Subyek Tindak Pidana Perzinahan

pidana dianggap tidak patut. 205 Maka dapat dikatakan ketika manusia sudah tidak berpedoman kepada perintah dan larangan dari Tuhan, maka sudah pasti manusia tersebut hanya akan menggunakan rasionalisasi atau pikirannya saja. padahal yang menciptakan pikiran tersebut adalah Tuhan. Dibandingkan dengan konsepsi Hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan- hubungan lainnya, karena manusia yang hidup dalam masyarakat itu mempunyai berbagai hubungan. Hubungan-hubungan itu, seperti telah berulang disinggung dimuka, adalah hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya. 206 Dan sangatlah jelas bahwa Hukum Islam, merupakan hukum yang bersumber dari Allah SWT Sang Pencipta dan Sang Penentu dunia dan seisinya, RasulNya Nabi Muhammad SAW dan Ij ma‟ Ulama yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

B. Subyek Tindak Pidana Perzinahan

1. Menurut KUHP

Tindak Pidana Perzinahan yang diatur didalam pasal 284 KUHP ayat 1, adapun bunyinya sebagai berikut; 207 205 Eman Sulaeman, Op.Cit, hal 111-112 206 Ibid. 207 R. Soesilo, Op. Cit, hal . 208 Universitas Sumatera Utara 1 “Dihukum Penjara selama-lamanya Sembilan bulan : 1e. a. Laki-laki yang beristeri, berbuat Zina, sedang diketahuinya pasal 27 KUHPerdata sipil berlaku padanya: b. Perempuan yang bersuami berbuat Zina: 2e. a. Laki-laki yang melakukan perbuatan tersebut, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami; b. Perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan itu, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami. b Menurut Hukum Islam didalam Hukum Islam dibedakan antara pelaku zina yang belum menikah perjaka atau perawan Ghairu Muhshan dan pelaku zina yang sudah berada didalam status menikah atau pernah menikah Muhshan. Keduanya tetap bisa dikatakan pelaku zinah selama telah melakukan perzinahan. Yang membedakan keduanya hanyalah Hukum Islam meringankan hukuman bagi lajang Ghairu Muhsan dan memberatkan hukuman bagi orang yang berada dalam status menikah atau pernah menikah muhsan. Hukum Islam menghukum lajang dengan dera dan diasingkan, sedangkan muhsan didera dan dirajam. Makna rajam disini adalah hukuman mati dengan cara dilempari batu dan yang sejenisnya. 208 208 Ibid, hal. 181 Universitas Sumatera Utara Perbandingan Menurut KUHP yang dapat dikatakan sebagai subyek atau pelaku perzinahan adalah seorang laki-laki atau perempuan yang sedang terikat perkawinan. Pasal 284 ayat 1, 1e . Adapun Seorang laki-laki atau perempuan yang tidak terikat perkawinan kemudian melakukan perzinahan dengan laki-laki atau perempuan yang sedang terikat perkawinan, maka ia dianggap “turut serta” mede pleger. Sedangkan menurut Hukum Islam ia dianggap juga melakukan tindak pidana perzinahan Ghairu Muhshan. Kemudian menurut KUHP hubungan seksual diluar perkawinan, antara dua orang yang sama-sama lajang tidak terikat didalam ikatan perkawinan, sama sekali bukan merupakan tindak pidana perzinahan terdapat kekosongan hukum apabila pelakunya sama-sama tidak terikat pernikahan, sedangkan Hukum Islam menganggap hal tersebut juga merupakan perbuatan zina. Maka yang kemudian terjadi dampak dari berlakunya pasal 284 KUHP tersebut, meningkatnya budaya seks bebas di kalangan pelajar mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Bahkan perilaku seks pra nikah tersebut dari tahun ke tahun terus meningkat. Pendataan yang dilakukan oleh Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Universitas Sumatera Utara Nasional BKKBN, Masri Muadz, menunjukan kasus tersebut memperlihatkan peningkatan yang semakin miris bagi kita. Yakni sebagai berikut; 209 b. Menurut penuturan Masri kepada okezone, belum lama ini, Wimpie Pangkahila pada tahun 1996 melakukan penelitian terhadap remaja SMA di Bali. Dia mengambil sampling 633. Kesemuanya memiliki pengalaman berhubungan seks pra nikah, dengan persentase perempuan 18 dan 27 laki-laki. Sedangkan penelitian Situmorang tahun 2001 mencatat, laki-laki dan perempuan di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks dengan komposisi, 9 perempuan dan 27 laki-laki. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia SKRRI di tahun 2002-2003, remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada: usia 14-19 tahun, perempuan 34,7, laki-laki 30,9. Sedangkan pada usia 20-24 tahun perempuan 48,6 dan laki-laki 46,5. c. SKRRI pun melanjutkan analisanya pada tahun 2003 dengan memetakan beberapa faktor yang mempengaruhi mereka melakukan seks pra nikah. Menurut SKRRI, faktornya yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual antara lain: Pertama, pengaruh teman sebaya atau punya pacar. Kedua, punya teman yang setuju dengan hubungan seks para nikah. Ketiga, punya teman yang mendorong untuk melakukan seks pra nikah. 209 OkeZone.com NEWS., Tiap Tahun, Remaja Seks Pra Nikah Meningkat, diakses dari http:news.okezone.comread20101204338400182tiap-tahun-remaja-seks-pra-nikah- meningkat, diakses pada hari selasa 21 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara d. Di tahun 2005 Yayasan DKT Indonesia melakukan penelitian yang sama. DKT memfokuskan penelitiannya di empat kota besar antara lain: Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Medan. Berdasarkan norma yang dianut, 89 remaja tidak setuju adanya seks pra nikah. Namun, kenyataannya yang terjadi di lapangan, pertama, 82 remaja punya teman yang melakukan seks pra nikah. Kedua, 66 remaja punya teman yang hamil sebelum menikah. Ketiga, remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pra nikah. Persentase tersebut menunjukkan angka yang fantastis. Jabodetabek 51, Bandung 54 Surabaya 47 dan Medan 52. e. Tahun 2006 PKBI menyebutkan, pertama, kisaran umur pertama kali yakni 13-18 tahun melakukan hubungan seks. Kedua, 60 tidak menggunakan alat atau obat kontrasepsi. Ketiga, 85 dilakukan di rumah sendiri. Sementara merujuk pada data Terry Hull dkk 1993 dan Utomo dkk 2001, PKBI menyebutkan, 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun dan 27 atau kurang lebih 700 ribu remaja dan sebagian besar dengan tidak aman. Selain itu 30-35 aborsi penyumbang kematian ibu. f. Pada 2007 SKRRI melakukan penelitian kembali. Penelitian tersebut menunjukkan peningkatatan yang drastis. 1 Perilaku seks pranikah remaja cenderung terus meningkat dan kehamilan yang tidak diinginkan KTD juga terjadi pada remaja. 2 Jumlah kelompok remaja Indonesia yang menginginkan pelayanan Keluarga Berencana KB diberikan kepada mereka. 3 Meningkat jauh dari SKRRI 2002. Universitas Sumatera Utara 4 Jumlah remaja 15-24 tahun sekitar 42 juta jiwa, berarti sekitar 37 juta jiwa remaja membutuhkan alokon tidak terpenuhi unmet need berKB kelompok remaja. 5 Kelompok ini akan tetap menjadi unmet need. Sebab dalam undang- undang No 10 tahun 1992, pelayanan KB hanya diperuntukkan bagi pasangan suami istri, sesuai dengan pemilihannya. g. Bahkan, temuan Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Penelitian Bisnis dan Humaniora LSCK-PUSBIH di tahun 2008 lebih mengagetkan lagi. LSCK-PUSBIH melakukan penelitian terhadap 1.660 mahasiswi di Yogyakarta. Hasil yang mereka dapatkan, 97,05 mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang kegadisannya dan 98 orang mengaku pernah melakukan aborsi. h. Kemudian Penelitian yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak KPAI di 33 Provinsi pada bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan empat hal: Pertama, 97 remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno. Kedua, 93,7 remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital stimulation meraba alat kelamin dan oral seks. Ketiga, 62,7 remaja SMP tidak perawan. Dan yang terakhir, 21,2 remaja mengaku pernah aborsi. Hal ini sungguh tidak boleh diteruskan karena sangat berbeda dengan dengan Indonesia yang struktur budaya masyarakatnya lebih bersifat berketuhanan, kekeluargaan dan kolektivitas, masalah perzinahan dan lembaga perkawinan bukan semata-mata masalah privat dan kebebasan individual, tapi juga menjadi masalah sosial. Akibat lebih buruk dari kebijakan-kebijakan keliru Universitas Sumatera Utara dari sudut pandang Negara-negara Barat tersebut telah memberi peluang yang besar bagi terjadinya pelanggaran kesucian lembaga perkawinan dan hubungan seksual diluar perkawinan yang pada gilirannya akan menumbuh suburkan dunia pelacuran dan tersebarnya penyakit-penyakit kelamin seperti sipilis, penyakit AIDS dan penyakit kotor lainnya. Dan jelas Hukum Islam memberikan jawaban atas masalah-masalah tersebut. Karena dapat dikatakan bahwa cakupan Hukum Islam dalam hal subjektif pelaku tindak pidana perzinahan lebih luas bila dibandingkan dengan KUHP. karena Hukum Islam tidak hanya membatasi pelaku perzinahan kepada orang yang masih terikat perkawinan saja, namun juga yang tidak terikat perkawinan

C. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam penuntutan