dari sudut pandang Negara-negara Barat tersebut telah memberi peluang yang besar bagi terjadinya pelanggaran kesucian lembaga perkawinan dan hubungan
seksual diluar perkawinan yang pada gilirannya akan menumbuh suburkan dunia pelacuran dan tersebarnya penyakit-penyakit kelamin seperti sipilis, penyakit
AIDS dan penyakit kotor lainnya. Dan jelas Hukum Islam memberikan jawaban atas masalah-masalah
tersebut. Karena dapat dikatakan bahwa cakupan Hukum Islam dalam hal subjektif pelaku tindak pidana perzinahan lebih luas bila dibandingkan dengan
KUHP. karena Hukum Islam tidak hanya membatasi pelaku perzinahan kepada orang yang masih terikat perkawinan saja, namun juga yang tidak terikat
perkawinan
C. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam penuntutan
1. Menurut KUHP;
Delik perzinahan dalam KUHP merupakan delik aduan absolut, artinya delik perzinahan itu hanya bisa dituntut dimuka umum jika ada pengaduan dari
suamiisteri yang bersangkutan.
210
Ada beberapa alasan pertimbangan kenapa para pembentuk Undang-Undang mensyaratkan adanya pengaduan bagi delik-delik
tertentu. Salah satunya Menurut Von Liszt Berner dan Von Swinderen, pentingnya lembaga pengaduan ini karena dipandang secara objektif pada
beberapa delik tertentu itu kerugian material dan ideal dari orang yang secara
210
Eman Sulaeman, Op.Cit, hal. 132-133
Universitas Sumatera Utara
langsung telah dirugikan harus lebih diutamakan daripada kerugian-kerugian lain pada umumnya.
211
Yang kemudian menganggap apabila pihak yang merasa dirugikan oleh para pelaku ternyata tidak mempunyai keinginan untuk mengajukan gugatan
perceraian atau gugatan perceraian dari meja makan dan tempat tidur, maka tidak terdapat suatu dasar yang kuat untuk memberikan wewenang kepada pihak
tersebut yakni untuk meminta kepada alat-alat negara agar terhadap pihak-pihak yang telah merugikan dirinya itu dilakukan penuntutan menurut hukum pidana.
212
Adapun alasan lain mengapa tindak pidana perzinahan dijadikan delik aduan absolut yakni;
1 Menurut Von Liszt Berner dan Von Swinderen pentingnya lembaga
pengaduan ini karena dipandang secara objektif pada beberapa delik tertentu itu kerugian material dan ideal dari orang yang secara langsung telah
dirugikan harus lebih diutamakan dari pada kerugian-kerugian lain pada umumnya.
213
2 Menurut Memorie Van Toelichting, berdasarkan pertimbangan bahwa ikut
campurnya penguasa didalam suatu kasus tertentu itu mungkin akan mendatangkan kerugian yang lebih besar bagi kepentingan-kepentingan orang
yang telah dirugikan.
214
211
Ibid, hal. 102
212
P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal 88
213
Eman Sulaeman, Op.Cit hal 102
214
Ibid, hal 103
Universitas Sumatera Utara
3 Menurut Jonkers bahwa dalam beberapa hal kepentingan orang yang
bersangkutan untuk tidak mengadakan tuntutan dalam suatu perkara lebih besar daripada kepentingan negara untuk menuntut perkara itu.
215
Dan salah satu alasan yang membuat pembentuk undang-undang telah menjadikan tindak pidana perzinaan sebagai tindak pidana yang membuat para
pelakunya hanya dapat dituntut jika ada pengaduan karena apabila pihak yang merasa dirugikan oleh para pelaku ternyata tidak mempunyai keinginan untuk
mengajukan gugatan perceraian atau gugatan perceraian dari meja makan dan tempat tidur, maka tidak terdapat suatu dasar yang kuat untuk memberikan
wewenang kepada pihak tersebut yakni untuk meminta kepada alat-alat negara agar terhadap pihak-pihak yang telah merugikan dirinya itu dilakukan penuntutan
menurut hukum pidana.
216
Bahkan adanya delik aduan ini tidak mengurangi berlakunya asas opportunitas, karena terhadap adanya pengaduan dari orang yang dirugikan pun
penuntut umum dalam hal-hal dan karena alasan-alasan tertentu memiliki hak untuk tidak melakukan penuntutan. Asas oportunitas adalah asashak yang
dimiliki oleh Penuntut Umum untuk mengesampingkan perkara, meskipun bukti- bukti telah cukup mengenai kesalahan terdakwa, apabila penuntut umum
berpendapat bahwa akan lebih banyak kerugian bagi kepentingan umum dengan menuntut terdakwa tersebut dari pada mengesampingkannya tidak menuntutnya.
Barangkali faktor-faktor keamanan, ketertiban dan kemanfaatan dalam suatu
215
Ibid
216
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal 88
Universitas Sumatera Utara
kasus tertentu dipertimbangkan lebih besar dari pada unsur keadilan sehingga dalam kasus tersebut adalah lebih mendekati tujuan hukum kalau penuntutannya
tidak dilakukan.
217
Pertanyaan yang kemudian muncul dengan memahami delik aduan absolut didalam tindak pidana perzinahan menurut KUHP ini yaitu bagaimana apabila
seorang pria atau wanita yang sudah menikah melakukan hubungan kelamin dengan lawan jenis yang bukan pasangan sah mereka, dan mereka mendapatkan
persetujuan atau dengan sepengetahuan pasangan suami atau isteri sah mereka? Sedangkan Tindak Pidana Perzinaan didalam pasal 284 mengharuskan terlebih
dahulu adanya pengaduan dari sisuami atau siisteri sipelaku zina. Hoge Raan dalam arrest-nya tanggal 16 Mei 1946, NJ 1946 No. 523 antara
lain telah memutuskan bahwa:
218
“Tidak termasuk dalam pengertian zina yakni mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, yang dilakukan dengan persetujuan suami dari pihak
ketiga tersebut. Perbuatan itu bukan merupakan perbuatan yang menodai kesetiaan dalam perkawinan. Dalam hal ini, suami tersebut merupakan
seorang germo, yang telah membuat isterinya menjadi seorang pelacur. Ia telah menyetujui cara hidup yang ditempu oleh isterin
ya tanpa syarat”.
Jadi dapat dikatakan bahwa KUHP sebenarnya memperbolehkan Perzinahan apabila disetujui oleh suami isteri dari sipelaku zina.
217
Eman Sulaeman, Op.Cit hal 104
218
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal 87
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut sebenarnya tidak bisa lepas keterkaitannya didalam keluarga hukum pidana eropa kontinental dan Belanda merupakan Negara yang
menganutnya. Penulis ukuran agama Religion Standart tidak suka disebut-sebut oleh pembentuk undang-undang di Kontinen Eropa. Ini dikarenakan masa lampau
yang melahirkan doktrin separation of state and church.
219
Ukuran agama, sebagaimana agama itu sendiri, adalah urusan pribadi dimana Negara tidak mau
campur tangan. Demikian pula halnya dengan standart moral kurang mendapat saluran dalam hukum pidana, karena pandangan hidup orang Eropa Barat yang
219
Awalnya Isu pemisahan antara agama dan negara, atau yang lebih dikenal di Barat dengan istilah the separation of church and state separasi negara dan gereja ini telah menjadi
kesepakatan bersama dalam ideologi-politik Barat, dan selanjutnya diterima dalam tatanan ideologi politik dunia yang pro Barat. Para penganut ideologi ini mengakui sendiri bahwa
kelahirannya berkaitan erat dengan sejarah konflik peradaban Barat dengan agama Nasrani. mereka kemudian menganggapnya paham ini wajib diterapkan oleh setiap negara modern.
Alasannya, asas pokok negara adalah kewarganegaraan, dan mayoritas negara-negara dunia bukanlah milik satu agama tertentu, dan bahkan sebagian warganya boleh jadi atheis. Jadi
komitmen negara pada agama tertentu esensinya dianggap sebagai penindasan bagi pemeluk agama lain. Paham ini mengatakan idealnya negara harus menganut paham sekularisme
memisahkan antara agama dan negara. Tidak komitmen pada satu agama tertentu, dan tidak pula memerangi agama tertentu. Setiap warga negara bebas memilih agama dan keyakinan yang ia
sukai, ia juga bebas menjalankan ritual ibadah apa pun. Selanjutnya Di abad terakhir muncul gerakan intelektual liberal yang menyatakan bahwa Injil bukanlah wahyu Allah, melainkan karya
tulis manusia biasa yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya di masa mereka hidup. Jadi, beberapa perkara yang tercantum dalam Injil, seperti dukungan terhadap penyimpangan seksual
zina bukanlah ajaran Kristen, tetapi nilai budaya masyarakat masa lalu. Pernyataan ini tidak hanya dilontarkan oleh para politikus dan penguasa, tetapi para tokoh agama dan intelektual
Kristen juga menyatakan hal yang sama. Bahkan kaum liberal pun mengakui bahwa sekularisme saat ini tidak lagi netral terhadap agama yang ada, malahan ia telah berubah menjadi sebuah agama
yang dibela oleh para pendukungnya, dan dijadikan senjata memerangi Kristen. Sumber Jafar AbuNaufalNotes,
MemisahkanNegaraDari Agama, http:lajafar.wordpress.com20130527 me
misahkan-negara-dari-agama
Universitas Sumatera Utara
Individualistik. Sepanjang tidak merugikan orang lain, campur tangan pihak lain, termasuk hukum pidana dianggap tidak patut.
220
Maka sangat wajar apabila nilai-nilai yang ada didalam KUHP adalah nilai-nilai individualistik barat yang berpandangan bahwa kepentingan orang-
orang yang bersangkutan untuk tidak mengadakan tuntutan adalah lebih besar ketimbang kepentingan negara. Dan nilai-nilai tersebut pun akhirnya dilanjutkan
didalam peradilan di Indonesia. Bahkan Mahkamah Agung didalam putusan tertanggal 19 Maret 1955 No. 52 KKr1953, menyatakan dengan tegas bahwa
tindak pidana perzinahan merupakan delik aduan absolut, adapun bunyinya sebagai berikut;
221
“Pasal 284 KUHP itu merupakan suatu “absolut klachtdelict”, sehingga pengaduan terhadap laki-laki yang melakukan perzinahan juga merupakan
pengaduan terhadap isteri yang berzina, sedang jaksa berwenang untuk atas azas oportunitas hanya mengadakan penuntutan terhadap salah
seorang dari mereka”
2. Menurut Hukum Islam
Mengenai pembuktian untuk Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam sendiri ada tiga macam, yaitu adanya saksi, pengakuan dan qarinah hamil.
Dan dapat dipahami dengan adanya pembuktian Adanya saksi, maka tindak
220
Eman Sulaeman, Op.Cit, hal.111-112
221
P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Op.Cit, hal. 122
Universitas Sumatera Utara
pidana perzinahan tersebut menjadi delik biasa yang artinya siapa saja dapat mengadukan perbuatan zina tersebut.
Dan saksi tersebut juga haruslah memenuhi syarat-syarat yaitu empat orang saksi laki-laki yang melihat perbuatan tersebut. Saksi-saksi tersebut harus
memenuhi persyaratan, yang menurut H.A.Djazuli terdiri atas baligh, berakal, hifdzun mampu mengingat, dapat bicara, bisa melihat, adil dan beraga islam.
Jadi siapa saja baik itu sisuami, siisteri maupun orang lain dapat mengadukan suatu perbuatan perzinahan yang ia saksikan langsung. penulis.
222
Karena didalam perpektif hukum islam, zina dianggap bukan hanya merugikan kepentingan-kepentingan individu orang yang melakukan perbuatan
zina tersebut saja, namun juga yang bersifat horizontal antara manusia dengan manusia lainnya masyarakat Dalam riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dan
riwayat ini shahih dengan salah satu lafadz, Rasulullah Sallallahu Alahi Wasallam bersabda :
“Tidaklah perzinahan tampak pada sebuah kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali penyakit-penyakit yang
belum pernah ada pada para pendahulu mereka yang telah lalu akan mewabah
pada mereka”.
223
Kemudian juga yang bersifat vertikal manusia dengan Tuhan. Dan selanjutnya hal tersebut juga berimbas kepada orang-orang yang ada disekitarnya.
222
Asadulloh Al Faruk, Op.Cit, hal 27-28
223
Hikmah Al-Quran Mutiara Hadits, Bencana Akibat Tersebarnya Zina, http:www.alsofwah.or.idcetakmujizat.php?id=161
Universitas Sumatera Utara
karena murka Allah S.W.T akan turun kepada kaum yang membiarkan perzinahan hingga mereka semua binasa. Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas r.a:
Rasulullah s.a.w. bersabda; “zina dan riba telah merebak disuatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan diri mereka ditimpa adzab Allah”.
224
Perbandingan;
KUHP yang mengklasifikasikan Tindak Pidana Perzinahan ini menjadi delik aduan absolut sangatlah tidak dapat dibenarkan. Karena secara tidak
langsung KUHP melegalkan pelacuran apabila si suami telah memberikan izin kepada isterinya untuk bersetubuh dengan lelaki lain melegalkan pelacuran.
Selain hal tersebut bagaimana apabila lelaki yang telah menikah melakukan zina dengan seorang wanita yang belum menikah, kemudian wanita tersebut hamil.
Dan ternyata isteri laki-laki tersebut tidak melakukan pengaduan? Menurut Barda Nawawi Arief, ia menyoroti secara panjang lebar terhadap
Tindak Pidana perzinahan dalam KUHP Khususnya dalam hal delik aduan dari perzinahan sebagai kebijakan yang tidak berorientasi pada pendekatan kebijakan
policy oriented approach. Secara singkat Barda menyatakan bahwa; delik aduan dalam Tindak Pidana perzinahan sebagai mana dilatar belakangi oleh pandangan
barat yang individualistic-liberalistik, sehingga wajar jika perzinahan hanya dipandang bersifat pribadi sangat privat.
225
224
Fadhel IIahi, Op.Cit, hal. 35-36
225
Eman Sulaeman, Op.Cit, hal. 111
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa juga diungkapkan Oleh Harkristuti Harkrisnowo menurutnya rumusan Tindak Pidana perzinahan dalam KUHP lebih mencerminkan nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat di Eropa Barat ketika itu dari pada nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
226
Oemar Seno Adji sejak lama mempermasalahkan sifat delik aduan absolut dari perzinahan. Dalam suatu masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai
agama dan kesusilaan moral, delik perzinahan dipandang sangat bertentangan dengan agama dan merupakan perbuatan yang melanggar janji hidmat dalam
suatu perkawinan.
227
Bahkan Seperti yang diungkapkan Leden Marpaung didalam bukunya yang berjudul Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya,bahwa;
Dibeberapa Negara selain belanda, misalnya inggris, Amerika Serikat, Perancis dan lain-lain, zina sebagai tindak pidana telah dihapus.
228
Dan di belanda sendiri yang merupakan salah satu kiblat hukum pidana Indonesia, Menurut J. M. Van
Bammelen, Tindak Pidana perzinahan sebagaimana dirumuskan dalam pasal 284 KUHP di Belanda dimuat dipasal 241 Sr telah dihapuskan berdasarkan Undang-
Undang yang dikeluarkan pada tanggal 6 Mei 1971, S.291. menurut J. M. Van Bammelen dan Remmelink, komisi pelapor diparlemen Belanda berpendapat
bahwa, jika “Kehormatan Kesusilaan” seseorang tidak dihina didepan umum, maka tidak ada
alasan bagi “pembuat Undang-Undang” untuk menilai perbuatan
226
Ibid
227
Ibid, hal. 133
228
Leden Marpaung, Kejahatan terhadap kesusilaan dan masalah prevensinya, Op. Cit, hal 43
Universitas Sumatera Utara
yang dikutuk itu sebagai “kejahatan”, jika ditinjau dari sudut kesusilaan.
229
Padahal sudah jelas kalimat diatas menyebutkan bahwa perbuatan zina tersebut merupakan perbuatan terkutuk. Namun kemudian dengan alasan yang irasional
menyebutkan kalau hanya Zina ditempat umum dan itupun apabila Zina tersebut dianggap hina, yang kemudian dianggap sebagai kejahatan. Dan apabila perbuatan
tersebut dilakukan tidak didepan umum atau sudah tidak dianggap lagi sebagai perbuatan hina, maka perbuatan tersebut diperbolehkan. Inilah salah satu cara
berpikir pemikiran paham liberal, yang tidak mempertimbangkan unsur Ketuhanan didalam pembentukan kebijakan.
Disini dapat dilihat pandangan yang berbeda mengenai siapa yang dirugikan atas suatu perbuatan perzinahan. KUHP menganggap bahwa yang
dirugikan hanya sebatas suami atau sisteri sipelaku perzinahan, karena memang pada awalnya tindak pidana perzinahan hanya sebagai perlindungan terhadap
suatu ikatan perkawinan, maka menjadi hak absolut bagi sisuami atau isteri yang dirugikan untuk melaporkan atau tidak hal tersebut.
Sedangkan Hukum Islam menganggap yang dirugikan bukan hanya sebatas suami atau isteri sipelaku perzinahan saja, namun juga orang-orang yang
ada disekitarnya. Karena pada realitanya perkawinan tersebut bukan hanya mengikat antara hubunganperjanjian suami dan isteri saja, tetapi juga terkait
dengan hubungan kekeluargaan dan kekerabatan kedua belah pihak. Proses perkawinan bukan semata-mata proses individual, tetapi juga proses
229
Neng Djubaedah, Op.Cit, hal 68-69
Universitas Sumatera Utara
kekeluargaan, kekerabatan dan bahkan lingkungan. Jadi tercemarnya kesucian lembaga perkawinan dengan perzinahan, sebenarnya juga menyangkut
kepentingan umum. Melihat uraian tersebut maka Hukum Islam memiliki alasan yang sangat
relevan apabila deginakan masyarakat Indonesia yang ber-KeTuhanan.
D. Dasar kepentingan hukum yang dilindungi