43
pemanfaatan kayu. Sedangkan untuk PHPL yaitu meliputi verifikasi dokumen, mempelajari kondisi lapangan auditee, Verifikasi Dokumen dan Observasi
Lapangan: Verifikasi dokumen adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tim Audit untuk menghimpun, mempelajari data dan dokumen auditee, dan menganalisis
menggunakan kriteria dan indikator yang ditetapkan. Observasi lapangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tim Audit untuk menguji kebenaran data melalui
pengamatan, pencatatan, uji petik, dan menganalisis menggunakan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan.
Pelaksana penilaian dan verifikasi adalah LP dan VI yang terdiri dari Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu LVLK dan Lembaga Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari LPHPL yang bertugas untuk menilai kinerja pengelolaan hutan lestari atau memverifikasi keabsahan hasil hutan kayu pada pemegang izin atau
pemilik hutan hak.
e. Syarat dan prosedur permohonan SVLK
Pemegang Izin mengajukan permohonan verifikasi kepada LVLK yang memuat sekurang-kurangnya ruang lingkup verifikasi
32
, profil Pemegang Izin dan
32
Obyek verifikasi LK adalah Pemegang IUPHHK-HAHPH atau IUPHHK-HTHTI atau IUPHHK-RE atau Pemegang IUPHHK-HTR atau IUPHHK-HKm atau Pemegang Izin dari Hutan
Hak atau Pemegang IPK. Verifikasi dilakukan pada dokumen Pemegang IUPHHK-HAHPH, IUPHHKHTHTI dan IUPHHK-RE sesuai Lampiran 2; Pemegang IUPHHK-HTR, IUPHHKHKm
sesuai Lampiran 3; Pemegang Izin dari Hutan Hak sesuai Lampiran 5; dan Pemegang IPK sesuai Lampiran 6 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6VI-Set2009 dalam
rentang waktu 1 satu tahun terakhir. Cakupan kegiatan verifikasi LK meliputi administrasi dan fisik, yang meliputi mekanisme pemeriksaan kebenaran dokumen, konsistensi dokumen dan
kebenaran fisik pada setiap simpul mulai dari hulu sampai ke hilir sampai dengan pemenuhan hak- hak negara yang dapat dibuktikan melalui penelusuran traceable. Di samping itu dalam konteks
manajemen, juga dilakukan pemeriksaan terhadap ketaatan terhadap peraturan lain yang terkait legal compliance sebagaimana diatur dalam Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 5 dan Lampiran
6 pada Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6Set-VI2009. Lihat
44
informasi lain yang diperlukan dalam proses verifikasi LK. Sebelum melakukan kegiatan verifikasi lapangan, LVLK harus melaksanakan pengkajian permohonan
verifikasi dan memelihara rekamannya untuk menjamin agar: persyaratan untuk verifikasi didefinisikan dengan jelas, dipahami, dan didokumentasikan;
menghilangkan perbedaan pengertian antara LVLK dan Pemegang Izin; LVLK mampu melaksanakan jasa verifikasi LK yang diminta, dan menjangkau lokasi
operasi Pemegang Izin.
LVLK menyelesaikan urusan kontrak kerja dengan Pemegang Izin. Dalam hal pelaksanaan verifikasi dibiayai dari dana Pemerintah, maka pelaksanaan
verifikasi tidak melalui permohonan oleh Pemegang Izin kepada LVLK, namun dilakukan penetapan oleh Pemerintah dan Pemerintah menerbitkan Surat
Pemberitahuan kepada Pemegang Izin yang akan diverifikasi. LVLK mengumumkan rencana pelaksanaan verifikasi LK terhadap Pemegang Izin di
media massa dan website Departemen Kehutanan www.dephut.go.id
minimal 7 tujuh hari kalender sebelum pelaksanaan verifikasi, agar Lembaga Pemantau
Independen dapat memberi masukan atau informasi berkaitan dengan pelaksanaan verifikasi pada Pemegang Izin tersebut
33
.
peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.02VI- PPHH2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu
Lampiran 2 Ruang Lingkup.
33
Lihat peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.02VI- PPHH2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu Lampiran 2 Permohonan Verifikasi.
45
Bagan 1 .
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu SVLK
34
34
Sumber
: Arie Siswanto, “Materi Perkuliahan Hukum Kehutanan”, FH UKSW, 2013.
46
3. Posisi Hutan Rakyat dalam SVLK