Beban lajur “D” Beban hidup

21 - kurang dari tebal 100 mm - tebal 100 mm atau lebih S2,6 S3,6 bila S3,6 m lihat catatan 1 S2,4 S3,0 bila S3,2 m lihat catatan 1 CATATAN 1 Dalam hal ini, beban pada tiap balok memanjang adalah reaksi beban roda dengan menganggap lantai antara gelagar ssebagai balok sederhana CATATAN 2 Geser balok dihitung untuk beban roda dengan reaksi 2S yang disebabkan oleh Sfactor ≥ 0,5 CATATAN 3 S adalah jarak rata-rata antara balok memanjang Sumber: RSNI Standar Pembebanan untuk Jembatan 2005 Kriteria pengambilan bentang efektif S adalah sebagai berikut: a. Untuk pelat lantai yang bersatu dengan balok atau dinding tanpa peninggian, S = bentang bersih b. Untuk [elat lantai yang didukung pada gelagar dari bahan berbeda atau tidak dicor menjadi kesatuan, S = bentang bersih+setengah lebar dudukan tumpuan. Faktor beban dinamis FBD merupakan hasil pengaruh antara beban kendaraan yang bergerak dengan jembatan. Untuk pembebanan truk ditetapkan sebesar 30. Harga ini dikhususkan untuk bangunan yang berada di atas permukaan tanah.

II.5.2.3 Beban lajur “D”

Beban lajur D merupakan beban yang bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekivalen dengan suatu iring- iringan kendaraan yang sebenarnya. Besarnya beban lajur bergantung pada besarnya lebar jalur kendaraan rencana. Beban lajur D terdiri atas 2 jenis yaitu beban terbagi rata, dan beban garis.

a. Beban terbagi rata

Beban ini dilambangkan q kPa dengan intensitas beban bergantung pada panjang bentang total yang dibebani. Besarnya beban yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 22 L ≤ 30 m ; q = 9,0 kPa L 30 m ; q dapat dilihat pada grafik dibawah Dengan: q adalah intensitas beban terbagi rata dalam arah memanjang jembatan kPa L adalah panjang total jembatan yang dibebani meter Gambar 2.11 Beban “D”: beban terbagi rata vs panjang bentang yang dibebani [RSNI T-02-2005]

b. Beban garis

Beban ini dilambangkan p kNm dengan arah yang tegak lurus terhadap arus lalu lintas pada jembatan. Besar beban garis yaitu 49 kNm. Faktor beban dinamik FBD untuk beban lajur garis “D” dapat dilihat dalam gambar berikut Universitas Sumatera Utara 23 Gambar 2.12 Faktor beban dinamis untuk beban garis terbagi rata “D” [RSNI T-02-2005] Sistem pembebanan beban terbagi rata dan beban garis dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.13 Beban lajur “D” [RSNI T-02-2005] Penyebaran beban “D” harus diperhatikan dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang tertera pada RSNI T-02-2005 yaitu sebagai berikut: 1. Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m, maka beban “D” harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100. Universitas Sumatera Utara 24 2. Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban”D” harus ditempatkan pada jumlah lajur lalu lintas rencana n1 yang berdekatan table 2.2 dengan intensitas 100. Hasilnya adalah beban garis ekuivalen sebesar n 1 x 2,75 q kNm dan beban terpusat ekuivalen sebesar n 1 x 2,75 p kN, kedua-duanya bekerja berupa strip pada jalur selebar n 1 x 2,75 m. 3. Lajur lalu lintas rencana yang membentuk strip ini bisa ditempatkan dimana saja pada jalur jembatan. Beban “D” tambahan harus ditempatkan pada seluruh lebar sisa dari jalur dengan intensitas sebesar 50. Susunan pembebanan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.14 Penyebaran pembebanan arah melintang Universitas Sumatera Utara 25

II.6 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi beban rencan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok- kelompok yaitu: a. Kombinasi dalam batas daya layan b. Kombinasi dalam batas ultimit c. Kombinasi dalam perencanaan berdasarkan tegangan kerja Faktor beban yang digunakan untuk menghitung aksi rencana disajikan dalam table berikut Tabel 2.4 Faktor Pembebanan Pasal No Aksi Lamanya waktu 3 Faktor Beban pada Keadaan Batass Nama Simbol 1 Daya Layan K S;xx; Ultimit K U;;XX; Normal Terkurangi 5.2 Berat Sendiri P MS Tetap 1,0 3 3 5.3 Beban Mati Tambahan P MA Tetap 1,01,3 3 2,01,4 3 0,70,8 3 5.4 Penyusutan dan Rangkak P SR Tetap 1,0 1,0 NA 5.5 Prategang P PR Tetap 1,0 1,0 NA 5.6 Tekanan Tanah P TA Tetap 1,0 3 3 5.7 Beban Pelaksanaan Tetap P PL Tetap 1,0 1,25 NA 6.3 Beban Lajur “D” T TD Trans 1,0 1,8 NA 6.4 Beban Truk “T” T TT Trans 1,0 1,8 NA 6.7 Gaya Rem T TB Trans 1,0 1,8 NA 6.8 Gaya Sentrifugal T TR Trans 1,0 1,8 NA 6.9 Beban Trotoar T TP Trans 1,0 1,8 NA 6.10 Beban-Beban Tumbukan T TC Trans 3 3 NA 7.2 Penurunan P ES Tetap 1,0 NA NA Universitas Sumatera Utara 26 7.3 Temperatur T ET Trans 1,0 1,2 0,8 7.4 AliranBenda Hanyutan T EF Trans 1,0 3 NA 7.5 HidroDaya Apung T EU Trans 1,0 1,0 1,0 7.6 Angin T EW Trans 1,0 1,2 NA 7.7 Gempa T EQ Trans NA 1,0 NA 8.1 Gesekan T BF Trans 1,0 1,3 0,8 8.2 Getaran T VI Trans 1,0 NA NA 8.3 Pelaksanaan T CL Trans 3 3 3 CATATAN 1 Simbol yang terlihat hanya untuk beban nominal, simbol unntuk beban rencana menggunakan tanda bintang, untuk P MS = berat sendiri nominal, P MS = Berat sendiri rencana CATATAN 2 Trans = transien CATATAN 3 Untuk penjelasan lihat pasal yang sesuai CATATAN 4 “NA” menandakan tidak dapat dipakai. Dalam hal dimana pengaruh beban transien adalah meningkatkan keamanan, faktor beban yang cocok adalah nol Sumber: RSNI Standar Pembebanan untuk Jembatan 2005 Tabel 2.5 Faktor Beban Untuk Berat Sendiri Jangka Waktu Faktor Beban K S;;MS; K U;;MS; Biasa Terkurangi Tetap Baja, aluminium 1,0 Beton pracetak 1,0 Beton dicor di tempat 1,0 Kayu 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 0,9 0,85 0,75 0,7 Sumber: RSNI Standar Pembebanan untuk Jembatan 2005 Tabel 2.6 Faktor Beban Untuk Beban Mati Tambahan Jangka Waktu Faktor Beban K S;;MA; K U;;MA; Biasa Terkurangi Tetap Keadaan umum 1,0 1 Keadaan khusus 1,0 2,0 1,4 0,7 0,8 CATATAN 1 Faktor beban daya layan 1,3 digunakan untuk berat utilitas Sumber: RSNI Standar Pembebanan untuk Jembatan 2005 Universitas Sumatera Utara 27 II.7 Kabel prategang II.7.1 Daerah aman kabel Daerah aman kabel yaitu daerah sepanjang balok dimana bila kabel ditempatkan pada daerah tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya tegangan yang melebihi tegangan izinnya. Untuk mendapatkan daerah aman kabel lakukan langkah-langkah perhitungan berikut: - Cari nilai modulus penampang serat atas dan bawah Wa dan Wb Wa = dan Wb = Dimana : ya = jarak pusat berat ke serat atas yb = jarak pusat berat ke serat bawah - Cari jarak pusat ke serat atas dan bawah kern ka dan kb Ka = − dan Kb = Dimana : Ac = Luas penampang - Cari limit kern atas dan bawah k’a dan k’b Menurut binamarga 2011, limit kern yaitu daerah sepanjang balok dimana gaya aksial tekan tidak akan menyebabkan tegangan yang melebihi tegangan izinnya baik tarik maupun tekan K’a = max dari nilai k a = kb + 1 atau k′a = ka + 1 Universitas Sumatera Utara 28 Dimana σg = tegangan akibat prategang saat kondisi layan = K’b = min dari nilai k b = kb + 1 atau k′b = ka + 1 Dimana σgi = tegangan akibat prategang saat penarikan kabel = - Diperoleh daerah aman kabel dengan rumus berikut E oa = k’a + M max P E ob = k’b + M DL P i Hubungan limit kern dengan daerah aman kabel dapat dilihat dalam gambar berikut Gambar 2.15 Hubungan limit kern dan daerah aman kabel [Binamarga 2011] Universitas Sumatera Utara 29 a Desain normal; b desain optimum hanya ada satu solusi P dan eo; c Penampang tidak kuat preliminary Gambar 2.16 Bentuk tipikal daerah aman kabel [Binamarga 2011]

II.7.2 Kehilangan gaya prategang