1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pada beberapa dekade belakangan ini, dunia konstruksi mengalami perkembangan yang begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari proses ataupun komponen struktur yang
semakin canggih. Salah satu contoh komponen struktur yang berkembang dan sangat diminati di bidang konstruksi belakangan ini adalah “Balok Girder
Pratekan”. Balok Girder Pratekan merupakan hasil rekayasa ilmu di bidang teknik sipil
yang menggunakan gaya pra-tekan untuk meminimalisir kekurangan yang dimilik i beton itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa sifat alami beton adalah lemah
terhadap gaya tarik. Atas dasar inilah dikembangkan suatu rekayasa yang mana beton akan mengalami kondisi pratekan penuh pada setiap segmen balok tanpa
adanya bagian beton yang mengalami tarik. Pada proyek Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu ini menggunaka n
jenis I girder. Jumlah girder yang digunakan dalam satu bentang yaitu 5 buah balok. Ukuran balok disesuaikan dengan panjang bentang yang ada.
Produksi girder pada proyek ini dilakukan oleh PT. Wijaya Karya Beton Wika Beton di Binjai. Setelah PCI girder selesai dicetak, dan mempunyai umur
yang cukup untuk dibawa ke lokasi proyek, maka balok-balok tersebut diangkut menggunakan Flat Bed. Itulah salah satu alasan mengapa PCI girder dibagi atas
Universitas Sumatera Utara
2
beberapa segmen balok sehingga pada saat membawa balok tersebut ke lokasi proyek akan lebih mudah.
Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu ini merupakan salah satu proyek yang menggunakan sistem balok girder Post-Tension.
Pelaksana stressing yaitu VSL Voorspan System Losinger. Bentuk kabel yang digunakan yaitu jenis kabel yang melengkung.
Kualanamu Junction menggunakan Precast Concrete I PCI sebagai balok girdernya yang terdiri atas balok-balok beton segmental. Balok-balok beton
segmental ini kemudian akan disatukan dengan sistem kabel tarik sistem prategang sebagai penyalur gaya pratekan. Dengan menggunakan sistem prategang
ini, balok dapat didesain seefektif dan seekonomis mungkin, namun dapat memik ul beban yang lebih besar dibanding dengan balok beton bertulang biasa. Jika
digunakan balok beton bertulang biasa maka akan menghasilkan dimensi yang lebih besar dibanding dengan balok sistem prategang. Hal ini tentu akan mengakibatka n
penggunaan beton dan baja tulangan yang lebih banyak sehingga tidak efektif dari segi beban maupun biaya yang dibutuhkan.
Gambar 1.1 Balok I Girder
Universitas Sumatera Utara
3
Kasus yang timbul dalam proyek ini yaitu balok girder yang terletak pada pier 4-5 dan pier 5-6, lereng ramp 3. Pier ini terletak tepat di median jalan utama
Medan-Kualanamu. Pada pier ini dudukan pier head tidak mencukupi tinggi PCI girder dikarenakan adanya peninggian pier head. Peninggian pier head ini
dimaksudkan agar tinggi bersih clearance height untuk jalan dibawahnya memenuhi standar rencana yaitu sebesar 5,1m BMS’92. Atas dasar inila h
diperlukan perencanaan ulang dari balok girder untuk segmen tersebut. Beranjak dari kasus ini, penulis tertarik mengangkat judul “Redesain Prestress Post-
Tension pada Beton Pracetak I Girder Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Junction Jalan Toll Medan-Kualanamu Pier 4-pier 5, Ramp 3”.
I.2 Perumusan Masalah