PKB menambahkan bahwa anggota DPRD harus menyadari dua fungsi dan perannya sebagai representasi dari rakyat dan juga
representasi dari partai politik. Menurutnya dua fungsi dan peran tersebut tidak bertentangan atau tidak bersinggungan satu sama lain
tetapi justru sinergi, karena rakyat dan partai harus memiliki visi yang sama. Sementara Partai Gerindra menambahkan bahwa selama ini
untuk urusan-urusan yang sifatnya teknis, operasional, partainya menyerahkan sepenuhnya kepada fraksi yang ada di DPRD, partai
tidak terlalu jauh untuk mengintervensi melalui kebijakan. Sedangkan PPP menyatakan bahwa partainya memberikan kebebasan sepenuhnya
kepada anggota DPRD dari PPP untuk berkreasi, berinovasi politik, sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah yang sebagaimana
digariskan dalam ADART partai.
2. Sikap
a. Sikap Partai Politik Lampung Terhadap Wacana Pemilihan Gubernur Oleh DPRD Provinsi
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa lima elit partai politik menyatakan partainya menyetujui wacana pemilihan gubernur oleh
DPRD provinsi. Lima partai politik yang menyatakan sikap setujunya adalah Partai Demokrat, Partai Golkar, PAN, Partai Hanura, PKB, dan
PKPB. Mereka beranggapan, seperti yang telah disampaikan pada tanggapan diatas, bahwa pilkada langsung terutama untuk pemilihan
gubernur, memang perlu untuk dilakukan dievaluasi kembali, karena
berbagai pertimbangan, terutama menyangkut masalah besarnya biaya penyelenggaraan, besarnya biaya politik yang dikeluarkan calon, serta
efek-efek negatif lainnya yang ditimbulkan, seperti banyaknya kasus korupsi kepala daerah hasil pemilihan langsung, maraknya praktek
money politik, konflik dimasyarakat akibat perbedaan politik, dan masalah lainnya.
Semenatara itu, empat partai politik yang terdiri atas PDI Perjuangan,
PKS, Partai Gerindra, dan PPP, menyatakan menolak terhadap wacana pengembalian mekanisme pemilihan gubernur oleh DPRD
provinsi yang pernah dipraktikan pada masa lalu. Mereka menilai, bahwa alasan terkait, mahalnya biaya penyelenggaraan, besarnya
biaya politik yang dikeluarkan oleh calon yang berakibat pada banyaknya kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi, praktek
money politic yang merusak mental masyarakat, serta titik tekan otonomi daerah, adalah alasan yang tidak rasional. Karena sebenarnya
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara atau strategi yang lain yang lebih baik, selain itu dikembalikannya mekanisme pemilihan gubernur
oleh DPRD provinsi juga belum tentu menjawab dan menyelesaikan masalah yang dimaksud tersebut.
Sedangkan satu partai politik, yaitu PDK menyatakan bahwa
partainya bersikap netral. PDK akan mengikuti apa yang akan diputuskan oleh pemerintah dan DPR RI terkait wacana tersebut,
selain itu juga PDK memilih netral juga karena PDK tidak memiliki