37 mengantisipasi perubahan yang terjadi, serta mengaktualisasi dirinya. Berbeda
halnya dengan belajar sendiri, belajar sendiri berarti belajar dengan tidak adanya tutor yang menjadi fasilitator dalam belajar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirangkumkan bahwa kemandirian belajar merupakan aktifitas yang dilakukan siswa secara sadar atau sengaja
untuk memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan, aspirasi dan tanpa adanya paksaan dari siapapun. Belajar mandiri memberikan pengaruh positif dan
beberapa manfaat, tidak tergantung terhadap orang lain, memiliki kepercayaan diri, berperilaku disiplin, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki inisiatif sendiri
dalam belajar, mampu menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri, mampu memanfaatkan sumber belajar, siswa mampu mengingat sesuatu yang
dipelajari lebih lama dibandingkan dengan yang tidak melakukan belajar mandiri, serta siswa mempunyai tanggung jawab akan keberhasilan belajarnya sehingga
semangat untuk mengerti dan memahami pelajaran akan meningkat. Berdasarkan kajian terhadap beberapa teori tentang kemandirian belajar
dirumuskan delapan indikator yang mengacu pada kemandirian belajar siswa, yaitu: 1 tidak tergantung pada orang lain; 2 memiliki kepercayaan diri; 3
Motivasi belajar; 4 memiliki rasa tanggung jawab; 5 cara belajar; 6 tempo dan irama belajar; 7 penggunaan sumberbahan ajar dan 8 memiliki
kemampuan refleksi.
B. Penelitian yang Relavan
Untuk menghasilkan data dan hasil yang valid, maka penelitian ini mengacu pada penelitian yang terlebih dahulu dilaksanakan, yaitu:
1. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Modul pada Materi Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Kemandirian dan Hasil Belajar Siswa Kelas
38 X SMA Negeri 2 Wates Kulon Progo. Oleh Atika Dwi Evitasari yang
melakukan penelitian pada tahun 2012 di SMA Negeri 2 Wates Kulon progo Atika Dwi Evitasari, 2012 dengan hasil peneitian menunjukkan bahwa
modul memiliki karakter self instructional yang terdiri dari pendahuluan, materi pencemaran lingkungan, petunjukan penggunaan modul, bagian
tugas individu, proyek biologi, rangkuman, evaluasi, tes formatif, umpan balik dan refleksi, glosarium, daftar pustaka dan lembar jawab evaluasi. Ditinjau
dari aspek kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafisan menurut para ahli meteri, ahli media, guru mata pelajaran biologi, dan teman
sejawat s ecara umum masuk dalam kategori “amat baik”. Respon siswa
terhadap modul pencemaran lingkungan masuk dalam kategori “amat baik”. Peningkatan kemandirian belajar masuk dalam kategori sedang dengan nilai
gain score sebesar 0,49 dan ketuntasan kemandirian belajar sebesar 81,25. Peningkatan hasil belajar siswa masuk dalam kategori tinggi
dengan nilai gain score sebesar 0,71 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 84,38. Hasil tersebut menunjukkan bahwa modul materi pencemaran
lingkungan hasil pengembangan layak digunakan untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Wates.
2. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Potensi Lokal Gunung Api Merapi dengan Tema “Inspiring Merapi” untuk Meningkatkan Kemandirian
Belajar Peserta Didik oleh Nor Rozif Khoirul Anam pada tahun 2013 Nor Rozif Khoirul Anam, 2013. Penelitian ini telah menghasilkan produk akhir
berupa modul IPA terpadu berbasis potensi local Gunung Merapi dengan tema “Inspiring Merapi” menggunakan model pengembangan Four-D yang
dimodifikasi. Kelayakan modul yang dikembangkan menurut ahli dan guru
39 IPA mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik untuk setiap
aspeknya, dan nilai B dengan kategori baik menurut respon peserta didik. Penggunaan modul IPA yang dikembangkan dapat meningkatkan
kemandirian belajar peserta didik dengan rata-rata peningkatan 12 melalui observasi,
sedangkan dengan
menggunakan angket
peningkatan kemandiriannya adalah 4 dengan gain score 0,11 yang terkategori rendah.
3. Pengembangan Modul IPA Terpadu dengan Tema “Terapi Sengat Lebah”
Melalui Pendekatan STM untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta Didik oleh Reny Witulasari Sismi pada tahun 2013 Reni Witulasari Sismi,
2013. Modul IPA Terpadu dengan tema “Terapi Sengat Lebah” melalui pendekatan STM memiliki kualitas yang sangat baik dan layak digunakan.
Terdapat peningkatan kemandirian belajar peserta didik yang dapat diketahui dengan melihat gain score ternomalisasi sebesar 0,15 dalam
kategori rendah dan melalui lembar observasi masing-masing pertemuan sebesar 97,66, 90,33, 96,00 dengan masing-masing kategori baik.
4. Penyusunan Modul Pembelajaran KKPI untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Materi Mengoperasikan Software Spreadsheet
di SMK Negeri 1 Depok oleh Cahyaningtyas Rahmawati pada tahun 2014 Cahyaningtyas Rahmawati, 2014. Penelitian ini dilaksanakan di SMK
Negeri 1 Depok. Hasil penelitian diketahui bahwa: 1 modul pembelajaran KKPI materi mengoperasikan software spreadsheet yang telah disusun
memenuhi kelayakan sebagai media pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari penilaian modul oleh ahli dan guru mata pelajaran KKPI pada aspek
kelayakan isi mendapat rerata skor 45,50 termasuk dalam kategori sangat baik, aspek bahasa mendapat rerata skor 16,85 termasuk dalam kategori
40 sangat baik, aspek penyajian mendapatkan rerata skor 37,15 termasuk
dalam kategori baik, dan aspek kegrafisan mendapat rerata skor 24,35 termasuk dalam kategori sangat baik. 2 kemandirian belajar siswa
meningkat setelah menggunakan modul pembelajaran KKPI yan telah disusun. Hasil yang diperoleh dari rerata presentase peningkatan
kemandirian belajar
siswa sebelum
dan sesudah
pembelajaran menggunakan modul melalui angket mengalami peningkatan sebesar
7,01, sedangkan melalui observasi meningkat sebesar 17,33.
C. Kerangka Pikir