Dasar Pembiasaan Dasar dan Tujuan Pembiasaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18 Jika ditinjau secara psikologis, terminologi shalat menunjukkan
bahwa di dalamnya terdapat hubungan vertikal antara makhluk dan Tuhannya dengan penuh kekhusyukan. Berrdirinya muslim di hadapan
Allah akan membekalinya suatu energi spiritual yang menimbulkan rasa kenyamanan, dan ketenangan. Dengan shalat seorang muslim tidak akan
sendirian dalam menghadapi kesulitan, karena ia tahu bahwa Allah dekat. Seorang muslim yang muslim khusyu’ dalam shalat, merasakan
bahwa ia berhadapan dengan Tuhannya walaupun ia tidak melihat Allah. Dengan kondisi kejiwaan seperti itu, seorang muslim mampu
mengungkapkan perasaannya kepada Allah, ia akan berdoa, memohon, dan mengadukan persoalan hidupnya. Dengan shalat yang khusyu’ itu,
semua persoalan yang dihadapinya dapat diatasi. Psikisnya akan menjadi tenang, nyaman, selaras dan cerah kembali.
31
Dengan demikian, ketika shalat dilakukan secara kontinyu dalam lima waktu yang telah ditentukan, maka hal ini akan memberikan
kondisi psikologis yang stabil bagi seorang muslim sehingga bisa hidup dengan baik sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku.