Posisi Anggota DPRD Sebagai Representasi dari Rakyat
                                                                                Imam  Santoso  menyatakan  bahwa  anggota  DPRD  yang  dipilih  oleh rakyat konstituennya, harus bisa meminggirkan kepentingan golongan
atau  partai  politiknya,  untuk  kepentingan  yang  lebih  besar,  yaitu rakyat. Menurutnya masalah perjuangan partai politik, adalah internal
masing-masing,  tapi  keberadaannya  disana  adalah  sebagai  wakil rakyat,  karena  dipilih  bukan  melalui  sistem  nomor  urut,  tapi
berdasarkan suara terbanyak. Tiga  elit  partai  politik  dari  Partai  Hanura,  PKPB,  dan  PDK,
menyatakan  bahwa  peran  anggota  DPRD  sebagai  wakil  atau representasi
dari rakyat
adalah dilakukan
dalam bentuk
memperjuangkan  kepentingan  rakyat  dalam  hal  program-program pembangunan. Dalam hal ini, anggota DPRD melakukan fungsi reses
langsung kepada masyarakat untuk menjaring aspirasi yang kemudian disampaikan  kepada  pemerintah  untuk  diakomodir.  Sehingga  dalam
konteks  itu,  peran  anggota  DPRD  tidak  lagi  melihat  dirinya  dari kelompok  atau  partai  manapun,  karena  lebih  berperan  sebagai  wakil
rakyat. Pendapat  lain,  yang  dikemukakan  elit  partai  politik  yang  terdiri  atas
Partai  Demokrat,  PDI  Perjuangan,  PAN,  dan  Partai  Gerindra, mengukapkan pendapatnya bahwa anggota DPRD yang dipilih secara
langsung  dengan  suara  terbanyak  oleh  masyarakat  memang  lebih memiliki  keterikatan  kepada  konstituennya.  Perannya  sebagai  wakil
rakyat  itu  tercermin  dari  bagaimana  tugas-tugas  dan  fungsi  anggota
DPRD  di  legislatif,  baik  itu  fungsi  legislasi,  fungsi  anggaran,  dan fungsi  pengawasan  untuk  dilaksanakan  sesuai  dengan  aspirasi  dan
kebutuhan  masyarakat.  Sehingga  harus  terjadi  keseimbangan  antara keterikatan kepada partai yang mengusungnya dan kepada konstituen.
Partai juga memiliki peran untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan  juga  evaluasi  kepada  kadernya  yang  ditugaskan  di  lembaga
legislatif  untuk  melaksanakan  amanat  rakyat  dan  juga  visi  partai. Posisi  partai  dan  rakyat  juga  tidak  perlu  dipertentangkan,  karena  visi
partai  juga  adalah  melaksanakan  dan  mewujudkan  keinginan rakyatnya.  Sedangkan  PKB  menilai,  anggota  DPRD  yang  dipilih
melalui  suara  terbanyak  harus  lebih  mementingkan  kehendak  rakyat pemilihnya,  tidak  harus  selalu  berpikir  tentang  partai.  Menurutnya
partai  hanyalah  sebagai  fasilitator  anggota  DPRD  di  dalam  lembaga legislatif, karena tidak mungkin anggota DPRD bisa duduk di lembaga
legislatif tanpa ada partai politik. Pendapat  yang  berbeda  di  sampaikan  oleh  Ketua  Umum  DPW  PKS
Provinsi Lampung, Gufron Aziz Fuadi. Menurut penilaiannya, sistem berdasarkan  suara  terbanyak,  tidak  lebih  baik  dibanding  DPR  dipilih
dengan sistem nomor urut. Karena dalam sistem pemilu di Indonesia, yang menjadi peserta pemilu adalah partai politik, sehingga mestinya
partai  politiklah  yang  memiliki  hak  untuk  menempatkan  kader-kader yang  potensial  dan  memiliki  kualitas  untuk  ditugaskan  dilembaga
legislatif. Selain itu partai politik juga akan merasa memiliki tanggung jawab  yang  penuh  atas  anggotanya  yang  berada  di  pemerintahan
apabila  ada  kader-kadernya  yang  melakukan  penyimpangan.  Saat  ini dengan  sistem  suara  terbanyak,  anggota  DPRD  yang  terpilih  belum
tentu  orang-orang  yang  memiliki  kualitas  dan  loyalitas  yang  baik terhadap  partai,  justru  lebih  ditentukan  oleh  faktor  finansial  yang
dimilikinya.  Anggota  DPRD  yang  dipilih  melalui  suara  terbanyak, tidak  sepenuhnya  patuh  dan  loyal  terhadap  partai  pengusungnya
karena  merasa  memiliki  legitimasi  yang  kuat  karena  dipilih  secara langsung oleh rakyat.