39
-kualitas produk -kinerja produk yang lebih baik dan
konsisten dibanding merek lain.
4 Brand
Loyalty -Kebiasaan memilih merek
-kepuasan terhadap merek -kefanatikan terhadap merek.
11,12,13
5 Purchase
Intention -Merek membangkitkan rasa suka dan
keinginan untuk membeli
-tetap memilih
merek tersebut
meskipun ada merek lain dengan kualitas sama
-selalu membeli dan menggunakan merek tersebut.
14,15,16
2. Uji Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto 2002, uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun berpengaruh pada besar
tidaknya dan sangat menentukan bermutu tidaknya penelitian, uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validity dan reability baik atau buruk
instrument yang digunakan.
1. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan dan kecermatan instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya Cooper dan
Schindler,2006:318. Suatu instrumen pengukuran atau kuesioner dianggap valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
40
Ghozali,2006:41. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis
, dengan menggunakan software SPSS 20 for windows.
Confirmatory Factor Analysis digunakan untuk menguji apakah suatu
konstruk mempunyai unidimensionalisme atau apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel.
Indikator masing-masing konstruk harus memiliki loading factor yang signifikan terhadap konstruk yang diukur dengan factor loading minimal
0,4 Hair et. al., 1998: 111. Factor loading
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.50, sehingga item pertanyaan yang memiliki factor loading kurang dari
0.50 dianggap tidak valid dan tidak akan diikutsertakan dalam pengukuran. Asumsi yang mendasari dilakukannya analisis faktor adalah data matrik
harus memiliki korelasi yang cukup sufficient correlation. Interkorelasi antar variabel antar variabel akan dideteksi dengan Kaiser-Meyer-Olkin
Measure of Sampling Adequacy KMO MSA. Untuk dapat dilanjutkan
kepada uji validitas, nilai KMO harus 0.5 Ghozali, 2005. Dalam Confirmatory Factor Analysis, kita juga harus melihat pada
output dari Rotated Component Matrix yang harus terekstrak secara sempurna. Jika masing-masing item pertanyaan belum terekstrak secara
sempurna, maka proses pengujian validitas dengan faktor analisis harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai
ganda. Indikator masing-masing konstruk yang memiliki loading factor
41
yang signifikan membuktikan bahwa indikator tersebut merupakan suatu kesatuan alat ukur yang mengukur konstruk yang sama dan dapat
memprediksi dengan baik konstruk yang seharusnya diprediksi Hair et al.,
1998. Uji validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan dan
kecermatan instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya Cooper dan Schindler,2006:318. Suatu instrumen pengukuran atau
kuesioner dianggap valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
Ghozali,2006:41. Data diolah menggunakan SPSS 20.0 dan menggunakan correlation matriks
KMO and Bartlett’s Test Of Spericity untuk mengetahui besarnya nilai Kaiser Meyer-Olkin Measures of
Sampling Adequacy KMO-MSA yang lebih besar dari 0.5 sebagai
syarat dilakukannya Confirmatory Factor Analysis Ghozali, 2005. Jumlah faktor yang diekstraksi sebanyak 5 faktor sesuai dengan jumlah
konstruk yang diestimasi. Agar data berotasi mengelompok, pada analisis Confirmatory Factor digunakan rotasi varimax dengan kriteria
loading factor yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 0.5, sehingga
data yang mempunyai loading factor dibawah 0.5 tidak disertakan pada analisis selanjutnya.