tanggal 27 mei 2014.

b. Video 2, yaitu tentang kampanye Jokowi di hadapan ribuan santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta pada Senin tanggal 2 Juni 2014. c. Video 3, yaitu tentang kampanye lucu Jokowi di Majalengka pada tanggal

18 Juni 2014.

d. Video 4, yaitu tentang talkshow “Presiden Pilihan Kita” di acara Mata Najwa pada tanggal 10 Juli 2014

e. Video 5, yaitu tentang Jokowi dalam pemaparan platform ekonomi pada tanggal 6 Juni 2014.

f. Video 6, yaitu tentang pidato Jokowi di Stadion Gelora Bung Karno pada hari terakhir kampanye pemilihan presiden tanggal 5 juli 2014.


(8)

g. Video 7, yaitu tentang pendapat Jokowi dalam debat calon presiden yang pertama pada tanggal 9 juni 2014.

3.2Identifikasi dan narasi data 3.2.1 Video 1

Dalam cuplikan video ini Jokowi dan Jusuf Kalla memperkenalkan baju resmi mereka untuk kampanye. Jokowi akan mengenakan baju kotak-kotak sedangkan Jusuf Kalla akan mengenakan baju putih. Dimana kedua simbol, putih dan kotak-kotak menggambarkan keanekaragaman bangsa Indonesia. Hal ini disampaikan Jokowi seusai melakukan iklan sosialisasi pasangan Jokowi-JK untuk pemilihan presiden 9 Juli 2004 di taman Suropatih Jakarta Pusat. Menurut pasangan Jokowi-JK, penggunaan baju kotak-kotak dan putih merupakan simbol yang akan digunakan oleh Jokowi dan JK sampai pemilihan presiden 9 Juli 2004. Yang mana simbol dari kotak-kotak dan putih merupakan simbol yang menandakan saling melengkapi antara Jokowi dan Jusuf Kalla yang artinya Jokowi sebagai tokoh muda dan Jusuf Kalla sebagai tokoh yang berpengalaman. Berikut narasi dari cuplikan video 1 :

Jadi ini adalah baju kita nanti sampe 9 juli, Jokowi kotak-kotak, pak JK putih. Memang ini berbeda kan, karna emang kami ini saling melengkapi, Pak JK berpengalaman, yang disini muda.

3.2.2 Video 2

Dalam cuplikan video ini Jokowi sedang memberi pidato singkat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, pada Senin tanggal 2 Juni 2014.


(9)

Jokowi memberi pendapat tentang pencalonannya menjadi calon presiden yang di usung oleh PDI Perjuangan. Berikut narasi dari cuplikan video 2 :

Lobi-lobi juga ndak, minta-minta juga ndak, ngemis-ngemis apalagi ndak, ndak pernah saya. Tau tau juga ditetapkan jadi capres, ini apalagi? Tapi kembali lagi hakekatnya semuanya karna Allah, ya sudah saya jalani. Ya kalo sudah ditetapkan seperti ini, saya itu petarung, jangan ada yang mikir saya itu lembek! Saya petarung!

3.2.3 Video 3

Dalam cuplikan video ini gelak tawa mewarnai kampanye Jokowi di Majalengka Jawa Barat pada tanggal 18 Juni 2014. Saat itu Jokowi meminta sejumlah warga untuk menunjukkan bagaimana cara mereka membujuk warga lain untuk ikut memilih Jokowi-JK dalam pemungutan suara pada pemilihan presiden. Terdapat 3 warga yang menyampaikan ajakan kepada massa kampanye untuk memilih Jokowi dalam pemungutan suara di Pemilihan Presiden. Berikut narasi kampanye Jokowi :

Samad : Assalamualaikum,

Jokowi : Ngapain kok tok..tok..tok..tok..tadi? Samad : Buka pintu

Jokowi : Buka pintu, silahkan.

Samad : Pak..(Jokowi Tertawa bersama warga), saya mau menyampaikan supaya tanggal 9 Juli nanti pilih Jokowi nomor duaaa..

Jokowi : Kenapa milih Jokowi-JK? Samad : Orangnya jujur, merakyat

Cuplikan dengan warga yang berbeda

Jokowi : Supaya jadi nyoblos saya gimana caranya? Dibujuk, bujuknya gimana?

Suparni : Pilih pak Jokow! Orang nya sederhana, orang Jawa sama seperti saya (Jokowi tertawa bersama warga), gak ada calon presiden kayak pak Jokowi bajunya ini ini terus (Jokowi tertawa)


(10)

Jokowi : Trus? Yang ini Jokowi-JK, Yang disini(menunjukkan pasangan yang lain) juga diterangin dong.

Suparni : Saya mah gak tau, biarin ajalah orang yang menilai, yang penting saya milih pak Jokowi..!

Cuplikan dengan warga yang berbeda

Maya : Saya relawan dari pak Jokowi, mau mengajak ibu-ibu dan bapak-bapak untuk nanti 9 juli memilih pak Jokowi..

Jokowi : ini berarti ketetangganya kan? Bukan yang ini (menunjuk massa kampanye) ketetangganya gitu loh..

Maya : Alasannya bu, pak Jokowi itu pertama merakyat, tidak terlibat apapun, bukan orde baru bu..kalo sebelah ma horde baru bu(Jokowi tertawa)..kalo ini bukan, ini mah kerjanya nyata, blusukan, yang itu mah kokangkongkang wae bu, jangannn, betul gak?

Jokowi : iya bener, betul, trusss

Maya : Tidak ada pelanggaran apapun pak, Pilih pak Jokowi nomor dua pak

3.2.4 Video 4

Dalam cuplikan video ini, Jokowi diundang sebagai bintang tamu dalam acara talk show Mata Najwa di Metro TV yang bertema “ Presiden Pilihan Kita” pada tanggal 10 Juli 2014. Dalam acara talkshow ini membahas tentang perjalanan kampanye Jokowi yang secara khusus membahas mengenai sepatu yang dikenakan Jokowi saat debat calon presiden dan juga tentang pidato Jokowi di Gelora Bung Karno disaat hari terakhir masa kampanye pemilihan presiden. Berikut narasi cuplikan video 4 :

Najwa : Ada satu yang kemudian ramai di sosial media adalah ketika di debat terakhir, ada fotonya sampai dibahas, jadi apapun yang kemudian terjadi di saat debat dibahas oleh banyak orang. Nah yang dibahas itu pak (menunjukkan foto sepatu jokowi) sepatu pak Jokowi, katanya kok calon presiden sepatunya kok gitu sih pak? Loh, ini pake sepatu yang sama pak Jokowi haha.. haha.. waduh mohon maap ternyata sepatu yang sama yang dipake. Ini sepatu favorit?


(11)

Jokowi : Ga, yaa sepatu saya kadang saya pake kayak tidak, ada yang pake ada yang tidak gitu aja

Najwa : Boleh saya tau harganya brapa gak pa?

Jokowi : Harganya…gak tau ya yang belikan istri saya, tapi biasanya harga nya antara ya 200 sampe 300 kira-kira itu, katanya istri saya loh, saya gak beli sendiri kok

Najwa : Tetapi cukup nyaman di pake ya? Jokowi : Ya enak,

Najwa : Dan cukup pede di pake di debat calon presiden republik Indonesia cukup pede memakai sepatu harga 200 ribu ya,,

Jokowi : Ya bedanya apasih, sama saja, pake lari juga cepat juga,

Tentang kampanye terakhir di Gelora Bung Karno

Najwa : Apa sih yang terlintas dibenak pak Jokowi berdiri di tengah panggung dan itu ada massa sebegitu banyak pak?

Jokowi : Saya terus terang begitu saya membuka pintu dan masuk ke Gelora Bung Karno, saya betul-betul tidak membayangkan sama sekali bahwa massa akan sebanyak itu, betul-betul luar biasa banyaknya dan saya tentu saja saya membayangkan dan kaget sebentar dan bisa menguasai dan langsung ke tengah

Najwa : sampai berlari-lari lagi, ingat gak sih? Pak Jokowi sempat berlari-lari waktu itu

Jokowi : ya lari-lari, karna kan panggungnya panjang kalo jalan-jalan kan ada yang nunggu kelamaan.

3.2.5 Video 5

Cuplikan video ini berisi tentang pemaparan platform ekonomi Jokowi-JK pada tanggal 6 Juni 2014. Dalam pemaparannya Jokowi mengatakan perbaikan sumber daya manusia merupakan hal pertama yang akan ia lakukan dalam lima tahun kedepan jika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden bersama Jusuf Kalla. Acara pemaparan platform ekonomi Jokowi-JK ini diadakan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memahami arah prioritas kebijakan ekonomi Jokowi-JK. Menurut Jokowi perekonomian Indonesia perlu pemerataan dan pembangunan SDM. Uniknya dalam acara kali ini Jokowi tampil


(12)

dengan mengenakan setelan jas tanpa baju kotak-kotak yang menjadi cirri khas nya. Berikut ini narasi cuplikan video 5 :

Tadi saya sampaikan, pembangunan manusia,saya tidak gini (menunjukkan jari telunjuk), tapi gini ( menunjukkan dua jari), pembangunan sumber daya manusia. Nanti saya gini (menunjukkan jari telunjuk) klaru lagi, gini (menunjukkan dua jari), pembangunan sumber daya manusia, maap, tadi saya berangkat juga hampir klaru, saya sudah berangkat pake kotak-kotak, sudah naik mobil, di telpon mba Rini tadi, mas, pake jas saja biar beda gitu. Ternyata saya masuk kesini tadi banyak yang pangling. Ya kan biasanya orang mau apa sering saya pake putih, sering pake kotak-kotak dan sering media menyampaikan pada saya wajah saya wajah kampung wajah deso, tapi ga papa yang penting otaknya internasional.

3.2.6 Video 6

Cuplikan video ini tentang pidato Jokowi di Stadiun Gelora Bung Karno pada tanggal 5 juli 2014 hari terakhir massa kampanye pemilihan presiden. Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan apresiasi bagi semua pihak yang terlibat dalam pemenangan pasangan Jokowi-JK. Jokowi juga menyampaikan agar semua warga negara untuk bersama-sama melakukan perubahan. Berikut ini narasi cuplikan video pidato Jokowi :

Aprisiasi kepada kepada semua yang menjaga semua yang mejaga nilai-nilai keagamaanbaik itu di masjid, di gereja, di vihara, di pura serta mereka yang konsisten melestarikan nilai-nilai adat nusantara. Saya dan pak JK disini bukan karna nafsu untuk berkuasa apalagi untuk menghalalkan segala cara tidak.., kami datang untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menambah masalah, kami hadir untuk memberi rasa damai bukan jadi pemicu konflik.

Saudara-saudara, kita berkumpul untuk membulatkan tekad, menyatukan hati, dan bekerja keras sebagai tanggung jawab untuk melakukan perubahan demi kebaikan indonesia dengan cara-cara yang bermatabat. Kita berkumpul disini sebagai bagian dari demokrasi yang memastikan bahwa partisipasi seluruh rakyat untuk menenukan masa depan bangsa, penghormtan pada hak asasi manusia, berjuang untuk keadilan dan memelihara keberagaman serta perdamaian.


(13)

Kita menolak segala bentuk intimidasi, kebohongan , dan kecurangan yang mencuri hak rakyat untuk menentukan masa depan indonesia. Sebarkan kebaikan, rakyat tidak perlu percaya pada fitnah, pada kebohongan,kita semua telah di hantam fitnah dan kebohongan. Tapi kita tidak pernah tumbang karna kita bekerja tulus untuk republik tercinta. Kita semua adalah penyerah harapan untuk indonesia. Kekuatan kita adalah pada kerelaan, saudara-saudara rela bersatu padu, berdiri tegak, bekerja keras menyuarakan pesan tegas bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk sebuah perubahan.

Saya dan pak JK sekali lagi berterima kasih pada seluruh relawan, seluruh pemuka agama, seluruh tokoh masyrakat, seluruh aktivis, seluruh pekerja seni, seluruh petani, seluruh nelayan, seluruh buruh, seluruh pegawai negeri, seluruh mahasiswa, seluruh pelajar, dan cseluruh lapisan masyarakat untuk menyatukan tekad mengawal proses pemilihan presiden ini demi tercapainya cita-cita kita bersama.

Buat generasi muda adik-adik saya, kalian adalah pemilik masa depan indonesia, ijinkan kakak mu ini mengajak kalian semua untuk menentukn arah Indonesia. Jalan tinggal selangkah lagi, jaga TPS kita semuanya. Saya dan pak JK berjanji, jika saudara-saudara memberikan penghormatan kepada kami untuk menjadi presiden dan wakil presiden, maka kami akan bekerja keras setiap hari untuk anda dan untuk anak-anak kita semuanya. Salam perdamaian, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari....

3.2.7 Video 7

Cuplikan video ini berisi tentang pernyataan dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam debat calon presiden yang pertama pada tanggal 9 juni 2014. Penulis mengutip scene mengenai pendapat Jokowi dalam menjawab pertanyaan dari moderator debat yaitu :

Kami rakyat Indonesia ingin tahu apa agenda yang anda anggap paling penting, paling utama dan paling menjadi unggulan untuk dilaksanakan dalam kaitan dengan tema kita pada hari ini yaitu pembangunan demokrasi di pemerintahan yang bersih dan negara hukum?

Pertanyaan ini merupakan pertanyaan dalam segmen yang pertama dalam debat. Berikut pendapat Jokowi :


(14)

Republik ini adalah milik kita semuanya, harapan rakyat ingin hidup lebih baik, ingin lebih sejahtera. Demokrasi menurut kami adalah mendengar suara rakyat dan melaksanakannya. Dan oleh sebab itu, kenapa setiap hari kami datang ke kampung-kampung, datang ke pasar-pasar, datang kebantaran sungai, datang ke petani, datang ke tempat pelelangan ikan, karena kami ingin mendengar suara rakyat. Dengan cara apa? Dengan cara dialog, pak JK saya kira sudah banyak menyelesaikan konflik dengan cara dialog untuk musyawarah untuk sebuah kemanfaatan bagi rakyat banyak. Penyelesaian tanah abang, waduh pluit juga kita selesaikan dengan cara dialog, bermusyawarah, mengundang makan, mengajak musyawarah, mengundang makan, mengajak musyawarah kemudian menemukan manfaat bagi perpindahan itu.

3.3 Analisis Pernyataan Jokowi Dalam Cuplikan Video Selama Masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014 dalam Pendekatan Semiotika Roland Barthes

3.3.1 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 1 Tabel 4

Visual Dialog/suara

Gambar 2

Jadi ini adalah baju kita nanti sampe 9 juli, Jokowi kotak-kotak, pak JK putih. Memang ini berbeda kan, karna emang kami ini saling melengkapi, Pak JK berpengalaman, yang disini muda.


(15)

Gambar 3

Tabel 5

Denotasi Dalam cuplikan video ini Jokowi mengenakan baju kotak-kotak dan Jusuf Kalla mengenakan baju putih. Dalam tayangan ini Jokowi dan Jusuf Kalla sedang melakukan konferensi pers dalam memperkenalkan baju resmi mereka untuk kampanye di pemilihan presiden. Jokowi mengatakan akan mengenakan baju kotak-kotak sedangkan Jusuf Kalla akan mengenakan baju putih. Jokowi mengatakan bahwa mereka berbeda dari baju yang mereka kenakan. Jokowi mengatakan bahwa perbedaan dari baju yang dikenakan menggambarkan perbedaan mereka dari sisi usia dan pengalaman. Namun, Jokowi menambahkan bahwa mereka saling melengkapi atas perbedaan tersebut. Jokowi mengatakan bahwa dia muda dari segi usia dan Jusuf Kalla lebih berpengalaman. Jusuf Kalla juga menambahi bahwa perbedaan itu membuat mereka berdua lebih bersinergi


(16)

2 calon presiden dan wakil presiden Jokowi-JK yaitu kotak-kotak dan putih. Perkenalan baju resmi ini bermaksud untuk menyatakan identitas pasangan Jokowi-JK melalui pakaian. Simbol kotak-kotak dan putih sebagaimana dikatakan Jokowi bahwa hal itu menandakan perbedaan dari Jokowi dan JK dari segi usia dan pengalaman namun mereka saling melengkapi dalam menutupi kelemahan satu sama lain. Selain itu, simbol kotak-kotak dan putih menggambarkan Bhineka Tunggal Ika/keanekaragaman bangsa Indonesia. Hal ini bermaksud mengubah persepsi masyarakat bahwa masyarakat harus saling melengkapi dengan segala perbedaan yang ada. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa dalam kampanye perlu ada diferensiasi agar mudah di ingat oleh masyarakat.62 Disamping itu, baju kotak-kotak yang di pakai oleh Jokowi menunjukkan jiwa muda atau representasi anak muda yang dinamis dan keberagaman, putih menunjukkan kewibawaan dari pengalaman. Jokowi selalu menggulung lengan baju kotak-kotak yang ia kenakan karna ingin menunjukkan bahwa pemimpin harus siap bekerja dan turun kelapangan. Bila pilgub 2012 kemeja kotak-kotak lebih dominan dengan warna merah dan biru, dengan bentuk

62


(17)

kotak-kotak besar. Pada saat kampanye pilpres, kemeja yang dikenakan kotak-kotak, warna yang nampak adalah merah, biru dan abu-abu yang bermakna sekalipun terdapat keanekaragaman, Indonesia tidak boleh terkotak-kotakkan dan semuanya bersama-sama dalam sebuah negara.

3.3.2 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 2 Tabel 6

Visual Dialog/suara

Gambar 4

Lobi-lobi juga ndak, minta-minta juga ndak, ngemis-ngemis apalagi ndak, ndak pernah saya. Tau tau juga ditetapkan jadi capres, ini apalagi?Tapi kembali lagi hakekatnya semuanya karna Allah, ya sudah saya jalani. Ya kalo sudah ditetapkan seperti ini, saya itu petarung, jangan ada yang mikir saya itu lembek! Saya petarung!

Tabel 7

Denotasi Cuplikan ini menayangkan Jokowi sedang memberi pidato singkat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, pada Senin tanggal 2 Juni 2014Jokowi mengenakan baju kotak-kotak dan juga mengenakan peci. Jokowi dalam cuplikan ini mengatakan bahwa dia tidak pernah meminta


(18)

maupun menginginkan untuk menjadi calon presiden. Dia mengatakan bahwa penetapan beliau sebagai calon presiden merupakan kehendak Allah dan itu merupakan amanah yang harus dijalani. Beliau mengatakan bahwa dia bukanlah seorang yang lembek seperti yang dikatakan orang banyak melainkan dia mengatakan bahwa dia seorang petarung. Hal ini beliau katakan dengan menggunakan logat yang medok ciri khas orang Jawa.

Konotasi Cuplikan ini menunjukkan Jokowi berbicara dengan menggunakan logat yang medok. Logat medok ini menunjukkan bahwa Jokowi beridentitas sebagai orang Jawa dan ingin menunjukkan bahwa ia juga merupakan bagian dari mereka ( massa pendengar pidato Jokowi yang mayoritas orang jawa) dan menunjukkan sebuah kedekatan melalui penggunaan aksen jawa (medok). Hal ini juga semakin didukung bahwa dalam cuplikan ini Jokowi juga mengenakan peci yang merupakan sebagai salah satu simbol bagi umat muslim dan juga bagi budaya Jawa. Dalam isi pidato Jokowi, ia menyampaikan bahwa ia merupakan seorang petarung dan bukan seorang yang lembek. Hal ini bermakna Jokowi ingin menegaskan bahwa ia merupakan orang yang tangguh sekalipun secara fisik ia terlihat lemah dan sederhana. Jokowi


(19)

ingin mengubah persepsi masyarakat tentang dirinya yang selama ini menunjukkan sisi kesederhanaan, menjadi seseorang yang tangguh yang siap bertarung di dalam pertarungan politik dalam pemilihan presiden.

3.3.3 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 3 Tabel 8

Visual Dialog/suara

Gambar 5

Samad : Assalamualaikum,

Jokowi :Ngapain kok

tok..tok..tok..tok..tadi? Samad : Buka pintu

Jokowi : Buka pintu, silahkan.

Samad : Pak..(Jokowi Tertawa

bersama warga), saya mau menyampaikan supaya tanggal 9 Juli nanti pilih Jokowi nomor duaaa..

Jokowi : Kenapa milih Jokowi-JK? Samad : Orangnya jujur, merakyat

Cuplikan dengan warga yang berbeda

Jokowi : Supaya jadi nyoblos saya gimana caranya? Dibujuk, bujuknya gimana?


(20)

sederhana, orang Jawa sama seperti saya (Jokowi tertawa bersama warga), gak ada calon presiden kayak pak Jokowi bajunya ini ini terus (Jokowi tertawa)

Jokowi : Trus? Yang ini Jokowi-JK, Yang disini(menunjukkan pasangan yang lain) juga diterangin dong.

Suparni : Saya mah gak tau, biarin ajalah orang yang menilai, yang penting saya milih pak Jokowi..!

Cuplikan dengan warga yang berbeda

Maya : Saya relawan dari pak

Jokowi, mau mengajak ibu-ibu dan bapak-bapak untuk nanti 9 juli memilih pak Jokowi.. Jokowi : ini berarti ketetangganya

kan? Bukan yang ini

(menunjuk massa kampanye) ketetangganya gitu loh..

Maya : Alasannya bu, pak Jokowi itu pertama merakyat, tidak terlibat apapun, bukan orde baru bu..kalo sebelah ma horde baru bu(Jokowi tertawa)..kalo


(21)

ini bukan, ini mah kerjanya nyata, blusukan, yang itu mah kokangkongkang wae bu, jangannn, betul gak?

Jokowi : iya

bener, betul, trusss

Maya : Tidak ada pelanggaran

apapun pak, Pilih pak Jokowi nomor dua pak.

Tabel 9

Denotasi Dalam cuplikan video ini gelak tawa mewarnai kampanye Jokowi di Majalengka Jawa Barat. Jokowi mengenakan baju kotak-kotak dan menggunakan peci. Jokowi meminta sejumlah warga untuk menunjukkan bagaimana cara mereka membujuk warga lain untuk ikut memilih Jokowi-JK dalam pemungutan suara pada pemilihan presiden. Jokowi terlihat sangat akrab dengan warga yang terlihat dari tidak adanya batasan komunikasi yang berlangsung. Terdapat 3 warga yang menyampaikan ajakan kepada massa kampanye untuk memilih Jokowi dalam pemungutan suara di Pemilihan Presiden.Warga pertama yang bernama Samad mengajak massa kampanye untuk memilih pasangan Jokowi-JK sebagai nomor urut dua. Alasan dalam memilih Jokowi karena menurut Samad Jokowi


(22)

merupakan seseorang yang berkepribadian jujur dan sangat dekat dengan rakyat sekalipun Jokowi seorang pemerintah. Warga kedua yang bernama Suparni mengajak massa kampanye agar memilih Jokowi setelah Jokowi meminta Suparni membujuk warga untuk memilih Jokowi-JK. Alasan Suparni mengajak warga karena menurut Suparni, Jokowi adalah seorang yang sederhana dan kebetulan Suparni dan Jokowi memiliki suku yang sama yaitu suku Jawa. Suparni juga mengatakan bahwa belum ada presiden yang sesederhana pak Jokowi yang hanya memakai satu baju saja yaitu kotak-kotak. Kemudian Jokowi menanyakan pendapat Suparni mengenai pasangan calon yang lain dan Suparni mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan pasangan calon yang lain. Yang terpenting bagi Suparni, dia memilih Jokowi. Warga ketiga bernama Maya yang merupakan relawan dari Jokowi Yang mengajak warga sekitar untuk memilih Jokowi. Alasan Maya ingin memilih Jokowi karena Jokowi merupakan seorang pemimpin yang merakyat, tidak terlibat dengan kasus-kasus dan pelanggaran lainnya terlebih kasus Orde Baru. Maya mengatakan bahwa Jokowi bekerja nyata untuk rakyat, salah satu wujudnya adalah blusukan.


(23)

berkampanye dalam mendukung dia. Hal ini menjelaskan bahwa rakyat dapat berpartisipasi dalam memenangkan Jokowi, tidak hanya berpartisipasi dalam memberikan suara saat pemungutan suara, tetapi dapat juga berpartisipasi menjadi juru kampanye. Hal ini juga bermakna bahwa perlu adanya kerjasama antara rakyat dan Jokowi dalam memenangkan pertarungan politik tersebut. Disamping itu, Jokowi terlihat sangat akrab sekali dengan masyarakat, terlihat dari interaksi dan gelak tawa saat kampanye. Hal ini menjelaskan bahwa Jokowi merupakan bagian dari rakyat dan memiliki hubungan yang dekat dengan rakyat. Hal ini juga bermakna bahwa calon presiden yang nantinya akan memimpin rakyat berasal dari rakyat juga sehingga nantinya mudah dalam mendengarkan aspirasi rakyat. Interaksi Jokowi dengan masyarakat terlihat sangat akrab dan tidak terlihat batasan strata sosial di panggung kampanye tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa Jokowi merupakan seorang yang rendah hati, sederhana, tidak eklusif, tidak mempersoalkan kewibawaan sebagaimana layaknya calon presiden.


(24)

3.3.4 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 4 Tabel 10

Visual Dialog/Suara

Gambar 6

Najwa :Ada satu yang kemudian ramai di sosial media adalah ketika di debat terakhir, ada fotonya sampai dibahas, jadi apapun yang kemudian terjadi di saat debat dibahas oleh banyak orang.

Nah yang dibahas itu pak

(menunjukkan foto sepatu jokowi) sepatu pak Jokowi, katanya kok calon presiden sepatunya kok gitu sih pak? Loh, ini pake sepatu yang sama pak Jokowi haha.. haha.. waduh mohon maap ternyata sepatu yang sama yang dipake. Ini sepatu Favorit?

Jokowi :Ga, yaa sepatu saya kadang saya pake kayak tidak, ada yang pake ada yang tidak gitu aja

Najwa : Boleh saya tau harganya brapa gak pa?

Jokowi :Harganya…gak tau ya yang belikan

istri saya, tapi biasanya harga nya antara ya 200 sampe 300 kira-kira itu, katanya istri saya loh, saya gak beli sendiri kok

Najwa :Tetapi cukup nyaman di pake ya? Jokowi : Ya enak,


(25)

presiden republik Indonesia cukup pede memakai sepatu harga 200 ribu ya,,

Jokowi : Ya bedanya apasih, sama saja, pake lari juga cepat juga,

Tentang kampanye terakhir di Gelora Bung Karno

Najwa : Apa sih yang terlintas dibenak pak Jokowi berdiri di tengah panggung dan itu ada massa sebegitu banyak pak?

Jokowi : Saya terus terang begitu saya membuka pintu dan masuk ke Gelora Bung Karno, saya betul-betul tidak membayangkan sama sekali bahwa massa akan sebanyak itu, betul-betul luar biasa banyaknya dan saya tentu saja saya membayangkan dan kaget sebentar dan bisa menguasai dan langsung ke tengah

Najwa : sampai berlari-lari lagi, ingat gak sih? Pak Jokowi sempat berlari-lari waktu itu

Jokowi : ya lari-lari, karna kan panggungnya panjang kalo jalan-jalan kan ada yang nunggu kelamaan.


(26)

Tabel 11

Denotasi Dalam cuplikan video ini, Jokowi diundang sebagai bintang tamu dalam acara talk show Mata Najwa di Metro TV yang

bertema “ Presiden Pilihan Kita” pada tanggal 10 Juli 2014.

Najwa Sihab selaku pembawa acara melakukan berbagai pertanyaan mengenai aktivitas selama kampanye pilpres. Cuplikan ini secara khusus berbicara mengenai sepatu yang dikenakan Jokowi saat debat calon presiden dan juga tentang pidato Jokowi di Gelora Bung Karno disaat hari terakhir masa kampanye pemilihan presiden. Di acara talkshow tersebut sepatu yang dikenakan Jokowi saat debat pilpres di tunjukkan dalam bentuk foto ke hadapan semua pemirsa. Tanpa di sengaja ternyata Jokowi juga menggunakan sepatu yang sama dalam menghadiri acara talkshow tersebut. Gelak tawa mewarnai ruangan studio tersebut. Jokowi mengatakan bahwa sepatu tersebut terkadang dipakai dan terkadang tidak saat ditanyai apakah sepatu tersebut merupakan sepatu favorit beliau. Saat ditanya mengenai harga sepatu tersebut, Jokowi tidak tahu secara spesifik sebab istrinya yang membelikan sepatu tersebut, namun beliau memperkirakan bahwa harganya sekitar Rp 200.000 – 300.000. Jokowi mengatakan bahwa sepatu tersebut nyaman dan enak dipakai. Saat ditanya tentang apakah Jokowi


(27)

pede memakainya di debat calon presiden, Jokowi mengatakan bahwa semua sepatu sama saja, terlebih sepatu yang ia pakai tersebut lebih baik dan untuk dipakai lari juga cepat. Najwa Sihab kembali menanyakan tentang bagaimana pendapat Jokowi saat berada ditengah-tengah massa kampanye yang memenuhi Gelora Bung Karno. Jokowi mengatakan bahwa ia sempat terkejut melihat massa yang sangat banyak dan berusaha untuk bisa bersikap sebagaimana mestinya. Najwa menanya kembali tentang alasan Jokowi berlari-lari ke tengah-tengah panggung, dan Jokowi karena panggung yang begitu panjang sehingga ia harus berlari agar massa kampanye tidak menunggu lama untuk mendengarkan pidatonya.

Konotasi Dalam cuplikan acara talkshow ini, Jokowi mengenakan baju putih. Menurut Jokowi baju putih itu bermakna murah dan bisa ngirit.63 Murah dan irit merupakan hal yang mencerminkan kesederhanaan. Jadi, disamping makna yang disampaikan Jokowi mengenai baju putih, secara tidak langsung ia ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa ia merupakan seseorang yang sederhana. Selain kotak-kotak, baju putih juga mencerminkan kepribadiannya yang sederhana. Baju putih

63

suara.com, Jokowi ungkapkan Makna kemeja putih yang digulung lengannya. Rabu, 7 mei 2014, 19:49 WIB.


(28)

digunakan oleh Jokowi saat blusukan, saat menghadiri acara-acara di televisi dan saat menerima tamu dirumahnya. Ia lebih sering pakai baju putih lengan panjang dan kemudian di gulung yang bermakna ia ingin menunjukkan bahwa ia siap kerja dan turun kelapangan. Kemudian dalam membahas sepatu Jokowi yang sering dipakainya baik dalam debat calon presiden maupun dalam berbagai pertemuan, tetap menyiratkan berbagai makna di dalamnya. Sepatu yang dipakai oleh Jokowi merupakan sepatu yang sering dipakai oleh kaum muda. Hal itu berarti bahwa Jokowi tetap menunjukkan bahwa dia berjiwa muda. Ia juga mengatakan bahwa sepatu tersebut dapat juga dibawa lari. Hal ini menjelaskan bahwa Jokowi juga seorang yang gesit dan tanggap terhadap persoalan dan segera untuk diselesaikan. Kemudian dari harga sepatunya yang ia sampaikan yang tergolong sangat murah terkhusus bagi setaraf calon presiden, menunjukkan hal yang sangat sederhana sekali. Dan hal ini sangat menjelaskan betapa sangat sederhananya seorang Jokowi sehingga masalah fashion sekali pun ia tidak terlalu ambil pusing. Sepatu tersebut yang kerap sekali ia pakai sangat menunjukkan kesederhanaan seorang Jokowi. Hal itu menunjukkan bahwa dalam hal penampilan ia tidak terlalu memberi perhatian. Makna lain yang terkandung dalam hal ini


(29)

adalah bahwa Jokowi ingin menunjukkan bahwa ia tidak terlalu memperhatikan dirinya baik dalam hal berpakaian dan hal lainnya melainkan ia lebih memberi perhatian terhadap rakyat. Dalam pembahasan tentang pidato kampanye di acara konser salam dua jari, Jokowi ditanyakan mengenai tindakan Jokowi yang berlari-lari menuju tengah panggung. Dari alasan Jokowi yang mengatakan bahwa ia berlari-lari karena panggung yang sangat panjang sehingga membuat ia harus berlari agar para massa tidak lama-lama menunggu dia untuk berpidato, terdapat makna yang tersirat dibaliknya. Makna tersebut adalah ia menunjukkan kepribadiannya yang cepat dan gesit dalam bertindak. Makna lainnya adalah ia tidak terlalu memperhatikan kewibawaan dalam berjalan sebagaimana layaknya seorang tokoh nasional.

3.3.5 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 5 Tabel 12

Visual Dialog/suara

Tadi saya sampaikan, pembangunan

manusia,saya tidak gini (menunjukkan jari telunjuk), tapi gini ( Menunjukkan dua jari), pembangunan sumber daya manusia. Nanti saya gini (menunjukkan jari telunjuk) klaru lagi, gini


(30)

Gambar 7 (menunjukkan dua jari), pembangunan sumber daya manusia, maap, tadi saya berangkat juga hampir klaru, saya sudah berangkat pake kotak-kotak, sudah naik mobil, di telpon mba Rini tadi, mas, pake jas saja biar beda gitu. Ternyata saya masuk kesini tadi banyak yang pangling. Ya kan biasanya orang mau apa sering saya pake putih, sering pake kotak-kotak dan sering media menyampaikan pada saya wajah saya wajah kampung wajah ndeso, tapi ga papa yang penting otaknya internasional.

Tabel 13

Denotasi Cuplikan video ini berisi tentang pemaparan platform ekonomi Jokowi-JK di..pada tanggal 6 Juni 2014. Jokowi berlari kecil saat menuju podium. Jokowi mengenakan pakaian jas, seperti dari keterangan yang ia sampaikan bahwa ia mengenakan pakaian tersebut agar penampilannya berbeda dalam menghadiri acara tersebut. Dalam mengucapkan pidatonya, Jokowi kerap sekali menunjukkan dua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari tengah dimana sesuai keterangan Jokowi agar tidak klaru jika hanya menunjukkan jari telunjuk saja. Jokowi juga mengatakan bahwa media kerap menyampaikan kepada beliau bahwa wajahnya wajah ndeso. Tetapi Jokowi tidak


(31)

terusik dengan hal itu, malahan dia mengatakan bahwa sekalipun wajahnya wajah ndeso tetapi otaknya internasional.

Konotasi Dalam cuplikan ini, Jokowi dalam menyampaikan pidatonya kerap menunjukkan dua jari. Hal ini bertujuan agar masyarakat ingat akan nomor urut pasangan Jokowi-JK dalam pemilihan presiden dan tidak keliru dalam menentukan pilihan. Kemudian Jokowi menceritakan bahwa ia memiliki wajah ndeso dan ia tidak terusik dengan hal itu, menandakan bahwa ia setuju dengan hal itu. Namun Jokowi juga mengatakan bahwa disamping ia memiliki wajah ndeso, tetapi ia memiliki pemikiran yang internasional. Dalam hal ini, Jokowi ingin menunjukkan bahwa dibalik penampilannya secara fisik menggambarkan sesuatu yang kampungan, namun ia memiliki pemikiran yang maju yang berskala internasional. Makna lain yang terkandung dari hal ini adalah bahwa Jokowi ingin membuktikan bahwa kepribadian sederhana yang ia miliki, mampu dalam memimpin bangsa Indonesia untuk bersaing dengan dunia internasional. Hal ini juga ditunjukkan Jokowi melalui pakaian yang ia kenakan dalam memberi pidato. Ia berpenampilan berbeda, yang biasanya mengenakan baju kotak-kotak atau kemeja putih, dalam kesempatan kali ini ia mengenakan jas. Hal ini menjelaskan bahwa disamping


(32)

penampilan Jokowi yang kerap sederhana, namun ia juga mampu berpakaian resmi. Pakaian jas yang merupakan pakaian resmi bertaraf internasional, menunjukkan kesesuaian pemikiran Jokowi yang internasional dan penampilannya. Makna lain yang terkandung dalam hal ini adalah Jokowi ingin menunjukkan bahwa ia tidak serta merta bersifat kaku dalam kesederhanaan berpakaian, namun ia juga dapat menyesuaikan penampilannya sesuai dengan situasi dan kondisi.

3.3.6 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 6 Tabel 14

Visual Dialog/Suara

Gambar 8

Aprisiasi kepada kepada semua yang menjaga semua yang mejaga nilai-nilai keagamaanbaik itu di masjid, di gereja, di vihara, di pura serta mereka yang konsisten melestarikan nilai-nilai adat nusantara. Saya dan pak JK disini bukan karna nafsu untuk berkuasa apalagi untuk

menghalalkan segala cara tidak…Kita

semua adalah penyerah harapan untuk indonesia. Kekuatan kita adalah pada kerelaan, saudara-saudara rela bersatu padu, berdiri tegak, bekerja keras menyuarakan pesan tegas bahwa tidak ada


(33)

yang tidak mungkin untuk sebuah

perubahan… Buat generasi muda adik -adik saya, kalian adalah pemilik masa depan indonesia, ijinkan kakak mu ini mengajak kalian semua untuk menentukn arah Indonesia. Jalan tinggal selangkah lagi, jaga TPS kita semuanya. Saya dan pak JK berjanji, jika saudara-saudara memberikan penghormatan kepada kami untuk menjadi presiden dan wakil presiden, maka kami akan bekerja keras setiap hari untuk anda dan untuk anak-anak kita semuanya. Salam perdamaian, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari, salam dua jari....

Tabel 15

Denotasi Cuplikan video ini tentang pidato Jokowi di Stadiun Gelora Bung Karno pada tanggal 5 juli 2014 hari terakhir massa kampanye pemilihan presiden. Jokowi Mengenakan pakaian kotak-kotak. Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan bahwa dia mengapresiasi semua pihak yang menjaga nilai-nilai adat nusantara. Jokowi mengatakan bahwa pasangan Jokowi-JK hadir untuk menyelesaikan masalah dan tidak karena nafsu berkuasa. Jokowi juga mengatakan bahwa partisipasi


(34)

masyarakat dan kerelaan hati yang menentukan masa depan Indonesia. Jokowi mengatakan kepada kaum muda bahwa mereka adalah pemilik masa depan bangsa dan Jokowi mengajak mereka ikut menentukan arah Indonesia lewat pemilihan presiden. Jokowi menghimbau agar dalam pemungutan suara di pemilihan presiden semua rakyat bersama-sama mengawal proses pemungutan.

Konotasi Dalam cuplikan ini, Jokowi konsisten dalam pakaian kotak-kotaknya dan lengannya digulung. Hal ini menunjukkan konsistensi Jokowi sebagai seorang yang muda yang mencintai keberagaman, dan siap kerja dan turun kelapangan. Jokowi dalam pidatonya mengapresiasi pihak yang menjaga nilai-nilai nusantara bermakna bahwa Jokowi merupakan calon pemimpin yang juga memikirkan masalah nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia dan Jokowi akan menggandeng semua pihak untuk terlibat dalam kemajuan bangsa Indonesia terkhusus dalam mempertahankan nilai-nilai adat nusantara. Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan bahwa mereka hadir untuk menyelesaikan masalah dan tidak karena ingin berkuasa. Makna yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa Jokowi mengatakan bangsa Indonesia sedang mengalami berbagai masalah sehingga pasangan Jokowi-JK ingin mengatasi masalah tersebut, dan


(35)

mereka mencalonkan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden tidak dilandasi atas nafsu berkuasa melainkan mereka datang dengan kerelaan hati. Jokowi juga mengatakan dalam pidatonya bahwa pemuda merupakan pemilik masa depan bangsa Indonesia dan mengajak kaum muda tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan arah bangsa Indonesia. Makna yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa Jokowi ingin menjelaskan bahwa peran pemuda sangatlah penting dalam kemajuan suatu negara. Dalam pidatonya mengajak generasi muda, Jokowi menunjukkan kedekatan secara emosional

kepada mereka melalui ucapan “buat generasi muda adik-adik saya, ijinkan kaka mu ini…”. Makna yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa Jokowi ingin menunjukkan kepada khalayak bahwa ia juga seorang yang muda, yang juga berperan penting dalam kemajuan bangsa, sama seperti kaum muda lainnya.


(36)

3.3.7 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 7 Tabel 16

Visual Dialog/Suara

Gambar 9

Republik ini adalah milik kita semuanya, harapan rakyat ingin hidup lebih baik, ingin lebih sejahtera. Demokrasi menurut kami adalah mendengar suara rakyat dan melaksanakannya. Dan oleh sebab itu, kenapa setiap hari kami datang ke kampung-kampung, datang ke pasar-pasar, datang kebantaran sungai, datang ke petani, datang ke tempat pelelangan ikan, karena kami ingin mendengar suara rakyat. Dengan cara apa? Dengan cara dialog, pak JK saya kira sudah banyak menyelesaikan konflik dengan cara dialog untuk musyawarah untuk sebuah

kemanfaatan bagi rakyat banyak.

Penyelesaian tanah abang, waduh pluit juga kita selesaikan dengan cara dialog,

bermusyawarah, mengundang makan,

mengajak musyawarah, mengundang makan, mengajak musyawarah kemudian menemukan manfaat bagi perpindahan itu

Tabel 17

Denotasi Dalam cuplikan video ini, Jokowi dan JK mengenakan pakaian jas dan menjawab pertanyaan tentang agenda yang paling


(37)

prioritas untuk dilaksanakan dalam pembangunan demokrasi di pemerintahan yang bersih dan negara hukum. Jokowi menjawab bahwa demokrasi merupakan mendengarkan suara rakyat dan melaksanakannya. Jokowi mengatakan bahwa itulah sebabnya kenapa ia datang ke kampung-kampung , ke pasar-pasar, kebantaran sungai, ke petani, ke tempat pelelangan ikan yaitu untuk mendengar suara rakyat. Cara Jokowi melakukanya yaitu dengan berdialog dengan rakyat dalam mendengar suara rakyat serta dalam menyelesaikan konflik. Jokowi menyinggung tentang penyelesaian konflik yang pernah dilakukan oleh Jusuf Kalla seperti penyelesaian konflik tanah abang, waduk pluit. Jokowi mengatakan bahwa cara ia berdialog dengan masyarakat dengan bermusyawarah dan mengajak makan.

Konotasi Dalam cuplikan ini, Jokowi menjelaskan demokrasi sebagai mendengar suara rakyat dan melaksanakannya. Hal yang terkandung dalam hal ini adalah Jokowi ingin menjelaskan bahwa ia lebih mementingkan kepentingan rakyat dengan melaksanakan aspirasi rakyat daripada penataan sistem politik. Sehingga dalam pidatonya dikatakan ia datang kekampung-kampung, ke pasar-pasar, ke petani dan ketempat lain dimana masyarakat kecil berada. Dalam hal ini, Jokowi ingin menunjukkan bahwa ia merupakan seorang pemimpin merakyat


(38)

yang turun langsung kelapangan dan siap melaksanakan tugas dalam memenuhi aspirasi rakyat. Jokowi dalam pidatonya berkata bahwa ia berdialog dengan masyarakat untuk mendengar suara rakyat dengan cara bermusyawarah dan mengajak makan. Hal ini menunjukkan bahwa Jokowi benarlah seorang yang turun langsung kelapangan berinteraksi dengan masyarakat tanpa ada batas strata sosial dan bahkan makan bersama dengan masyarakat menunjukkan kedekatan antara Jokowi dengan masyarakat Indonesia.

3.4 Analisis wacana Foucault

Analisis wacana dalam perspektif Foucault melihat pada relasi kekuasaan, yaitu bagaimana wacana ataupun bahasa dapat menjadi instrumen untuk mendapatkan kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, dan bagaimana kekuasaan dapat mengatur wacana apa yang menjadi dominan di masyarakat, sehingga masyarakat akan tunduk pada wacana tersebut.64 Dalam hal ini, Jokowi membangun sebuah wacana baru melalui sikap dan tindakannya selama masa kampanye pemilihan presiden 2014 yang bertujuan dalam memenangkan pemilihan presiden tersebut. Namun dalam tulisan ini, penulis tidak menganalisis bagaimana sebuah wacana yang dibangun dijadikan sebagai instrumen dalam mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan. Namun penulis menganalisis

64


(39)

tentang bagaimana kekuasaan yang telah dimiliki Jokowi mampu menciptakan sebuah wacana yang baru yang dapat dijadikan sebagai sebuah kebenaran publik. Kebenaran disini dikatakan oleh Foucault tidak dipahami sebagai sesuatu yang datang dari langit, bukan juga sebuah konsep yang abstrak. Akan tetapi, ia diproduksi, setiap kekuasaan menghasilkan dan memproduksi kebenaran sendiri melalui mana khalayak digiring untuk mengikuti kebenaran yang telah ditetapkan tersebut. Disini, setiap kekuasaan selalu berpotensi menghasilkan rezim kebenaran tertentu yang disebarkan lewat wacana yang dibentuk oleh kekuasaan.65

Kuasa menurut Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup dimana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain. Oleh sebab itu, Jokowi sebagai seorang calon presiden yang memiliki posisi strategis dan memiliki ruang dalam mempraktekkan kekuasaan tentunya memiliki kuasa. Disamping itu, sebelum ditetapkan sebagai calon presiden, Jokowi telah memiliki kekuasaan sebagai gubernur DKI Jakarta dan telah menanamkan citra baik bagi masyarakat Jakarta secara khusus. Dari hal tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Jokowi yang berstatus sebagai calon presiden telah memiliki kekuasaan sebelumnya dan hal inilah yang menjadi landasan bagi penulis dalam menganalisis wacana yang ingin dibangun Jokowi.

Jokowi telah membentuk sebuah opini publik dalam konteks sisi karismatik seorang calon presiden. Apakah hal ini menjadi unsur kesengajaan ataupun tidak, namun yang pasti Jokowi telah mempengaruhi cara pandang

65

Eriyanto, Analisis Wacana Kritis, pengantar analisis teks media. LKIS, Yogyakarta, 2001, hal. 67.


(40)

masyarakat mengenai kepemimpinan seorang presiden di Indonesia. Seperti yang dikatakan Foucault bahwa wacana dapat di deteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.66

Foucault mengatakan bahwa simbol yang dihasilkan wacana antara lain melalui bahasa, moralitas, hukum, dan lainnya, yang tidak hanya mengacu pada sesuatu, melainkan turut menghasilkan perilaku, nilai-nilai dan ideologi. Simbol yang Jokowi tunjukkan dalam aktivitasnya selama masa kampanye pemilihan presiden yaitu melalui gaya kepemimpinan, penampilan, dan karakter yang akan membangun sebuah wacana baru. Dari simbol tersebut, penulis mengklasifikasikan kedalam tiga hal yang akan penulis analisis melalui perspektif Foucault, yakni gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat, kesederhanaan Jokowi, dan karakter Jokowi yang berjiwa muda.

3.4.1 Gaya Kepemimpinan Jokowi

Dalam aktivitas Jokowi selama masa kampanye, ia telah banyak menunjukkan bagaimana gaya kepemimpinannya. Dari analisis video yang penulis telah lakukan dengan menggunakan pendekatan Semiotika Roland Barthes, terdapat beberapa aktivitas Jokowi yang menunjukkan bahwa ia memiliki gaya kepemimpinan yang merakyat. Salah satunya terdapat dalam cuplikan video debat calon presiden. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut :

Dan oleh sebab itu, kenapa setiap hari kami datang ke kampung-kampung, datang ke pasar-pasar, datang kebantaran sungai, datang ke


(41)

petani, datang ke tempat pelelangan ikan, karena kami ingin mendengar suara rakyat. Dengan cara apa? Dengan cara dialog, pak JK saya kira sudah banyak menyelesaikan konflik dengan cara dialog untuk musyawarah untuk sebuah kemanfaatan bagi rakyat banyak. Penyelesaian tanah abang, waduh pluit juga kita selesaikan dengan cara dialog, bermusyawarah, mengundang makan, mengajak musyawarah.

Dari pernyataan Jokowi dalam debat capres ini, Jokowi mencoba menciptakan sebuah metode yang baru dalam memimpin dengan kekuasaan yang ia miliki yaitu turun langsung ke masyarakat. Turun langsung ke masyarakat atau yang sering disebut sebagai blusukan dalam bahasa Jawa menjadi sangat popular setelah dipakai oleh Jokowi pada saat Gubernur DKI Jakarta. Ketika tingkat kepercayaan publik terhadap kepemimpinan politik yang ada begitu rendah, gaya kepemimpinan Jokowi ini berhasil mendongkrak kepercayaan publik terhadapnya. Rekam jejaknya sebagai walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta telah menghasilkan kepercayaan bahwa dia benar-benar telah melayani kebutuhan warga. Prinsip-prinsip manajemen modern yang menekankan rasionalitas, efisiensi dan efektivitas, tanpa banyak cincong atau slogan-slogan, diperlihatkan dengan cara tersendiri yang sungguh merefleksikan sebuah gaya pemerintahan yang baru dimana manusia menjadi prioritas diatas segalanya. Mengeksekusi rencana adalah esensi dari pemerintahan setelah persoalan dalam masyarakat dipahami secara lengkap melalui blusukan. „Berdialog‟ seperti yang ia dikatakan adalah kata kunci dalam blusukan yang merupakan seni memerintah bagi Jokowi.

Memerintah dengan menjadikan masyarakat sebagai prioritas utama merupakan sebuah wacana baru yang Jokowi ciptakan dan telah berhasil


(42)

mengubah pola pikir masyarakat. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Foucault bahwa kekuasaan dapat memilih dan mendukung wacana tertentu, sehingga wacana tertentu menjadi dominan dan wacana lainnya terpinggirkan. Struktur konsep dengan menggunakan istilah blusukan ini telah membentuk wacana dominan ditengah-tengah masyarakat. Bahasa blusukan ini dimaksudkan agar masyarakat Indonesia senantiasa menyadari bahwa adanya kepedulian pemerintah terhadap masyarakat sehinggga harus turun kemasyarakat secara langsung dalam mendengar aspirasi rakyat. Maka tepatlah seperti yang dikatakan Michel Foucault bahwa ciri utama wacana adalah kemampuannya untuk menjadi suatu himpunan wacana yang berfungsi membentuk dan melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu masyarakat.67 Ada dua konsekuensi dari wacana dominan tersebut. Pertama, wacana dominan memberikan arahan bagaimana suatu objek harus dibaca dan dipahami. Pandangan yang lebih luas menjadi terhalang, karena ia memberikan pilihan yang tersedia dan siap pakai. Pandangan dibatasi hanya dalam batas-batas struktur diskursif tersebut, tidak dengan yang lain. Kedua, struktur diskursif yang tercipta atas suatu objek tidaklah berarti kebenaran. Batas-batas yang tercipta tersebut bukan hanya membatasi pandangan kita, tetapi juga menyebabkan wacana lain yang tidak dominan menjadi terpinggirkan.68 Oleh sebab itu, penggiringan khalayak terhadap pemerintah yang blusukan sebagai pemerintah yang merakyat berakibat pada wacana-wacana lain yang tidak tersampaikan, misalnya pemerintah memiliki tugas yang lebih besar dan lebih

67


(43)

utama dibandingkan dengan blusukan, misalnya bertugas mengurus roda pemerintahan agar tetap stabil, perekonomian, administrasi dan lain sebagainya yang notabene cakupan pekerjaan yang jauh lebih luas.

Tidak tersampaikannya wacana terpinggirkan ini, bukan berarti wacana dominan yang diangkat oleh Jokowi adalah salah dan wacana yang terpinggirkan ini adalah benar. Akan tetapi, dengan wacana dominan yang diangkat oleh Jokowi akan membatasi pandangan khalayak sehingga ketika melihat pemerintah melakukan blusukan maka yang menjadi penilaian masyarakat adalah bahwa pemerintah tersebut merupakan pemerintah yang peduli terhadap rakyat. Dalam analisis Foucault, kekuasaan membentuk wacana yang dipahami sebagai suatu pengetahuan dan kebenaran oleh khalayak.

Disamping gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat tersebut, dalam aktivitas politiknya selama masa kampanye pilpres, Jokowi juga menunjuk hal lainnya yang mendukung terbentuknya wacana pemimpin yang merakyat tersebut. Yakni dari penampilan Jokowi yang selalu mengenakan kemeja dengan lengan digulung. Berdasarkan makna konotasi dari analisis semiotika Barthes, Jokowi selalu menggulung lengan bajunya sebagai bentuk dari pemimpin yang siap turun ke lapangan. Hal ini sangat mendukung terciptanya wacana pemimpin yang merakyat ala Jokowi.

3.4.2 Kesederhanaan Jokowi

Dalam setiap aktivitas kampanye Jokowi, ia banyak menunjukkan sosok kesederhanaan yang ada dalam dirinya. Hal tersebut ditunjukkan baik dalam hal


(44)

berpakaian maupun dalam tindakannya. Dalam hal berpakaian kini menjadi sebuah ruang konstruksi sosial mengenai apapun mulai dari status sosial, ekspresi, pekerjaan, kelas sosial, jabatan, hingga urusan prestise. Pakaian sesungguhnya mengartikulasikan bentuk pesan non verbal yang ingin disampaikan. Pakaian pun turut merekam semangat dan fungsi diri dan tidak lagi hanya sekedar pajangan budaya, melainkan larut pula dalam wacana afiliasi politik, praktek sosial hingga fasih menuturkan identitas nasional dan kultur dari sebuah bangsa. Ia menjadi penanda kode-kode yang dapat dimaknai dan dibaca dalam sebuah domain konteks sosial.69

Oleh karena itu, Jokowi selalu berpakaian sebagaimana ia mengidentifikasikan dirinya. Dari beberapa video yang penulis analisis melalui pendekatan Semiotika Barthes, terdapat beberapa aktivitas kampanye Jokowi mengenakan baju yang sama dan hal itu menunjukkan sisi kesederhanaan Jokowi. Pakaian yang kerap sekali digunakan Jokowi adalah kemeja kotak-kotak dan ini menjadi baju resmi kampanye Jokowi dalam menjelang pemilihan presiden. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks video Jokowi dalam memperkenalkan baju resmi kampanye mereka :

Jadi ini adalah baju kita nanti sampe 9 juli, Jokowi kotak-kotak, pak JK putih. Memang ini berbeda kan, karna emang kami ini saling melengkapi, Pak JK berpengalaman, yang disini muda

Dari pernyataan Jokowi saat pengenalan kostum diatas, Jokowi mengatakan bahwa baju kotak-kotak hanyalah sebagai simbol kampanye dan

69


(45)

http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id/2013/01/03/baju-kotak-kotak-identitas-dan-pertarungan-sebagai pembeda diantara Jokowi dan JK. Baju kotak-kotak yang dikenakan Jokowi, menjadi suatu wahana pertarungan makna ditengah berbagai atribut yang diluncurkan para kompetitornya. Hal ini senada sebagaimana diutarakan Douglass Kellner dalam bukunya Media Culture: Culture Studies, identity and Politics between the Modern and the Postmodern(1995), dimana pertarungan politik

sebagian dimainkan dalam “perang Fashion” semisal dalam pemilu dan debat

politik.70

Baju kotak-kotak ala Jokowi sebagai identitas dirinya dan tim pengusungnya telah menyusup kedalam relung kesadaran setiap orang yang melihatnya. Dari hal ini Jokowi menciptakan wacana baru mengenai dirinya. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Foucault bahwa wacana dapat di deteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.71 Baju kotak-kotak pun menjadi suatu ikonik dan ia meluruh menjadi komunikasi artifaktual yang menandai baju sebagai artefak kehidupan. Oleh karena itu, tak salah apabila Malcom Barnad mengungkapkan bahwa pakaian pun dapat membawa kita kedalam ranah ideology dan politik.72

Selain kotak-kotak, Jokowi juga sering memakai kemeja putih terlebih saat blusukan dan ketika menerima undangan tampil di televisi. Dalam berita online Suara.com, Jokowi ungkapkan makna kemeja putih yang digulung lengannya pada

70 Ibid

71 Eriyanto. Op.Cit. Hal 65 72

http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id/2013/01/03/baju-kotak-kotak-identitas-dan-pertarungan-makna/trackback/


(46)

rabu, 7 mei 2014 pukul 19:49 WIB, Jokowi mengatakan bahwa makna baju putih yang ia gunakan adalah murah dan irit. Berdasarkan makna konotasi dari video yang penulis analisis melalui semiotika Barthes, murah dan irit merupakan hal yang mencerminkan kesederhanaan.

Selain pakaian, Jokowi juga menunjukkan sisi kesederhanaannya lewat sepatu yang ia kenakan. Dari harga sepatu yang ia sebutkan dalam talkshow yang sangat murah dan sepatu tersebut yang sering ia pakai, membuktikan bahwa dia menunjukkan sisi kesederhanaanya. Oleh sebab itu, dari keseluruhan penampilan Jokowi dalam masa kampanye pemilihan presiden, Jokowi ingin menunjukkan bahwa ia merupakan seorang pemimpin yang sederhana.

Dalam hal tindakan, dalam aktivitas kampanye Jokowi banyak menunjukkan kesederhanaannya melalui gaya bahasanya maupun dari hubungan yang dijalin kepada masyarakat. Berdasarkan kutipan teks cuplikan video Jokowi saat sedang memberi pidato singkat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta pada Senin tanggal 2 Juni 2014 dibawah ini:

Lobi-lobi juga ndak, minta-minta juga ndak, ngemis-ngemis apalagi ndak, ndak pernah saya. Tau tau juga ditetapkan jadi capres, ini apalagi?

Jokowi berbicara dengan menggunakan logat medok. Penggunaan aksen kedaerahan ini juga menunjukkan bahwa Jokowi merupakan seorang yang sederhana. Disamping itu, Jokowi juga mengakui kesederhanaannya dengan pengakuan dirinya seorang yang ndeso (kampungan). Hal ini dikatakan dalam


(47)

kutipan teks video saat pemaparan platform ekonomi Jokowi-JK pada tanggal 6 Juni 2014 dibawah ini,

Sering media menyampaikan pada saya wajah saya wajah kampung wajah ndeso, tapi ga papa yang penting otaknya internasional

Selain perkataan Jokowi, kesederhanaan dirinya juga ditunjukkan dari keakraban atau kedekatan dirinya dengan masyarakat. Jokowi berinteraksi langsung dengan masyarakat tanpa adanya batas stratifikasi sosial. Oleh sebab itulah masyarakat turut mengajak masyarakat lainnya untuk memilih Jokowi.

Dari berbagai simbol yang Jokowi tunjukkan lewat aktivitas kampanyenya, ia ingin menunjukkan kesederhanaan yang ada dalam diri sebagai seorang pemimpin. Melalui kuasa yang dimiliki Jokowi, ia mampu menciptakan sebuah wacana kesederhanaan mengenai dirinya. Wacana tersebut diproduksi kedalam kategorisasi perilaku yang baik. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Foucault bahwa publik tidak dikontrol lewat kekuasaan yang sifatnya fisik, tetapi dikontrol, diatur, dan disiplinkan lewat wacana. Kekuasaan dalam pandangan Foucault disalurkan melalui hubungan sosial, dimana memproduksi bentuk-bentuk kategorisasi perilaku sebagai baik atau buruk, sebagai bentuk-bentuk pengendalian perilaku.73 Maka oleh sebab itu, melalui wacana yang ia ciptakan, telah menggiring opini publik bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu hidup sederhana. Wacana pemimpin yang sederhana telah menciptakan sebuah kebenaran dan telah mengubah pola pikir masyarakat terhadap sosok seorang pemimpin. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Foucault


(48)

bahwa kebenaran diproduksi oleh kekuasaan melalui mana khalayak digiring untuk mengikuti kebenaran yang telah ditetapkan tersebut. Kekuasaan selalu berpotensi menghasilkan rezim kebenaran tertentu yang disebarkan lewat wacana yang dibentuk oleh kekuasaan. Konsep pemimpin yang sederhana telah membentuk wacana dominan dalam masyarakat dan wacana lainnya terpinggirkan. Pandangan yang lebih luas menjadi terhalang. Pandangan dibatasi hanya dalam batas-batas struktur diskursif dan tidak dengan yang lain. Struktur diskursif yang tercipta atas suatu objek tidaklah berarti kebenaran. Batas-batas yang tercipta bukan hanya membatasi pandangan kita, tetapi juga menyebabkan wacana lain yang tidak dominan menjadi terpinggirkan.74 Oleh sebab itu, penggiringan khalayak terhadap pemerintah yang sederhana berakibat pada wacana-wacana lain yang tidak tersampaikan, misalnya pemerintah secara historis telah memiliki tingkat stratifikasi sosial yang paling tinggi dan ia merupakan elit yang memiliki kekuasaan sehingga sudah sepatutnya pemerintahan menerima kehidupan yang mewah. Oleh sebab itu, opini masyarakat yang terbangun selama ini tentang kehidupan mewah yang diterima oleh pemerintah adalah hal yang wajar dan tidak menemukan masalah dalam hal itu. Namun wacana ini tidak tersampaikan dan telah terpinggirkan oleh wacana yang dibangun oleh Jokowi. Namun dalam hal ini bukanlah berarti Jokowi salah dalam menciptakan wacana dominan dan wacana yang terpinggirkan ini adalah benar. Akan tetapi wacana dominan yang diangkat oleh Jokowi akan membatasi pandangan khalayak


(49)

sehingga ketika melihat pemerintah yang sederhana, masyarakat mengeneralisasikan bahwa pemerintah yang baik adalah pemerintah yang sederhana. Hal ini senada dengan yang dikataka Foucault bahwa kekuasaan membentuk wacana yang dipahami sebagai suatu pengetahuan dan kebenaran oleh khalayak.

3.4.3 Karakter Jokowi yang berjiwa muda

Pemuda memiliki peran dan funsi yang strategis dalam akselerasi pembangunan termasuk dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda merupakan aktor dalam pembangunan. Baik buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah penerus dan pewaris bangsa. Pemuda memiliki semangat yang kuat dalam membangun bangsa dan negara, memiliki kepribadian yang tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, memiliki kemampuan memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Pemuda juga berfungsi sebagai agen perubahan, kekuatan moral dan kontrol sosial yang sangat berguna bagi masyarakat.

Oleh sebab itulah, dari data video yang penulis analisis, Jokowi merepresentasikan dirinya sebagai kaum muda lewat berbagai aktivitas politiknya selama masa kampanye. Jokowi telah berusia 55 tahun, namun ia selalu menunjukkan bahwa dia merupakan seorang tokoh muda terkhusus saat masa kampanye pemilihan presiden 2014. Dari analisis video yang penulis lakukan, terdapat beberapa aktivitas politik Jokowi semasa kampanye yang sengaja dilakukan untuk menunjukkan sisi kepemudaannya. Aktivitas politik Jokowi


(50)

tersebut ada yang dalam bentuk simbol, perkataan ataupun dalam bentuk tindakan Jokowi yang mencoba menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia adalah seorang yang muda.

Simbol muda yang Jokowi tunjukkan ialah lewat penampilan Jokowi. Jokowi menunjukkan kepemudaannya lewat baju kotak-kotak yang ia kerap gunakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks video berikut :

Jadi ini adalah baju kita nanti sampe 9 juli, Jokowi kotak-kotak, pak JK putih. Memang ini berbeda kan, karna emang kami ini saling melengkapi, Pak JK berpengalaman, yang disini muda

Dari kutipan teks tersebut, Jokowi mengatakan bahwa dia adalah seorang yang muda. Berdasarkan makna konotasi yang telah penulis analisis melalui semiotika Barthes, makna baju kotak-kotak Jokowi selain menggambarkan keanekaragaman bangsa Indonesia tetapi juga bermakna sebagai representasi anak muda. Selain baju kotak-kotak, Jokowi juga menunjukkan kepemudaannya lewat sepatu yang ia kenakan. Jokowi kerap sekali memakai sepatu yang sering dipakai oleh pemuda.

Selain dari penampilan Jokowi, ia juga menjukkan sisi kepemudaannya lewat pernyataan yang ia sampaikan di beberapa aktivitas politiknya. Salah satunya pada saat Jokowi berpidato di hari terakhir kampanye di Gelora Bung Karno. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks video berikut :

Buat generasi muda adik-adik saya, kalian adalah pemilik masa depan indonesia, ijinkan kakak mu ini mengajak kalian semua untuk menentukan arah Indonesia.


(51)

Dari kata-kata yang diucapkan Jokowi, ia menempatkan dirinya menjadi seorang yang muda. Ia melakukan pendekatan emosional kepada seluruh pemuda melalui kata-kata yang ia ucapkan seolah-olah punya hubungan yang dekat. Selain dari perkataan, Jokowi juga menunjukkan kepemudaannya lewat tindakannya yang selalu semangat seperti layaknya seorang muda yang cepat dan gesit. Hal ini ditunjukkan melalui caranya menaiki panggung dengan berlari, salah satunya saat menuju panggung konser salam dua jari di Gelora Bung karno. Berikut narasi wawancara dari acara Mata Najwa :

Najwa : sampai berlari-lari lagi, ingat gak sih? Pak Jokowi sempat berlari-lari waktu itu

Jokowi : ya lari-lari, karna kan panggungnya panjang kalo jalan-jalan kan ada yang nunggu kelamaan.

Semangat muda dan kegesitan Jokowi juga ditunjukkan dalam perkataannya saat diwawancarai mengenai sepatunya. Hal ini dapat dilihat kutipan teks berikut :

Najwa : Dan cukup pede di pake di debat calon presiden republik Indonesia cukup pede memakai sepatu harga 200 ribu ya? Jokowi : Ya bedanya apasih, sama saja, pake lari juga cepat juga.

Dari hal diatas Jokowi mencoba menunjukkan kegesitannya dapat mengatasi permasalahan, sehingga dia perlu memakai sepatu yang cocok untuk dibawa menyelesaikan masalah itu dengan cepat.

Dari berbagai simbol, pernyataan dan tindakan ala kepemudaan, Jokowi telah berhasil membentuk sebuah wacana baru mengenai elit politik di Indonesia. Wacana yang ia bangun ialah bahwa pemerintah harus berjiwa muda sehingga lebih semangat dan tangguh dalam menyelesaikan persoalan. Wacana pemimpin


(52)

muda ini telah mengubah pola pikir masyarakat. Jokowi dengan kuasa yang ia miliki telah merepresentasikan dirinya sebagai kaum muda dan hal itu dengan mudah menggiring masyarakat untuk memandang bahwa pemimpin yang baik itu adalah kaum muda. Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan Foucault bahwa kekuasaan dapat memilih dan mendukung wacana tertentu, sehingga wacana tertentu menjadi dominan dan wacana lainnya terpinggirkan. Oleh sebab itu, konsep pemimpin muda telah membentuk wacana dominan ditengah-tengah masyarakat. Wacana pemimpin muda dimaksudkan agar masyarakat Indonesia menyadari bahwa perlu adanya kaum muda sebagai pemimpin sehingga semangat muda yang ia miliki mendatangkan perubahan yang lebih cepat. Hal ini senada dengan yang dikatakan Foucault bahwa ciri utama wacana adalah kemampuan untuk menjadi suatu himpunan wacana yang berfungsi berfungsi membentuk dan melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu masyarakat.75

Terdapat dua konsekuensi dari wacana dominan seperti yang penulis sebut sebelumnya, yakni pertama, wacana memberikan arahan bagaimana suatu objek harus dibaca dan dipahami. Pandangan yang lebih luas menjadi terhalang, karena ia memberikan pilihan yang tersedia dan siap pakai. Pandangan dibatasi hanya dalam batas-batas struktur diskursif tersebut, tidak dengan yang lain. Kedua, struktur diskursif yang tercipta atas suatu objek tidaklah berarti kebenaran. Batas-batas yang tercipta tersebut bukan hanya memBatas-batasi pandangan kita, tetapi juga


(53)

menyebabkan wacana lain yang tidak dominan menjadi terpinggirkan.76 Oleh sebab itu, penggiringan khalayak terhadap pemimpin muda sebagai pemimpin yang memiliki semangat perubahan, mengakibatkan wacana-wacana lainnya tidak tersampaikan, misalnya pemimpin yang sudah tidak muda lagi lebih memiliki pengalaman dan bertindak hati-hati dengan mempertimbangkan segala resiko yang akan terjadi.

Namun wacana pemimpin muda ini bukan berarti dikatakan salah dan wacana yang terpinggirkan benar. Akan tetapi, dengan wacana dominan yang diangkat oleh Jokowi akan membatasi pandangan khalayak sehingga ketika melihat pemimpin yang muda maka itulah pemimpin yang ideal. Hal ini tidah jauh dari analisis Foucault bahwa kekuasaan membentuk wacana yang dipahami sebagai suatu pengetahuan dan kebenaran oleh khalayak.

Dari ketiga wacana yang dibangun oleh Jokowi, tidak serta merta Jokowi hanya menunjukkan pribadinya yang merakyat, sederhana dan berjiwa muda, namun dia tetap menunjukkan bahwa dia mampu memimpin bangsa Indonesia melalui potensi yang ia miliki. Sekalipun ia mencoba merubah wajah pemimpin di Indonesia melalui dirinya, namun ada hal-hal yang tetap ia pertahankan dan ia dapat menyesuaikan dengan kondisi-kondisi politik yang ada.

Jokowi mengatakan bahwa sekalipun ia terlihat sederhana dan lemah, bukan berarti dia tidak bisa memimpin dengan tegas, tangguh dan mampu


(54)

bertarung dengan lawan-lawan politiknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks video berikut ini :

Ya kalo sudah ditetapkan seperti ini, saya itu petarung, jangan ada yang mikir saya itu lembek! Saya petarung!

Di samping hal tersebut, dalam hal berpakaian Jokowi juga dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Misalnya seperti kutipan teks video berikut ini:

Maap, tadi saya berangkat juga hampir klaru, saya sudah berangkat pake kotak-kotak, sudah naik mobil, di telpon mba Rini tadi, mas, pake jas saja biar beda gitu. Ternyata saya masuk kesini tadi banyak yang pangling. Ya kan biasanya orang mau apa sering saya pake putih, sering pake kotak-kotak dan sering media menyampaikan pada saya wajah saya wajah kampung wajah ndeso, tapi ga papa yang penting otaknya internasional.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa Jokowi tidak hanya membangun citra dirinya yang berbeda dari yang lain, namun dia tetap menjadi seorang pemimpin yang professional.

3.5 Dekonstruksi Wacana Elite Politik Kharismatik di Indonesia

Elit politik merupakan orang-orang yang memainkan peranan aktif dalam politik sebagaimana menurut para teoritisi politik karena ada dorongan kemanusiaan yang tidak terhindarkan atau diabaikan untuk meraih kekuasaan. Politik bagi mereka merupakan permainan kekuasaan dan karena para individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut. Mosca percaya dengan teori pergantian elit seperti halnya dengan Vilfredo Pareto maka dengan demikian yang membedakan karakteristik elite adalah kecakapan untuk memimpin dan


(55)

menjalankan kontrol politik “sekali kelas yang memerintah tersebut kehilangan

akan kecakapannya dan orang-orang diluar kelas tersebut menunjukkan kelas yang lebih baik maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh kelas penguasa yang baru. Gaetano mosca percaya bahwa pada sejenis hukum yang mengatakan bahwa dalam elit yang berkuasa, tidak lagi mampu memberikan layanan-layanan yang diperlukan oleh massa, atau layanan yang diberikannya dianggap tidak lagi memiliki nilai, atau terjadi perubahan-perubahan pada kekuatan-kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat maka perubahan-perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.77

Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan oleh elit yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaannya lewat konsistensi dalam menjalankan kontrol politik dan mempertahankan kecakapannya. Salah satu upaya yang dapat kita lihat yaitu elit politik dalam hal ini pemimpin dalam suatu negara menunjukkan sosok karisma dalam dirinya. Menurut Weber, jika para pengikut mendefinisikan pemimpin mereka sebagai seseorang yang berkarisma, maka ia cenderung sebagai pemimpin karismatik terlepas dari benar-tidaknya ia memiliki ciri yang menonjol. Menurut Weber, kharisma terjadi saat terdapat sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu terlihat dapat

77


(56)

dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa. Pemimpin seperti ini terlihat memiliki kelebihan- kelebihan secara personal seperti intelektualitas, keberanian, pengorbanan dan kepiawaian sehingga bisa menyatukan masyarakat untuk keluar dari berbagai persoalan yang melilit. Seorang yang berkharisma merupakan orang yang menciptakan suatu perubahan eksistensial.

Salah satu hal penting yang patut untuk diulas yakni persoalan kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership) yang merupakan cenderung terhadap konsep politik. Hal ini penting mengingat peran dunia politik merupakan suatu aturan permainan yang bermain dalam ranah kekuasan dan hal itu cukup menjadi hal yang kompetitif dalam masyarakat ketika sudah menyangkut persoalan kekuasaan. Kepemimpinan kharismatik menjadi salah satu faktor khusus yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pemetaan akan seorang pemimpin yang nantinya akan memiliki legalitas-otoritas untuk menentukan suatu kebijakan.78

Tipe kepemimpinan karismatik dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain, sehingga dalam suasana batin mengagumi dan mengagungkan pemimpin bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin. Pemimpin disini dipandang istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya yang mengagumkan dan berwibawa. Dalam kepribadian


(57)

itu pemimpin diterima dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani, dipatuhi dan ditaati secara rela dan ikhlas. Kepemimpinan kharismatik menginginkan anggota organisasi sebagai pengikutnya untuk mengadopsi pandangan pemimpin tanpa atau dengan sedikit mungkin perubahan.79

Fenomena akan diikutinya pemimpin oleh anggota kelompoknya bukanlah sesuatu yang baru saja terjadi. Sebagai seorang pemimpin tentu besar keinginan untuk diikuti oleh pengikutnya bahkan dijadikan inspirasi. Inilah yang juga membuat para pemimpin ataupun calon pemimpin berlomba-lomba memperbaiki karakteristik dirinya untuk memiliki kelebihan menginspirasi anggota kelompoknya dalam berpikir, berbicara bahkan bertingkah laku. Kemampuan untuk menginspirasi anggotanya itulah yang sering disebut sebagai kemampuan sakti yang dinamakan karisma oleh beberapa tokoh.80

Hal-hal yang telah disebut diatas sebagai indikator dikatakan pemimpin karismatik juga telah dipraktekkan di Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, presiden-presiden Indonesia memiliki sisi karismatiknya masing-masing hingga saat ini. Keenam presiden sebelum Jokowi memiliki gaya kepemimpinan yang bervariasi dan berbeda satu sama lain. Namun setiap Presiden tersebut tetap dikategorikan sebagai elit politik dengan figur yang santun, berwibawa, kuat dan tegas sebagaimana pemimpin pada umumnya yang telah didefenisikan sebelumnya. Dengan demikian, tampaknya selama ini kepemimpinan di Indonesia masih didominasi oleh kepemimpinan yang berfigur santun, berwibawa, kuat dan

79

Hurin In Lia Amalia Qori, Op.Cit. hal .72.

80


(58)

tegas, sangat jarang terdapat kepemimpinan yang mampu menunjukkan figur yang berbeda dari yang sebelumnya.

Kemunculan Jokowi membawa fenomena baru dalam kancah kepemimpinan politik di Indonesia. Penulis telah melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes dalam melihat apa sebenarnya dibalik tindakan Jokowi selama masa kampanye. Penulis juga telah menganalisis wacana apa yang sebenarnya dibangun oleh Jokowi selama masa kampanye pilpres dengan menggunakan pendekatan analisis wacana Foucault. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, terdapat tiga wacana yang dibangun oleh Jokowi yaitu gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat, Jokowi yang sederhana, dan Jokowi yang berjiwa muda.

Jokowi membentuk wacana tersebut dengan berbagai aktivitas yang dilakukan, baik dalam hal berkata-kata, bertindak, maupun dari penampilan. Hal ini sejalan dengan penjelasan dekonstruksi yang mengatakan bahwa dekonstruksi tidak semata-mata ditunjukkan terhadap tulisan, tetapi semua pernyataan kultural, sebab keseluruhan pernyataan tersebut adalah teks yang dengan sendirinya sudah mengandung nilai-nilai, prasyarat, ideologi, kebenaran, dan tujuan-tujuan tertentu.81

Jokowi membentuk wacana tersebut bukan tanpa alasan, namun wacana yang ia bentuk bertujuan membangun sebuah kekuatan baru dalam dirinya dan berupaya mentransformasikan kepemimpinan politik di Indonesia melalui wacana


(59)

tersebut. Demikian dengan dekonstruksi tidak terbatas hanya melibatkan diri dalam kajian wacana, baik lisan maupun tulisan, melainkan juga kekuatan-kekuatan lain yang secara efektif mentransformasikan hakikat wacana.82 Oleh sebab itu, wacana yang coba dibangun oleh Jokowi mampu mempengaruhi dan menggiring pandangan masyarakat bahwa pemimpin di Indonesia itu tidaklah harus yang berkharisma seperti yang telah disebutkan diatas seperti berfigur elegan, berwibawa, kuat dan tegas. Namun khalayak digiring dengan opini bahwa pemimpin itu bisa juga yang sederhana, dekat dengan rakyat dan seorang yang muda.

Selama ini dikatakan bahwa kepemimpinan di Indonesia masih didominasi oleh kepemimpinan yang memiliki figur berwibawa, kuat dan tegas sehingga hal ini menjadi wacana yang mapan ditengah-tengah masyarakat bahwa pemimpin itu harus memiliki figur seperti yang telah disebutkan diatas. Namun kehadiran Jokowi dengan wacana yang dia bangun sebagai seorang pemimpin yang low profil, sederhana, dekat dengan rakyat, berjiwa muda telah mampu mengubah opini masyarakat. Hal ini sesuai dengan pembacaan dekonstruktif bahwa kita diajak untuk tidak mencari makna yang sebenarnya dari teks, melainkan hanya ingin mencari ketidakutuhan/kegagalan suatu teks yang berupaya menutup diri dengan makna yang terkandung di dalamnya, artinya hanya ingin menumbangkan susunan hierarki yang menstrukturkan teks.83

82

Ibid

83


(1)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Persetujuan ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Pembatasan Masalah ... 15

1.4 Tujuan Penelitian ... 15

1.5 Manfaat Penelitian ... 16

1.6 Kerangka Teori... 16

1.6.1 Semiotika ... 17

1.6.1.1 Konsep Semiotika Roland Barthes ... 19

1.6.2 Wacana dalam Perspektif Foucault ... 23


(2)

1.6.4 Kampanye ... 30

1.6.5 Teori Elit ... 34

1.7 Metode Penelitian ... 37

1.7.1 Jenis Penelitian ... 37

1.7.1 Tenik Pengumpulan Data ... 38

1.7.1 Tenik Analisa Data ... 38

1.8 Sistematika Penulisan ... 38

BAB II PROFIL JOKO WIDODO (JOKOWI) 2.1 Profil Jokowi... 40

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Identifikasi Umum Pernyataan Jokowi Semasa Kampanye Pemilihan Presiden ... 65

3.2 Identifikasi dan narasi data ... 66

3.2.1 Video 1 ... 66

3.2.2 Video 2 ... 66

3.2.3 Video 3 ... 67

3.2.4 Video 4 ... 68

3.2.5 Video 5 ... 69


(3)

3.2.7 Video 7 ... 71

3.3 Analisis Pernyataan Jokowi Dalam Cuplikan Video Selama Masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014 dalam Pendekatan Semiotika Roland Barthes ... 72

3.3.1 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 1 ... 72

3.3.2 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 2 ... 75

3.3.3 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 3 ... 77

3.3.4 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 4 ... 82

3.3.5 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 5 ... 87

3.3.6 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 6 ... 90

3.3.7 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 7 ... 94

3.4 Analisis wacana Foucault ... 96

3.4.1 Gaya Kepemimpinan Jokowi ... 98

3.4.2 Kesederhanaan Jokowi ... 101

3.4.3 Karakter Jokowi yang berjiwa muda... 107

3.5 Dekonstruksi Wacana Elit Politik Kharismatik di Indonesia ... 112

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 119

4.2 Saran ... 121


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Peta Tanda Roland Barthes ... 20 Tabel 2 Hasil Perolehan Suara Pemilukada Jakarta tahun 2012 ... 56 Tabel 3 Hasil Perolehan Suara Pemilukada Jakarta tahun 2012 ... 57 Tabel 4&5 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 1

Tabel 4 ... 72-73 Tabel 5 ... 73-75 Tabel 6&7 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 2

Tabel 6 ... 76 Tabel 7 ... 75-77 Tabel 8&9 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 3

Tabel 8 ... 77-79 Tabel 9 ... 79-81 Tabel 10&11 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 4

Tabel 10 ... 82-83 Tabel 11 ... 83-87 Tabel 12&13 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 5

Tabel 12 ... 87-88 Tabel 13 ... 88-90 Tabel 14&15 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 6


(5)

Tabel 15 ... 91-93 Tabel 16&17 Makna Denotasi dan Konotasi pada cuplikan Video 7

Tabel 16 ... 94 Tabel 17 ... 94-96


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ... 22

Gambar 2 ... 72

Gambar 3 ... 73

Gambar 4 ... 76

Gambar 5 ... 77

Gambar 6 ... 82

Gambar 7 ... 87

Gambar 8 ... 90