digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
15 Dalam  teori  perkembangan  anak  didik,  dikenal  teori
konvergensi,  di  mana  pribadi  dapat  dibentuk  oleh  lingkungannya dengan  mengembangkan  potensi  dasar  yang  ada  padanya.  Potensi
dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku melalui proses.
24
Oleh  karena  itu,  potensi  dasar  harus  selalu  diarahkan  agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara yang
dapat  dilakukan  untuk  mengembangkan  potensi  dasar  tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.
b. Tujuan Pembiasaan
Pembiasaan  adalah  proses  pembentukan  kebiasaan- kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
Pembiasaan  selain  menggunakan  perintah,  suri  teladan,  dan pengalaman  khusus,  juga  menggunakan  hukuman  dan  ganjaran.
Tujuannya  agar  siswa  memperoleh  sikap-sikap  dan  kebiasaan- kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan
kebutuhan ruang dan waktu kontekstual. Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang
berlaku,  baik  yang  bersifat  religius  maupun  tradisional  dan kultural.
25
Dari  penjelasan  di  atas,  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa tujuan  dilakukannya  pembiasaan  adalah  untuk  melatih  serta
24
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011, h. 180.
25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, h. 123
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
16 membiasakan  peserta  didik  secara  konsisten  dan  kontinyu  dengan
sebuah  tujuan,  sehingga  benar-benar  tertanam  pada  diri  anak  dan akhirnya  menjadi  kebiasaan  yang  sulit  ditinggalkan  di  kemudian
hari.
3. Pengertian Shalat Fardhu Lima Waktu
Shalat  menurut  bahasa  adalah  doa,  doa  akan  kebajikan.
26
.    Kata shalat beras
al dari bahasa Arab, yakni “Shalla – Yushallu – Shalatan”, jamaknya  adalah  “Shalawat”  yang  berarti  menghadapkan  segenap
pikiran untuk bersujud, bersyukur dan memohon bantuan”.
27
Sedangkan menurut istilah syara
’, shalat adalah:
28
ةص صخم طئارشب ,ميلستلاب ة تتخم ,ري تلاب ةحتتفم  اعفأ   ا قأ
“Perkataan dan perbuatan yang dibuka dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
” Dalil perintah shalat sebagai berikut:
۟ا يقأ لصل
۟ا تاء ك ل
۟ا عكْ م
ع نيعكرل
“Dan  dirikanlah  shalat,  tunaikanlah  zakat  dan  rukulah  beserta orang-orang yang ruku.
” QS. Al-Baqarah [2] : 43
26
Wahbah bin Mushtafa Al-Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islamiyyu wa Adillatuhu, Juz 1, Damaskus: Dar Al-Fikr, tt., h. 653
27
Lois Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Beirut: Maktabah Syarqiyyah, 1986, h. 434
28
Abdur Rahman bin Muhammad ‘Audl Al-Jaziri, Al-Fiqhu ‘ala al-Madzahibu al-Arba’ah, Juz 1, Beirut: Dar Al-Kutub Al-
‘Ilmiyyah, 2003, h. 160
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
17
ْعت َ ليءٓرْسإ ٓىنب قثيم انْ خأ ْ إ َإ
ّ ب
نْي ل ْلٱ ناسْحإ
ا ىبْرقْل
ى تيْل ني س ْل
أ  ا نْسح  انلل ۟ا ل ق ۟ا يق
لصل ۟ا تاء
ك ل مث
ْمتْيل ت إ
َ ضرْعم متنأ  ْم نم   ًيلق
“Dan  ingatlah,  ketika  Kami  mengambil  janji  dari  Bani  Israil yaitu:  Janganlah  kamu  menyembah  selain  Allah,  dan  berbuat
kebaikanlah  kepada  ibu  bapa,  kaum  kerabat,  anak-anak  yatim,  dan orang-orang  miskin,  serta  ucapkanlah  kata-kata  yang  baik  kepada
manusia,  dirikanlah  shalat  dan  tunaikanlah  zakat.  Kemudian  kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan
kamu selalu berpaling. ” QS. Al-Baqarah [2] : 83
Shalat dibagi menjadi dua macam, yakni shalat wajib fardhu dan shalat  sunnah.
29
Adapun  definisi  shalat  fardhu  adalah  shalat  dengan status  hukum  fardhu,  yakni  wajib  dikerjakan.  Shalat  fardhu  sendiri
menurut hukumnya terdiri atas dua golongan, yakni fardhu ‘ain yang berarti diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam shalat ini adalah
shalat lima waktu shubuh, zhuhur, ashar, maghrib dan isya’ dan shalat Jumat bagi laki-laki. Sedangkan fardhu kifayah yakni yang diwajibkan
atas seluruh muslim namun akan gugur dan menjadi sunnah bila telah dilaksanakan  oleh  sebagian  muslim  yang  lain.  Yang  termasuk  dalam
kategori ini adalah shalat jenazah.
30
29
Muhammad Jawab Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Terj. Masykur A.B., dkk., Jakarta: Penerbit Lentera, 2010, h. 71
30
Rian Hidayat El-Bantany, Kamus Pengetahuan Islam Lengkap, Depok: Mutiara Allamah Utama, 2014, h. 507
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
18 Jika  ditinjau  secara  psikologis,  terminologi  shalat  menunjukkan
bahwa  di  dalamnya  terdapat  hubungan  vertikal  antara  makhluk  dan Tuhannya dengan penuh kekhusyukan. Berrdirinya muslim di hadapan
Allah akan membekalinya suatu energi spiritual yang menimbulkan rasa kenyamanan, dan ketenangan. Dengan shalat seorang muslim tidak akan
sendirian  dalam  menghadapi  kesulitan,  karena  ia  tahu  bahwa  Allah dekat. Seorang muslim yang muslim khusyu’ dalam shalat, merasakan
bahwa  ia  berhadapan  dengan  Tuhannya  walaupun  ia  tidak  melihat Allah.  Dengan  kondisi  kejiwaan  seperti  itu,  seorang  muslim  mampu
mengungkapkan perasaannya kepada Allah, ia akan berdoa, memohon, dan mengadukan persoalan hidupnya. Dengan shalat yang khusyu’ itu,
semua  persoalan  yang  dihadapinya  dapat  diatasi.  Psikisnya  akan menjadi tenang, nyaman, selaras dan cerah kembali.
31
Dengan  demikian,  ketika  shalat  dilakukan  secara  kontinyu  dalam lima  waktu  yang  telah  ditentukan,  maka  hal  ini  akan  memberikan
kondisi psikologis yang stabil bagi seorang muslim sehingga bisa hidup dengan baik sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
4. Waktu Shalat Fardhu Lima Waktu
Kewajiban  shalat  sejalan  dengan  kewajiban  mengetahui  ketentuan wajib shalat  yang aturan pelaksanaannya mengacu pada al-Quran dan
31
Zakiah Darajat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Jakarta: Ruhama, 1990, h. 12