HIV AIDS Sistematika Penulisan

Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 ”. Adapun data tersebut sebagai berikut; 163

1. HIV

a. Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun 2006 7.195, tahun 2007 6.048, tahun 2008 10.362, tahun 2009 9.793, tahun 2010 21.591, tahun 2011 21.031, tahun 2012 21.511. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan September 2013 sebanyak 118.787. b. Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta 27.207, diikuti Jawa Timur 15.233, Papua 12.687, Jawa Barat 9.267 dan Bali 7.922.

2. AIDS

a. Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 4.987, tahun 2006 3.514, tahun 2007 4.425, tahun 2008 4.943, tahun 2009 5.483, tahun 2010 6.845 dan tahun 2011 7.004, dan tahun 2102 5.686. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan September 2013 sebanyak 45.650 orang. b. Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun 34,5, kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun 28,7, 40-49 tahun 10,6, 15-19 3,2, dan 50-59 tahun 3,2. 163 Laporan Terakhir Kemenkes, http:www.spiritia.or.idStatsStatCurr.php ?lang=id gg=1 diakses pada hari selasa 21 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara c. Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 55,7 dan perempuan 29,2. Sementara itu 15,1 tidak melaporkan jenis kelamin. d. Jumlah AIDS tertinggi adalah pada wiraswasta 5.430, diikuti ibu rumah tangga 5.353, tenaga non-profesionalkaryawan 4.847, buruh kasar 1.897, penjaja seks 1.771, petanipeternaknelayan 1.757, dan anak sekolahmahasiswa 1.123. e. Jumlah AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua 7.795, Jawa Timur 7.714, DKI Jakarta 6.299, Jawa Barat 4.131, Bali 3.798, Jawa Tengah 3.348, Kalimantan Barat 1.699, Sulawesi Selatan 1.660, Banten 957 dan Riau 951. f. Faktor risiko penularan terbanyak melalui heteroseksual 60,9, penasun 17,4, diikuti penularan melalui perinatal 2,7, dan homoseksual 2,8. Dari uraian data diatas sangat Jelas terlihat bahwa perilaku heteroseksual atau seks bebas kini menjadi penyebab dominan dalam penyebaran kelamin terutama HIVAIDS di Indonesia. Kondisi berbeda terlihat dalam lima tahun silam yang masih kebanyakan oleh pertukaran jarum suntik. Hal tersebut juga diungkap dalam laporan yang dikeluarkan Komisi Nasional Penanggulangan AIDS Nasional dalam simposium internasional mengenai AIDS yang diikuti peserta dari negara anggota ASEAN di Hotel Mason Pine, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Senin 21112011. Simposium tersebut dibuka oleh Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti. Dalam laporan tersebut terdapat data persentase kasus HIVAIDS Universitas Sumatera Utara di Indonesia dalam dua periode, yakni tahun 2006 dan 2011 dari metode transmisi penyakit, yaitu berganti jarum suntik, hubungan seks bebas, seks sesama jenis, diturunkan dari orangtua, transfusi darah, dan penyebab yang tidak diketahui. Hasilnya, pada tahun 2006, kecenderungan transmisi HIVAIDS ternyata didominasi oleh jarum suntik dengan 54,42 persen penyumbang kasus HIVAIDS yang terlaporkan, sementara seks bebas 38,5 persen. Kondisi tersebut berbalik 180 derajat pada lima tahun kemudian dengan persentase jarum suntik menurun jadi 16,3 persen, sementara seks bebas mencapai 76,3 persen. Artinya, mayoritas penularan HIVAIDS di Indonesia dilakukan melalui hubungan seks. 164 Melihat uraian-uraian diatas dapat memperlihatkan jika seks bebas zina di kalangan remaja seakan merupakan hal yang biasa. Dan pada saat ini tidak sedikit perempuan Indonesia yang mengalami kehamilan tak diinginkan akibat hal tersebut. Akibatnya, banyak wanita yang melakukan aborsi. Selain merupakan dosa besar. Hal tersebut juga dapat mengancam kesehatan sipelakunya. Di Prancis sendiri, menurut Prof. Bert, Direktur Jaringan Profesi Kedokteran, “pada masa antara dua Perang Dunia telah tampak persamaan antara jumlah aborsi dengan jumlah kelahiran anak”. Catherine Valabregue mengomentari pernyataan tersebut, “Usaha pemberantasan tidak mengalami perubahan yang diharapkan disemua kota Prancis, bahkan jumlah aborsi di Paris melebihi jumlah kelahiran anak. Kenyataan ini ironis dan menyakitkan karena 164 Kompas.com, Seks Bebas Kini Dominasi Penularan HIVAIDS, http:nasional.kom pa s.comread2011112115520126Seks.Bebas.Kini.Dominasi.Penularan.HIVAIDS, diakses pada hari Rabu 22 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara terjadi dinegara yang mayoritas beragama Katolik”. DR. Muhammad Ali al-Barr menukil dari buku mark, “… lebih dari 1000.000 kasus aborsi di Amerika setiap Tahunnya. 165 Menurut ahli demografi kesehatan masyarakat Prof. Dr. Muhadjir Darwin, MPA, Ketua Panitia The 6th Asia Pacific Conference on Reproductive and Sexual Health and Right 2011, saat konferensi pers di Grha Sabha Pramana, Yogyakarta, Rabu 19 oktober 2011. Ia mengatakan “Aborsi di Indonesia, lebih dari 1 juta bahkan ada yang mengatakan hingga 2 juta per tahun,. Menurut Prof Muhadjir, sebagian besar dari jumlah tersebut merupakan aborsi yang dilakukan oleh remaja. Dan sebagian besar lagi dilakukan secara tidak aman karena tidak ada pelayanan aborsi legal di Indonesia. 166 Adapun Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: 167 1 Kematian mendadak karena pendarahan hebat 2 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 3 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 165 Fadhel IIahi, Op.Cit hal 63 166 JakartaPress, Setahun Ada 1-2 Juta Kasus Aborsi di Indonesia , http:www.jakartapress .comdetailread5886setahun-ada-1-2-juta-kasus-aborsi-di-indonesia, diakses pada hari selasa 21 Januari 2014 167 AnehDidunia.com, Penjelasan Lengkap Bahaya Aborsi dan Foto Proses Aborsi, http :www.anehdidunia.com201204penjelasan-lengkap-bahaya-aborsi-dan.html, diakses pada hari rabu 22 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara 4 Rahim yang sobek Uterine Perforation 5 Kerusakan leher rahim Cervical Lacerations yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya 6 Kanker payudara karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita 7 Kanker indung telur Ovarian Cancer 8 Kanker leher rahim Cervical Cancer 9 Kanker hati Liver Cancer 10 Kelainan pada placentaari-ari Placenta Previa yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 11 Menjadi mandultidak mampu memiliki keturunan lagi Ectopic Pregnancy 12 Infeksi rongga panggul Pelvic Inflammatory Disease 13 Infeksi pada lapisan rahim Endometriosis Pada tahun 1964, John F Kennedy, menjelaskan, “Masa depan Amerika terancam, karena para remajanya sudah tenggelam dalam kebebasan seksual yang sulit untuk ditangani aparat. Dan bahwasanya tujuh dari remaja yang terdaftar dalam wajib militer enam dari mereka tidak layak. Libido seksual mereka telah merusak stamina dan kesehatan mereka”. Hal serupa juga dialami Rusia, sebagaimana diungkapkan oleh Chorchev pada tahun yang sama, bahwa masa depan Rusia terancam, sebab para remajanya telah berkhianat terhadap masa depan mereka sendiri, mereka tenggelam dalam nafsu birahi”. 168 168 Fadhel IIahi, Op.Cit, hal 50 Universitas Sumatera Utara Realitanya kata-kata yang dikeluarkan para pemimpin barat tersebut tidak dilanjutkan dengan aksi yang nyata. Bahkan saat ini bukan hanya Zina saja yang dilegalkan oleh negara- negara Barat, namun mereka juga me”Legal”kan yang namanya aborsi, dan ini bukanlah hal baru lagi di negara-negara liberal tersebut. Jepang, India, Korea Utara, Taiwan, Inggris, Hungaria, Australia, dan Zambia merupakan negara yang membolehkan warganya melakukan aborsi dengan alasan sosial dan kesehatan perempuan. Kuba, Puerto Riko, Mongolia, Cina, Amerika Utara, Vietnam, sebagian negara di Eropa, dan Tunisia melegalkan aborsi berdasarkan permintaan. Di Kanada legalisasi aborsi mulai bergema tahun 1960- an. Di Amerika Serikat, isu aborsi sudah muncul sejak 1820-an. Sebanyak 50 negara bagian pada 1965 melarang aborsi kecuali dengan alasan tertentu. Aborsi mulai dilegalkan pada 1973, awalnya oleh 17 negara bagian. Di Belanda, dokter terakhir di Belanda sebagai negara yang mewariskan KUHP Indonesia yang berlaku saat ini yang ditahan karena melakukan aborsi terjadi pada 1953. Parlemen Belanda memiliki undang-undang tentang pengaturan aborsi, misalnya aborsi diperbolehkan sampai usia kandungan 24 minggu, atau jika anak yang akan dilahirkan mengalami cacat parah. 169 Hal yang senada dengan para pemimpin Barat diatas juga pernah dikeluarkan oleh Pemimpin Bangsa ini. Pada Sambutan Presiden Republik Indonesia Bapak. Susilo Bambang Yudhoyono pada acara puncak “Hari AIDS 169 Penuntut,AborsidanKeruntuhanInstitusidiBarat,http;ismailgadang.blogspot.com20091 1aborsi-dan-keruntuhan-institusi-di.html diakses pada hari Rabu 22 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara Sedunia Tahun 2004” Pada hari Jum‟at 3 Desember 2004 di Istana Negara, beliau mengatakan; 170 “Saya berkeyakinan, nilai-nilai keagamaan yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat kita, serta adat-istiadat masyarakat kita yang agung, akan sangat bermakna dalam menanggulangi penyebaran virus yang sangat berbahaya ini. Ajaran agama dan adat istiadat yang hidup dalam masyarakat, sangat menghormati lembaga perkawinan. Hubungan seksual di luar nikah, apalagi hubungan seks bebas dan berganti-ganti pasangan adalah perbuatan yang dilarang oleh agama. Agama apapun melarang penggunaan narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya. Karena itu, saya mengajak marilah kita pertahankan nilai-nilai keagamaan dan adat-istiadat yang luhur dan agung itu, demi kebaikan dan kepentingan kita bersama.” Dan ternyata sampai saat ini penanganannya masih jauh dari harapan. Dan semoga saja yang dikatakan oleh bapak Presiden tersebut diatas bukan sekedar kata-kata yang lumpuh. Seperti kata-kata yang dikeluarkan dua pemimpin besar barat sebelumnya, yang kemudian bahkan dinegara-negara mereka bukan hanya zina yang sudah diperbolehkan, namun aborsi yang jelas-jelas membahayakan pun juga diperbolehkan. Karena pada realitanya seperti ada pembiaran dampak-dampak negatife dari Zina tersebut agar menjangkiti masyarakat. Kita dapat melihat kalau banyak tempat-tempat prostitusi yang berkembang ditengah masyarakat, khusunya diperkotaan. 170 Presiden Republik Indonesia , Susilo Bambang Yudhoyono, http:www.presidenri. go.idindex.phppidato2004120363.html, diakses pada hari rabu 22 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara Dan faktor yang paling utama adalah memang hubungan seks bagi orang yang tidak terikat perkawinan diperbolehkan atau di”Legal”kan oleh hukum positif di Indonesia pada saat ini. Jadi apakah kita akan membiarkan hal ini terus berkembang dan meningkat jumlahnya? 6. Mencegah Adzab Allah selanjutnya zina bukan hanya merugikan kepentingan yang bersifat horizontal manusia dengan manusia namun juga yang bersifat vertikal manusia dengan Tuhan. karena murka Allah S.W.T akan turun kepada kaum yang membiarkan perzinahan hingga mereka semua binasa. Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas r.a: Rasulullah s.a.w. bersabda; “zina dan riba telah merebak disuatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan diri mereka ditimpa adzab Allah”. 171 Maka dari itu dilarangnya perzinahan didalam Hukum Islam juga berguna menjauhkan manusia dari azab Allah SWT Tuhan Pencipta Alam. D. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perzinahan 1. Rukun Unsur umum Tindak Pidana Jarimah Setiap tindak pidana mempunyai unsur-unsur umum yang harus dipenuhi. Unsur-unsur ini ada tiga, yaitu sebagai berikut: 172 171 Fadhel IIahi, Op.Cit, hal. 35-36 172 Ahsin Sakho Muhammad, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam jilid 1 Jakarta: PT Kharisma Ilmu --, hal. 129 Universitas Sumatera Utara a. Harus ada nas yang melarang perbuatan tindak pidana dan mengancam hukuman terhadapnya. Inilah yang dalam istilah hukum konvensional dinamakan unsur formal b. Melakukan perbuatan yang membentuk tindak pidana, baik perbuatan maupun sikap tidak berbuat. Inilah yang dalam istilah hukum konvensional dinamakan unsur material. c. Pelaku harus orang yang mukallaf, artinya dia bertanggung jawab atas tindak pidananya. Inilah yang dalam istilah hukum konvensional dinamakan unsur moral. Unsur-unsur tersebut secara umum harus dipenuhi dalam setiap tindak pidana. akan tetapi, terpenuhinya unsur-unsur umum ini tidak bisa terlepas dari unsur-unsur khusus dalam batasan-batasan tertentu yang juga harus dipenuhi dalam setiap tindak pidana sehingga bisa diancamkan hukuman terhadapnya. 173 2. Rukun Unsur khusus Tindak Pidana Perzinahan Abdul Qadir Audah w. 1373 H 1945 M; ahli hukum pidana Islam Mesir mengemukakan bahwa rukun zina itu ada dua, yaitu hubungan seksual yang diharamkan, dan dilakukan secara sadar dan sengaja. Sebagai berikut; 174 a. Hubungan seksual yang diharamkan adalah memasukkan penis meskipun hanya sebagian kedalam vagina Iltiqa‟ Khitanain, baik hubungan itu 173 Ibid, hal. 129-130 174 I. Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve 2006, hal 2026-2027 Universitas Sumatera Utara menyebabkan sperma keluar atau tidak. Wanita yang disenggamai itu tidak mempunyai hubungan perkawinan dengan lelaki tersebut. b. Unsur kedua dari jarimah zina adalah adanya niat dari pelaku yang melawan hukum. Unsur ini terpenuhi apabila pelaku melakukan suatu perbuatan persetubuhan padahal ia tahu bahwa wanita yang disetubuhinya adalah wanita yang diharamkan padanya. 175 Juga kalau perempuan yang berzina menyerahkan dirinya dan tahu bahwa orang yang menyetubuhinya tidak halal baginya. 176 Dengan demikian apabila seseorang mengerjakan sesuatu perbuatan dengan sengaja, tetapi ia tidak tahu bahwa perbuatan yang dilakukannya haram maka ia tidak dikenai hukuman had. Contohnya seperti seseorang yang menikah dengan seorang wanita yang sebenarnya mempunyai suami tetapi ia rahasiakan kepadanya. Apabila terjadi persetubuhan setelah dilaksanakannya pernikahan tersebut maka suami tidak dikenai pertanggung jawaban tuntutan selama ia benar-benar tidak tahu bahwa wanita itu masih dalam ikatan perkawinan dengan suami yang terdahulu. 177 Tujuan niat melawan hukum disyaratkan harus satu waktu dengan melakukan perbuatan yang diharamkan. Jika seseorang bermaksud berzina dengan perempuan lain lalu secara kebetulan ia mendapati perempuan ditempat tidurnya dan ia menyetubuhinya dengan keyakinan bahwa perempuan tersebut adalah isterinya, ia tidak dianggap berzina. Alasannya tidak ada tujuan berbuat tindak pidana saat melakukan perbuatan tersebut. begitu juga jika ia bermaksud 175 Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, hal. 25 176 Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid IV, Op.Cit.hal. 173 177 Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, hal. 25 Universitas Sumatera Utara menyetubuhi perempuan bukan isteri dan budaknya, tetapi salah, justru menyetubuhi isterinya, ia tidak dianggap berzina meskipun ia berniat menyetubuhi perempuan tersebut. hal ini dikarenakan persetubuhan yang dilakukannya tidak diharamkan. 178 Jumhur ulama berpendapat bahwa orang yang terpaksa, baik laki-laki maupun perempuan, tidak dikenai hukuman perzinahan. 179 Ini sebagai mana Hadits Rasulullah SAW, yaitu; “Sesungguhnya Allah mengampuni umatku dari tiga perkara, kekeliruan, kelupaan, dan sesuatu yang dipaksakan mereka untuk melakukannya”. Imam Nawawi mengatakan, hadits ini adalah hasan. 180 Alasan tidak tahu hukum tidak sama dengan tidak melawan hukum. Pada prisnsipnya dinegeri islam alasan tidak tahu hukum tidak bisa diterima sebagai alasan untuk hapusnya pertanggung jawaban pidana. dengan demikian apabila seseorang melakukan zina dengan alasan tidak tahu bahwa zina itu diharamkan maka alasannya itu tidak bisa diterima. 181 Namun para fukaha membuat pengecualian dengan tidak tahu hukum bagi orang yang tidak mudah baginya untuk mengetahui hukum, misalnya; 182 a. Orang yang baru masuk islam dan tidak tumbuh dinegara islam, sehingga mungkin ia tidak tahu kalau berzina itu haram 178 Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid IV, Op.Cit. hal. 174 179 Abdul Azis Dahlan jilid 6, Op.Cit, hal. 2027 180 Wahbah Az-Zuhaili, Op. Cit. hal 304 181 Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, hal. 26 182 Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid IV, Op.Cit, hal.174 Universitas Sumatera Utara b. Juga orang gila yang sembuh, lalu ia berbuat zina sebelum ia tahu keharamannya. 2. Syarat-syarat perbuatan zina ialah; a. Pelaku adalah orang yang baligh dan berakal perzinahan itu adalah seseorang yang telah cakap bertindak hukum, yang ditandai dengan telah baligh dan berakal. 183 Apabila pelakunya adalah anak kecil yang belum baligh, ia tidak dapat dijatuhi hukuman hadd, ia tidak dapat dijatuhi hukuman had berdasarkan kesepakatan ulama. 184 Apabila pelaku adalah orang gila, ia tidak dapat dijatuhi hukuman hadd berdasarkan kesepakatan ulama. Apabila ada orang yang berakal berzina dengan perempuan gila atau sebaliknya, lelaki yang gila berzina dengan perempuan berakal sehat, maka yang dijatuhi hukuman had adalah orang yang berakal dari keduanya. 185 b. Persetubuhan dalam Farji : Persetubuhan yang diharamkan dan dianggap zina adalah wati persetubuhan didalam farji vagina, dimana zakar penis didalam farji seperti batang celak didalam botol celak atau seperti timba didalam sumur. Persetubuhan dianggap zina, minimal dengan terbenamnya hasyafah pucuk zakar pada farji atau yang sejenis hasyafah, jika zakarnya tidak mempunyai hasyafah, menurut pendapat yang kuat, zakar tidak disyaratkan ereksi mengeluarkan mani. Memasukkan pucuk zakar atau sebagiannya dianggap zina walaupun zakar masuk 183 Ibid 184 Wahbah Az-Zuhaili, Op. Cit. hal .312 185 Ibid Universitas Sumatera Utara kedalam liang vagina tanpa menyentuh dindingnya. Meskipun tidak mengeluarkan sperma, memasukkan pucuk zakar tetap dianggap zina. Meskipun ada pelapis antara penis dan vagina, selama pelapisnya tipis dan tidak menghalangi rasa dan kenikmatan, persetubuhan tetap dianggap zina. 186 Setiap persetubuhan yang sejenis dengan persetubuhan ini adalah zina, sedangkan hukumannya adalah hudud selama tidak ada hambatan yang mengalami. 187 Dan kaidah untuk menentukan persetubuhan sebagai zinah adalah persetubuhan yang terjadi bukan pada milik sendiri dari ikatan perkawinan 188 c. Persetubuhan pada dubur Liwath : Imam Malik, asy- Syafi‟I, Ahmad bin hanbal berpendapat bahwa persetubuhan yang diharamkan, baik dalam kubul maupun dubur, pada laki-laki maupun perempuan, hukumnya sama. Pendapat ini juga disepakati oleh Muhammad dan Abu Yusuf, murid Imam Abu Hanifah. Alasan mereka menyamakan persetubuhan dubur dan zina dalam suatu makna sehingga wajibnya hukuman hudud adalah adanya persetubuhan yang diharamkan. Ia termasuk zina, terutama Al- Qur‟an telah menyamakan keduanya. Allah S.W.T Berfirman kepada kaum Nabi Luth, 189 “…Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji homoseksual…” QS. Al-Ankabut ; 28 186 Ahsin Sakho Muhammad, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam jilid 4 Jakarta: PT Kharisma Ilmu --, hal. 154 187 Ibid 188 Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, hal. 8 189 Ahsin Sakho Muhammad Jilid IV, Op.Cit. 155-156 Universitas Sumatera Utara “Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesame lelaki bukan kepada perempuan…” QS. Al-A‟raf: 81 ”Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji diantara perempuan- perempuan kamu…” QS. An-Nisa: 15 “dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji diantara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya …” QS. An-Nisa:16 d. Tidak memiliki hakekat kepemilikan Kriteria ini mengecualikan persetubuhan yang dilakukan oleh seseorang terhadap budak perempuan miliknya berdasarkan milkul yamiin budak perempuan yang didapatkan dalam peperangan dengan orang kafir. Pendapat yang shahih menurut ulama syafi‟iyah adalah, jika ada seseorang sebut saja si A memiliki seorang budak perempuan yang statusnya adalah masih kerabat mahramnya sendiri, lalu si A menyetubuhinya, maka tidak ada hukuman hadd baginya, karena disini si A menyetubuhi budak perempuan yang menjadi miliknya, sehingga ia tidak berhak mendapatkan hukuman hadd, sama seperti menyetubuhi budak perempuan yang sedang menstruasi. Begitu juga menyetubuhi budak perempuan yang menjadi milik bersama antara dirinya dengan seseorang yang lain, ia juga tidak berhak mendapatkan hukuman hadd. 190 e. Persetubuhan pada manusia Kriteria ini mengecualika persetubuhan kepada binatang. Sebab persetubuhan semacam ini sangat langkah terjadi dan tidak disenangi oleh tabiat 190 Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, hal. 306 Universitas Sumatera Utara dan kejiwaan yang normal. 191 Imam malik dan Abu Hanifah berpendapat bahwa menyetubuhi binatang tidak dianggap sebagai zina, tetapi tetap merupakan perbuatan maksiat yang dikenai hukum ta‟zir. 192 f. Dilakukan kepada Manusia yang bernyawa hidup Menurut Imam Abu Hanifah dan salah satu pendapat dari mazhab Syafi‟I dan Hanbali, bahwa perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai zina yang dikenakan hukuman had. Dengan demikian pelaku hanya dikenai hukuman ta‟zir. Alasannya adalah bahwa persetubuhan dengan mayat dapat dianggap seperti tidak terjadi persetubuhan, karena organ tubuh mayat sudah tidak berfungsi dan menurut kebiasaannya hal itu tidak menimbulkan syahwat. 193 Menurut Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili bahwa ia menganggap kriteria ini mengecualikan persetubuhan yang dilakukan dengan mayat, karena persetubuhan semacam ini juga sangat langkah terjadi dan tidak akan dilakukan oleh orang yang memiliki tabiat normal. 194 g. Perbuatan itu terhindar dari segala bentuk keraguan syubhat. Ulama fikih membagi hubungan seksual yang berbentuk syubhat itu menjadi tiga bentuk, yakni; 195 1 Syubhat Fi al-fi‟l keraguan dalam perbuatan, seperti seorang laki-laki menyanggami isterinya yang diceraikan melalui khuluk. 191 Ibid, hal 304 192 Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, hal. 16 193 Ibid, hal. 15 194 Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, hal.304 195 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam jilid 6 Jakarta: PT Ichtiar Baru van hoeven 1996, hal. 2027 Universitas Sumatera Utara 2 Syubhat fi al-mahal keraguan pada tempat yang disebut juga dengan syubhat al-milk, seperti menyanggami isteri yang telah ditalak tiga kali dengan lafal kinayah kata kiasan. 3 Syubhat fi al-fai‟l keraguan pada pihak pelaku, seperti laki-laki yang menyanggami seorang wanita bukan isterinya yang berada dikamar tidurnya dengan keadaan gelap. Didalam ketiga bentuk syubhat ini, hubungan seksual tersebut tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan zina yang dikenai hukuman perzinahan. h. Pelaku mengetahui bahwa perbuatan zina tersebut diharamkan. 196 i. Di daarul ad‟l, maksudnya di daarul islam kawasan negara islam. Sebab waliyyul amri penguasa negara islam tidak mempunyai kewenangan atas daarul harb negeri musuh dan daarul baghyi kawasan yang dikuasai pemberontak. 197 Dan menyinggug mengenai alat bukti dan pembuktian Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam, bahwa alat bukti dan pembuktian sendiri ada tiga macam, yaitu sebagai berikut; 198 1 Adanya saksi, yaitu empat orang saksi laki-laki yang melihat perbuatan tersebut. Saksi-saksi tersebut harus memenuhi persyaratan, yang menurut H.A.Djazuli terdiri atas baligh, berakal, hifdzun mampu mengingat, dapat bicara, bisa melihat, adil dan beraga islam. Jadi siapa saja baik itu sisuami, 196 Ibid 2028 197 Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, hal. 305 198 Rahmat Hakim, Op.Cit, hal 77 Universitas Sumatera Utara siisteri maupun orang lain dapat mengadukan suatu perbuatan perzinahan yang ia saksikan langsung. penulis 2 Pengakuan, sebagian ulama mensyaratkan pengucapan pengakuan sebanyak empat kali karena dinisbatkan pada banyaknya saksi empat saksi bagi jarimah ini, pendapat ini dimotori oleh imam Ahmad dan Abu Hanifah. Sebaliknya menurut Imam syafi‟I dan Imam Malik, pengakuan tidak harus diucapkan selama empat kali, cukup satu kali saja. pengakuan itu merupakan berita dan berita tidak memerlukan pengakuan. 3 Qarinah Hamil, seorang wanita bisa dijatuhi hukuman had zina manakala terlihat kehamilan diperutnya, sedangkan ia belum atau tidak sedang berada dalam ikatan pernikahan, dan ia tidak bisa mendatangkan bukti yang bisa menghapuskan had darinya. Apabila wanita tersebut mampu menghadirkan alasan yang dapat menghapus had zina, maka had tidak akan dijatuhkan kepadanya. Alasan-alasan tersebut bisa berupa ia hamil karena perkosaan atau dipaksa dengan ancaman, atau ia digauli karena salah sasaran, atau ia tidak mengetahui keharaman zina. 199 199 Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Ghalia Indonesia, 2009, hal 27-28 Universitas Sumatera Utara BAB IV PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

A. Sumber Hukum