memperhatikan nilai-nilai kesusilaan yang hidup didalam masyarakat.
56
Dalam perkembangan penyusunan konsep KU
HP, tidak lagi dibedakan antara “kejahatan kesusilaan” dan “pelanggaran kesusilaan”. Konsep hanya mengelompokkan dalam
satu bab dengan judul “Tindak Pidana terhadap Pelanggaran Melanggar
Kesusilaan”.
57
Oleh karena itu Maka dapat dikatakan seseorang dianggap melanggar kesusilaan apabila perbuatan tersebut melanggar rasa malu seksual dan dianggap
menodai nilai-nilai kesusilaan yang hidup didalam masyarakat, serta nilai-nilai kesusilaan tersebut berdasarkan nilai-nilai agama yang hidup didalam masyarakat
tersebut. Adapun Ketentuan Tindak pidana kesusilaan berkaitan dengan seks yang
diatur didalam KUHP dapat dikelompokkan menjadi: a.
Bentuk kejahatan diatur dalam pasal 281-289 KUHP
b. Bentuk pelanggaran diatur dalam pasal 532-535 KUHP Mengungkap atau
mempertunjukkan sesuatu yang bersifat porno. F.
Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi tulisan karya ilmiah yang memenuhi kriteria, dibutuhkan data-data yang relevan dari skripsi ini. Dalam
56
Nyoman Serikat Putra Jaya, Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti 2008, hal. 25
57
Barda Nawawi Arief, Op.Cit, hal. 254
Universitas Sumatera Utara
upaya pengumpulan data yang diperlukan, menerapkan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Sifat penelitian dibagi menjadi tiga yakni:
58
a. Penelitian eksploratoris explorative research atau penjelajahan adalah
suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui.
b. Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu c.
Penelitian eksplanatoris Penelitian eksplanatoris merupakan suatu penelitian untuk menerangkan, memperkuat atau menguji dan bahkan menolak suatu
teori atau hipotesa-hipotesa serta terhadap hasil-hasil penelitian yang ada.
Dan sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat.
59
Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu.
58
Sejathi, Tipologi Penelitian Hukum, http:id.shvoong.comlaw-and-politics contem porary-theory2109107-tipologi-penelitian-hukum
59
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Jakarta: PT.Rieneka Citra, 1999, hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
Dikenal ada dua jenis penelitian hukum, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris sosiologis. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan Ronny Hanitijo Soemitro, bahwa:
60
a. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doctrinal, yaitu penelitian
hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
b. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian
hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari masyarakat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Hukum Normatif yang disebut juga dengan Penelitian Hukum Doktrinal. Jenis penelitian yang dilakukan
dan dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder.
61
Seperti yang diungkapkan oleh Peter Mahmud Marzuki bahwa tujuan penelitian hukum normatif, yakni;
“…suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum
yang dihadapi. … Penelitian hukum normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai presripsi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi…”
62
60
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris Yogyakarta: Pustaka Pelajar Cetakan 1 2010, hal. 154
61
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004, hal. 23
62
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Op.Cit, hal 34
Universitas Sumatera Utara
Adapun karakteristik penelitian hukum normatif yakni:
63
a. Sebagai sumber datanya hanyalah data sekunder kepustakaan, yang terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier; b.
Penyusunan kerangka teoritis yang bersifat tentatif skema dapat ditinggalkan tetapi penyusunan kerangka konseptual mutlak perlu;
c. Tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada hanya hipotesis kerja;
d. Konsekuensi dari hanya menggunakan data sekunder, maka penelitian hukum
normatif tidak diperlukan sampling, karena data sekunder sebagai sumber utamanya memiliki bobot dan kualitas tersendiri yang tidak bisa diganti
dengan data jenis lainnya. 2.
Sumber Data Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yang diperlukan. Hal
tersebut diperlukan karena penelitian hukum itu ada yang merupakan penelitian hukum normatif dan ada penelitian hukum empiris. Jenis data yang pertama
disebut sebagai data sekunder dan jenis data yang kedua disebut dengan data primer.
64
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder atau data kepustakaan atau dikenal dengan bahan hukum dalam
penelitian hukum seperti ada kesepakatan yang tidak tertulis dari para ahli peneliti hukum, bahwa hukum itu berupa berbagai literatur yang dikelompokkan.
65
Data sekunder diperoleh dengan cara menelurusuri bahan-bahan yang berkaitan dengan
63
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit, hal.118-120.
64
Ibid, hal. 156
65
Ibid, hal. 157
Universitas Sumatera Utara
masalah Tindak Pidana Perzinahan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam Ilmu Fiqih serta
mengacu kepada politik hukum pidana dalam Tindak Pidana Perzinahan yaitu :
66
Penelitian Hukum Doktrinal umumnya menerima bahwa data dasar yang diperlukan adalah data yang hanya mengenal data sekunder
67
yang terdiri atas 1 bahan hukum primer, 2 bahan hukum sekunder, 3 serta bahan hukum tersier.
68
a. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang mengikat
69
dan bersifat autoritatif yakni mempunyai otoritas.
70
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Undang-Undang Nomor 1 tahun 1960 tentang
perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana RKUHP Tahun 2012
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks
textbooks yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh de herseende leer,
71
semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen- dokumen resmi, termasuk skripsi, tesis, dan jurnal-jurnal,
72
makalah, majalah dan lain-lain.
66
Tampil Anshari Siregar, Metodologi penelitian Hukum, Medan: Pustaka Bangsa Press 2005, hal. 76
67
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 163.
68
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang: UMM Press, 2009, hal. 127.
69
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, hal. 13.
70
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian …., op. cit., hal. 141. Dalam buku tersebut
dikatakannya pula bahwa bahan hukum primer yang utama bagi penganut civil law system adalah perundang-undangan, di samping putusan pengadilan. Hal ini karena putusan pengadilan
dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bentuk konkretiasasi dari perundang-undangan. Putusan pengadilan inilah yang sebenarnya merupakan law in action.
71
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2005, hal. 241-242.
72
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian , Op. Cit., hal. 155.
Universitas Sumatera Utara
c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
73
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, pada dasarnya mencakup
74
: 1
Bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama bahan acuan
bidang hukum atau rujukan bidang hukum. Contohnya: abstrak perundang-undangan,
bibliografi hukum,
direktori pengadilan,
ensiklopedia hukum, indeks majalah hukum, kamus hukum dan seterusnya; dan
2 Bahan-bahan hukum primer, sekunder dan penunjang tersier di luar
bidang hukum bahan non hukum
75
, misalnya, yang berasal dari bidang sosiologi, ekonomi, ilmu politik, filsafat dan sebagainya, yang oleh para
peneliti hukum dipergunakan untuk melengkapi ataupun menunjang data penelitiannya.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data.
76
Penelitian ini menggunakan Penelitian Hukum Normatif, oleh karena itu Teknik Pengumpulan
73
Johnny Ibrahim, loc. cit.
74
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. Cit., hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
Data yang digunakan adalah Studi Kepustakaan Library Researsh yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai macam literatur yang berkaitan, kemudian
berdiskusi dan mendengarkan masukan yang diberikan oleh ahli dalam bidang pembahasan skripsi ini, serta banyak melakukan penelusuran melalui media
internet. Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang dipergunakan dalam
penelitian hukum normatif. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Secara
singkat studi kepustakaan membantu peneliti dalam berbagai keperluan, misalnya:
77
a. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan
berkaitan dengan permasalahan. b.
Mendapat metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan.
c. Sebagai sumber data sekunder.
d. Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya.
e. Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat
digunakan. f.
Memperkaya ide-ide baru. g.
Mengetahui siapa saja peneliti lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasilnya.
77
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, hal. 112-113.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan landasan dalam menganalisa data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
validitasnya terjamin. Sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang relevan dari pokok bahasan. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah studi dokumen terkait dengan topik penulisan. 4.
Metode pendekatan penelitian
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu yang sedang dicoba untuk mencari jawabannya. Pendekatan- pendekatan yang digunakan didalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-
undang statute approach, pendekatan kasus case approach, pendekatan historis historical approach dan pendekatan konseptual conceptual approach.
78
Pendekatan Perundang-undangan Statute Approach dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang sedang ditangani.
79
Hal ini bertujuan untuk mencari ratio legis dan dasar ontologis lahirnya undang-undang, yakni mengenai substansi yang berkaitan
dengan Tindak Pidana Perzinahan. Selain statue approach, metode historis juga dilakukan untuk menelusuri secara singkat sejarah KUHP dalam tindak pidana
perzinahan. Pendekatan Historis historical approach dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan
mengenai isu yang dihadapi dengan tujuan untuk mengungkap dasar filosofis atau
78
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Jakarta: Kencana 2008, hal. 93
79
Ibid hal. 93.
Universitas Sumatera Utara
pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang dipelajari.
80
Selanjutnya Pendekatan
Komparatif comparative
approach, dilakukan
dengan membandingkan Tindak Pidana Perzinahan menurut KUHP dengan Tindak
Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam, dan manakah yang lebih relevan dengan Filosofis negara Indonesia.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
81
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif secara kualitatif
82
dengan beberapa langkah. Pertama, menginventarisir dan mengidentifikasikan bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier yang relevan. Kedua, melakukan sistematisasi keseluruhan bahan hukum, asas-asas hukum, teori-teori, konsep-konsep, dan bahan rujukan lainnya dengan
cara melakukan seleksi bahan hukum kemudian melakukan klasifikasi bahan hukum dan menyusun data hasil penelitian secara sistematis yang dilakukan
secara logis dengan menghubungkan dan mengaitkan antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum lainnya.
83
Ketiga, analisis bahan hukum yang telah dikumpulkan dilakukan menurut cara-cara analisis dan penafsiran gramatikal serta
sistematis dimana interpretasi dilakukan dengan menafsirkan undang-undang sebagai
bagian dari
keseluruhan sistem
perundang-undangan dengan
80
Ibid., hal. 94
81
Masri Singarimbun dan Sofian Efensi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008, hal. 263.
82
Yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma hukum yang ada di dalam masyarakat.
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cetakan 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 105.
83
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal. 160.
Universitas Sumatera Utara
menghubungkannya dengan undang-undang lain secara logis dan sistematis.
84
Keempat, hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Kelima, penarikan kesimpulan dilakukan secara deduktif yaitu pemikiran dimulai dari hal
yang umum kepada hal yang khusus.
85
G. Sistematika Penulisan
Sistematika skripsi ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
PENGATURAN TINDAK
PIDANA PERZINAHAN
MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA, berisi tentang history KUHP, menganalisis Tindak Pidana Perzinahan menurut pasal 284 KUHP
dan menjelaskan unsur-unsur Tindak Pidana menurut KUHP . BAB
III PENGATURAN
TINDAK PIDANA
PERZINAHAN MENURUT HUKUM ISLAM, berisi tentang uraian hukum pidana islam,
menjelaskan Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam, alas an Tindak Pidana Perzinahan dilarang didalam islam baik dr perspektif social, kesehatan dan
waris. Kemudian menjelaskan Tindak Pidana Perzinahan didalam hokum islam diatur secara khusus Pidana Hudud Hadd
84
Hadin Muhjad dan Nunuk Nuswardani, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Genta Publishing, 2012, hal. 163.
85
Syamsul Arifin, Falsafah Hukum, Medan: Uniba Press, 2011, hal. 57.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERBANDINGAN TINDAK PIDANA MENURUT KUHP DAN HUKUM ISLAM, berisi tentang alas anzina dilarang didalam hukum
normatif dan hukum islam, zina didalam pengaturan zina baik itu didalam KUHP maupun Hukum Islam, dan unsur-unsur Tindak Pidana Perzinahan menurut
KUHP dan Hukum Islam. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang kesimpulan dari
keseluruhan isi karya tulis dan memberikan saran sebagai langkah untuk mengatasi permasalahan yang ada didalamnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGATURAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA KUHP
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang dewasa ini masih berlaku, merupakan produk warisan penjajahan Belanda di Indonesia. Bahkan
dapat dikatakan bahwa KUHP Indonesia itu sebenarnya sama sekali berasal dari KUHP Kerajaan Belanda yang diberlakukan Indonesia dengan beberapa
penyesuaian disana-sini, kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia secara tidak resmi oleh para ahli hukum di Indonesia. Menurut Soedarto, teks
resmi KUHP itu sendiri hingga kini secara formil masih dalam bahasa Belanda. Hal ini terjadi karena awal pertumbuhan hukum Indonesia modern, sangat banyak
ditentukan oleh kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia, Jadi pengaruh Belanda sangat besar dalam hukum Indonesia.
86
Dan sebenarnya pada awalnya pemberlakuan peraturan-peraturan hukum warisan Pemerintah Kolonial Belanda
tersebut dimaksudkan untuk mengisi kekosongan hukum rehts vacuum. Hal ini disebabkan untuk mewujudkan sistem hukum nasional yang sesuai dengan jiwa
dan kepribadian bangsa Indonesia adalah sangat dibutuhkan pembicaraan yang tidak mudah dan waktu yang sangat panjang.
87
Melihat uraian tersebut, maka jelas menunjukkan bahwa KUHP yang berasal dari zaman Hindia Belanda
seharusnya tidak bertahan lebih lama lagi karena awalnya hanya bertujuan untuk
86
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, hal 23-24
87
Roni Wijayanto, Op.Cit , hal 39
Universitas Sumatera Utara
mengisi kekosongan hukum pada masa kemerdekaan dan seharusnya sudah diganti dengan KUHP baru yang sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan dan
kebudayaan bangsa Indonesia. A.
Pengertian zina Tindak Pidana Perzinahan yang diatur didalam pasal 284 KUHP, adapun
bunyinya sebagai berikut;
88
1 “Dihukum Penjara selama-lamanya Sembilan bulan :
1e. a Laki-laki yang beristeri, berbuat Zina, sedang diketahuinya pasal 27 KUHPerdata sipil berlaku padanya:
b Perempuan yang bersuami berbuat Zina: 2e. a Laki-laki yang melakukan perbuatan tersebut, sedang diketahuinya
bahwa kawannya itu bersuami: b Perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan
itu, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami. 2 Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suamiistri yang
tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena
alasan itu juga. 3 Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
88
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Serta Komentar- Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politea Cetakan Kedelapan 1985, hal
. 208
Universitas Sumatera Utara
4 Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.
5 Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. Menurut Prof. Simons, untuk adanya suatu perzinaan menurut pengertian
Pasal 284 ayat 1 KUHP, diperlukan adanya suatu vleeselijk gemenschap atau diperlukan adanya suatu hubungan alat kelamin yang selesai dilakukan antara dua
orang dari jenis kelamin yang berbeda.
89
Menurut R. soesilo yang dimaksud dengan zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau
laki-laki yang bukan isteri atau suaminya. Supaya masuk pasal ini, maka persetubuhan itu harus dilakukan dengan suka sama suka, tidak boleh ada paksaan
dari salah satu pihak. Dan yang dimaksud dengan persetubuhan adalah peraduan antara kemaluan laki-laki dan perempuan yang bisa dijalankan untuk
mendapatkan anak. Anggota kelamin laki-laki harus masuk kedalam anggota kelamin perempuan, sehingga mengeluarkan maaf air mani, sesuai dengan
Arrest Hooge Raad, tanggal 5 februari 1912 W. 9292.
90
Menurut Sugandhi pengertian umum zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan atas dasar suka sama suka yang belum
89
P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan, Jakarta : Sinar Grafika 2009, hal 79
90
Ibid, hal 209
Universitas Sumatera Utara
terikat perkawinan. Tetapi menurut pasal ini, zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau
laki-laki yang bukan isteri atau sumainya. Supaya dapat dituntut menurut pasal ini, persetubuhan itu harus dilakukan atas dasar suka sama suka, dan tidak boleh
ada paksaan dari pihak manapun. Dan menurut Hukum, baru dapat dikatakan “Persetubuhan”, apabila anggota kelamin pria telah masuk kedalam anggota
kemaluan wanita demikian rupa sehingga akhirnya mengeluarkan mani
91
B. Tujuan Tindak Pidana Perzinahan diatur didalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Dari sejarah orang dapat mengetahui adanya dua pandangan yang berbeda
tentang apa sebabnya perzinahan perlu dipandang sebagai suatu perbuatan yang terlarang dan diancam dengan pidana.
Dahulunya didalam hukum romawi, hanya wanita sajalah yang dapat dipersalahkan telah melakukan perzinaan, yakni isteri yang dengan melakukan
hubungan kelamin dengan orang laki-laki yang bukan suaminya, telah dipandang sebagai suatu perbuatan merugikan hak seorang suami untuk menuntut kesetiaan
dari isterinya dalam perkawinan. kemudian perlakuan didepan hukum yang tidak seimbang antara wanita dan pria telah diikuti oleh para pembentuk code penal
Prancis, yakni seperti yang masih dapat dijumpai didalam ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 336 sampai dengan pasal 339 Code Penal.
92
91
R Sugandhi, KUHP dan penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional 1980, hal 300
92
P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal. 80
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan hukum romawi yang memandang wanita mempunyai kedudukan yang rendah didepan hukum dibandingkan dengan pria, hukum Gereja
Katolik telah menempatkan kedudukan wanita sederajat dengan kedudukan pria didepan hukum, hingga kemudian perzinaan telah dipandang sebagai suatu dosa
yang dapat dilakukan baik oleh pria maupun oleh wanita, dan bagi Gereja telah dipandang sebagai suatu inbreuk op de heilige band van het huwelijk atau sebagai
suatu penodaan terhadap ikatan suci dari suatu perkawinan.
93
Inilah awal mula Perzinaan dianggap hanya sebagai Penodaan terhadap ikatan suci perkawinan.
Yang kemudian diikuti oleh para pembentuk undang-undang di Negeri Belanda. Dan kemudian menganggap pelaku perzinahan tersebut haruslah orang yang
sedang terikat didalam perikatan perkawinan yang sah. Kemudian yang disebut perzinaan oleh pembentuk undang-undang telah
dikaitkan dengan adanya suatu hubungan yang sifatnya tetap dan berlangsung dalam tenggang waktu yang relatif lama antara seorang pria yang telah menikah
dan seorang wanita yang bukan isterinya atau antara seorang wanita yang telah menikah dengan seorang pria yang bukan suaminya, atau dengan kata lain telah
dihubungkan dengan semacam bigami, yang dilakukan baik oleh seorang pria maupun oleh seorang wanita yang masih terikat dalam suatu perkawinan dengan
isterinya atau dengan suaminya.
94
93
Ibid, hal. 80-81
94
P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal. 82
Universitas Sumatera Utara
Tentang apa sebabnya bigamy itu telah dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, berkatalah Prof. Van Bemmelen dan Prof. van Hantum
antara lain, bahwa:
95
“De voornamste redden, waarom bigamie wordt straftbaar gesteld is dezeflde als bij overspel, n.I. om de exclusiviteit van de sexuale
verbintenis, welke bij ons en in alle andere monogame landen haar uitdrukking viendt in het huwelijk te bach baschermen.”
Artinya: “Alasan yang terutama dari dinyatakannya bigamy itu sebagai perbuatan
yang terlarang adalah sama dengan alasan dilarangnya perzinaan, yakni berkenaan dengan sifatnya yang khusus dari perikatan seksual, maka
dinegara kita dan dinegara-negara monogam lainnya telah dimaksud untuk memberikan perlindungan bagi perkawinan-perkawinan
”
Hal tersebut sebenarnya tidak bisa lepas keterkaitannya didalam keluarga hukum pidana eropa kontinental dan Belanda merupakan Negara yang
menganutnya. Penulis ukuran agama Religion Standart tidak suka disebut-sebut oleh pembentuk undang-undang di Kontinen Eropa. Ini dikarenakan masa lampau
yang melahirkan doktrin separation of state and church. Ukuran agama, sebagaimana agama itu sendiri, adalah urusan pribadi dimana Negara tidak mau
campur tangan. Demikian pula halnya dengan standart moral kurang mendapat saluran dalam hukum pidana, karena pandangan hidup orang Eropa Barat yang
95
. P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal.83
Universitas Sumatera Utara
Individualistik. Sepanjang tidak merugikan orang lain, campur tangan pihak lain, termasuk hukum pidana dianggap tidak patut.
96
Awalnya Isu pemisahan antara agama dan negara, atau yang lebih dikenal di Barat dengan istilah the separation of church and state separasi negara dan
gereja ini telah menjadi kesepakatan bersama dalam ideologi-politik Barat, dan selanjutnya diterima dalam tatanan ideologi politik dunia yang pro Barat. Para
penganut ideologi ini mengakui sendiri bahwa kelahirannya berkaitan erat dengan sejarah konflik peradaban Barat dengan agama Nasrani. mereka kemudian
menganggapnya paham ini wajib diterapkan oleh setiap negara modern. Alasannya, asas pokok negara adalah kewarganegaraan, dan mayoritas negara-
negara dunia bukanlah milik satu agama tertentu, dan bahkan sebagian warganya boleh jadi atheis. Jadi komitmen negara pada agama tertentu esensinya dianggap
sebagai penindasan bagi pemeluk agama lain. Paham ini mengatakan idealnya negara harus menganut paham sekularisme memisahkan antara agama dan
negara. Tidak komitmen pada satu agama tertentu, dan tidak pula memerangi agama tertentu. Setiap warga negara bebas memilih agama dan keyakinan yang ia
sukai, ia juga bebas menjalankan ritual ibadah apa pun. Selanjutnya Di abad terakhir muncul gerakan intelektual liberal yang menyatakan bahwa Injil bukanlah
wahyu Allah, melainkan karya tulis manusia biasa yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya di masa mereka hidup. Jadi, beberapa perkara yang tercantum
dalam Injil, seperti dukungan terhadap penyimpangan seksual zina bukanlah ajaran Kristen, tetapi nilai budaya masyarakat masa lalu. Pernyataan ini tidak
96
Eman Sulaeman, Op.Cit, hal 111-112
Universitas Sumatera Utara
hanya dilontarkan oleh para politikus dan penguasa, tetapi para tokoh agama dan intelektual Kristen juga menyatakan hal yang sama. Bahkan kaum liberal pun
mengakui bahwa sekularisme saat ini tidak lagi netral terhadap agama yang ada, bahkan ia telah berubah menjadi sebuah agama yang dibela oleh para
pendukungnya, dan dijadikan senjata memerangi Kristen.
97
Dan nilai-nilai tersebut pun akhirnya berkembang, lalu kemudian dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia dengan menganggap perzinahan hanya dilakukan oleh orang yang terikat perkawinan demi untuk menjaga perkawinan seperti maksud yang
ditujukan oleh pasal 284 KUHP. Dinegeri Belanda misalnya, jika pada mulanya KUHP Belanda mengenal
pasal-pasal yang sebanding dengan 284 overspel dan pasal 292 perbuatan homoseks terhadap orang yang belum dewasa maka pasal-pasal tersebut telah
dihapus.
98
Menurut J. M. Van Bammelen, di Belanda, Tindak Pidana perzinahan sebagaimana dirumuskan dalam pasal 284 KUHP di Belanda dimuat dipasal 241
Sr telah dihapuskan berdasarkan Undang-Undang yang dikeluarkan pada tanggal 6 Mei 1971, S.291. menurut J. M. Van Bammelen dan Remmelink, komisi
pelapor diparlemen Belanda berpendapat bahwa, jika “Kehormatan Kesusilaan” seseorang tidak dihina didepan umum
, maka tidak ada alasan bagi “pembuat
97
Jafar Abu Naufal Notes, Memisahkan Negara Dari Agama, http:lajafar. Wordpress
.com20130527memisahkan-negara-dari-agama , diakses pada hari selasa 11 februari 2014
98
Eman Sulaeman, Op.Cit, hal. 112
Universitas Sumatera Utara
Undang-Und ang” untuk menilai perbuatan yang dikutuk itu sebagai “kejahatan”,
jika ditinjau dari sudut kesusilaan.
99
Hal serupa juga dianut oleh keluarga hukum pidana Common law, seperti Inggris, Amerika Serikat, Canada, Australia, Selandia baru, dan lain-lain. Di
Inggris, penghormatan terhadap kebebasan individu membuat konsekuensi negara tidak banyak campur tangan terhadap masalah-masalah yang dianggap merupakan
masalah pribadi yang tidak merugikan orang lain. Moralitas masyarakat sosial moriality belaka atau ukuran agama belaka, tanpa adanya suatu akibat
yang merugikan orang lain bukanlah dasar untuk mengkualifikasikan suatu perbuatan sebagai tindak pidana.
100
Pandangan tersebut secara jelas dalam Report of the Committee on Homosexual Offence and Prostitution 1957, yaitu laporan dari suatu komite
Wolfenden Committee yang bertugas memberikan rekomendasi mengenai masalah homoseksual dan pelacuran. Menurut Wolfenden Committee, fungsi
hukum pidana adalah untuk memelihara ketertiban publik, untuk melindungi warga dari apa yang merupakan serangan atau tindakan yang merugikan dan
untuk memberikan penjagaan yang cukup melawan pemerasan dan kebusukan orang lain, khususnya kepada mereka yang memiliki posisikondisi yang lemah,
karena usia dibawah umur, fisik dan mental yang lemah, memiliki ketergantungan ekonomi dan jabatan tertentu.
101
99
Neng Djubaedah, Op.Cit, hal 68-69
100
Eman Sulaeman, Op.Cit, hal. 113
101
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Leden Marpaung didalam bukunya yang berjudul Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya,bahwa;
102
“Dibeberapa Negara selain belanda, misalnya inggris, Amerika Serikat, Perancis dan lain-lain, zina sebagai tindak pidana telah dihapus.
Penghapusan zina sebagai tindak pidana jika diamati perkembangan pemikiran dunia, memang suatu hal yang logis, dengan alasan-alasan, antara
lain sebagai berikut; 1
Perbuatan zina merupakan perbuatan tercela tetapi jika tujuannya untuk melindungi perkawinan yang sah sehingga diberi sanksi pidana, maka hal
tersebut tidak dapat dipertahankan karena rumusan hukum mewajibkan mereka untuk bercerai. Kalau toh, akan bercerai, akan sia-sia memberi pidana
pada yang bersangkutan 2
Penegakan terhadap “hak asasi manusia” yang telah berpengaruh luas, sehingga kesamaan hak untuk menikmati seks, dianggap milik setiap manusia
yang telah dewasa. Kesamaan antara pria dengan wanita, kesamaan antara suami dengan isteri. Suami isteri hidup berdampingan, sejajar tanpa ada yang
merasa lebih tinggi atau lebih berkuasa. 3
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka seks telah dianggap sebagai suatu kebuutuhan need orang dewasa. Menyadari akan hal ini,
pasukantentara yang sedang berperang telah dibagikan kondom, narapidana yang sedang menjalani hukuman telah diberi kesempatan untuk itu.
102
Ibid hal 43
Universitas Sumatera Utara
Maka dari itu menurut Harkristuti Harkrisnowo bahwa delik perzinahan dalam KUHP lebih mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di
Eropa Barat ketika itu dari pada nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
103
Maka dapat diambil pemahaman dari uraian diatas dan seperti yang diungkapkan Prof. van Bemmelen dan Prof. van Hattum, larangan untuk
melakukan bigamy dan perzinahan adalah untuk melindungi perkawinan, juga telah dimaksud untuk menjamin adanya kepastian tentang asal-usul seseorang.
104
Dari pandangan tersebut dapat dipahami bahwa Tindak Pidana Perzinahan menurut KUHP hanya bertujuan untuk 2 hal, yakni;
1 Melindungi Perkawinan
Seperti yang dikatakan Prof. Van Bemmelen dan Prof. van Hantum sebelumnya bahwa;
105
“Alasan yang terutama dari dinyatakannya bigamy itu sebagai perbuatan yang terlarang adalah sama dengan alasan dilarangnya perzinaan, yakni
berkenaan dengan sifatnya yang khusus dari perikatan seksual, maka dinegara kita dan dinegara-negara monogami lainnya telah dimaksud untuk
memberikan perlindungan bagi perkawinan-perkawinan ”.
103
Eman Sulaeman, MH., Delik Perzinahan dalam pembaharuan hukum pidana di Indonesia, Semarang : Walisongo Press 2008 hal 111
104
P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal. 83
105
. Ibid, hal.83
Universitas Sumatera Utara
1. Menjamin adanya kepastian tentang asal-usul seseorang
Prof. van Bammelen dan Prof. van Hattum mengatakan jika perzinahan tidak dilarang, banyak terjadi banyak kelahiran anak yang asal usulnya tidak jelas.
Karena masalah kelahiran seorang anak itu tidak dapat dilepaskan dari selesainya suatu proses pembuahan sel telur seorang wanita oleh sperma seorang pria,
sedangkan untuk selesainya proses pembuahan seperti itu sebenarnya tidak diperlukan adanya suatu tenggang waktu yang lama.
106
C. Pengaturan Tindak Pidana Perzinahan didalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Tindak Pidana Perzinahan didalam KUHP diatur didalam Bab II mengenai
Kejahatan khususnya didalam pasal 284 KUHP, adapun bunyinya sebagai berikut;
107
1 “Dihukum Penjara selama-lamanya Sembilan bulan :
1e. a Laki-laki yang beristeri, berbuat Zina, sedang diketahuinya pasal 27 KUHPerdata sipil berlaku padanya:
b Perempuan yang bersuami berbuat Zina: 2e. a Laki-laki yang melakukan perbuatan tersebut, sedang diketahuinya
bahwa kawannya itu bersuami: b Perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan
itu, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami.
106
Ibid, hal. 84
107
R. Soesilo, Op.Cit, hal
. 208
Universitas Sumatera Utara
2 Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suamiistri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu
tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga.
3 Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75. 4 Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang
pengadilan belum dimulai. 5 Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
Dari bunyi pasal tersebut, maka unsur-unsur Tindak Pidana Perzinahan antara lain, yakni;
Dapat dilihat unsur mengenai Tindak Pidana perzinahan yang dirumuskan pada ayat 1 diatas sudah mencakup 4 empat larangan, yakni;
1. Seorang laki-laki yang sudah kawin melakukan zina, padahal pasal 27 BW
berlaku baginya; 2.
Seorang perempuan yang sudah kawin melakukan zina, padahal pasal 27 BW berlaku baginya;
3. Seorang laki-laki turut berzina dengan seorang perempuan yang diketahuinya
telah kawin;
Universitas Sumatera Utara
4. Seorang perempuan yang turut berzina dengan seorang laki-laki yang
diketahuinya bahwa pasal 27 BW berlaku baginya. Jadi dapat dikatakan bahwa laki-laki atau perempuan yang melakukan zina
harus memenuhi 3 syarat esensial, yakni: 1.
Melakukan persetubuhan dengan perempuan dan laki-laki yang bukan merupakan isteri dan suaminya;
2. Baginya berlaku pasal 27 BW;
3. Dirinya sedang terikat perkawinan
Dan apabila pada laki-laki atau perempuan yang melakukan zina itu tidak berlaku pasal 27 BW, sedangkan perempuan atau laki-laki yang menjadi
kawannya melakukan zina itu tunduk pada pasal 27 BW, dan diketahuinya bahwa laki-laki atau perempuan yang berzina itu tunduk pada BW, kualitasnya bukanlah
melakukan kejahatan zina, akan tetapi “turut serta” melakukan zina, yang dibebani tanggung jawab yang sama dengan si pembuat zina itu sendiri. Turut
serta melakukan zina ini, dilihat dari pasal 55 ayat 1 KUHP adalah sebagai pembuat peserta mede pleger.
108
Pada saat itu pembentuk undang-undang mengadakan diskriminasi antara orang yang tunduk pada BW orang-orang Eropa dan orang Cina dengan orang-
orang lainnya terutama penduduk asli Indonesia, yang pada umumnya orang- orang beragama Islam yang tidak tunduk pada asas monogami. Oleh karena itu,
penduduk asli Indonesia atau lainnya yang beragama Islam, tidak dapat dipidana
108
Adami Chazawi, Op.Cit, hal. 57
Universitas Sumatera Utara
melakukan zina, tetapi hanya dapat dipidana karena turut serta melakukan zina dalam hal kawannya bersetubuh itu telah bersuami dan Pasal 27 BW berlaku
baginya. Kedudukan kejahatan zina seperti diterangkan di atas telah diberikan isi tafsiran yang lain oleh Mahkamah Agung melalui Surat Edaran Mahkamah Agung
No. 8 Tahun 1980 tanggal 31 Desember 1980, yang pada dasarnya berisi hal-hal sebagai berikut;
109
a. Seorang suami yang tidak tunduk pada Pasal 27 BW yang tidak ada izin
beristri lebih dan seorang menurut Pasal 3, jo 4, dan 5 UU No. 1 Tahun 1974 berlaku pula asas monogami seperti yang terdapat pada Pasal 27 BW;
b. Pasal 284 ayat 1 huruf a KUHP berlaku pula terhadap para suami yang tidak
tunduk pada Pasal 27 BW dan tidak ada izin dan Pengadilan Agama untuk benistni lebih dan seorang, yang melakukan perzinaan sesudah berlakunya
Undang-Undang Pokok Perkawinan; Maka dengan kata lain Seseorang dapat
dikatakan “turut serta” didalam Tindak Pidana perzinahan ini, memerlukan 4 syarat, yakni:
1. Melakukan persetubuhan tersebut dengan perempuan atau laki-laki yang
bukan suami atau bukan isterinya. Orang ini tidak harus sudah menikah 2.
Dia tidak tunduk pada pasal 27 BW 3.
Rekannya yang melakukan persetubuhan dengannya tunduk pada pasal 27 BW
109
Budiyanto, zina, http:budi399.wordpress.com20091022zina, diakses pada hari Sabtu 5 April 2014
Universitas Sumatera Utara
4. Dia mengetahui bahwa temannya yang melakukan persetubuhan dengannya
tersebut tunduk pada pasal 27 BW Unsur kesalahan atau kesengajaan Sementara itu, apabila baik laki-lakinya maupun perempuannya tidak
tunduk pada pasal 27 BW, kedua-duanya, baik laki-lakinya maupun perempuannya tidaklah melakukan kejahatan zina, dengan demikian juga tidak
ada yang berkualitas sebagai pembuat pesertanya. Begitu juga apabila baik laki- lakinya maupun perempuannya tidak sedang terikat perkawinan artinya sedang
tidak beristeri atau bersuami walaupun dirinya tunduk pada pasal 27 BW, maka kedua-duanya laki-laki atau perempuannya yang bersetubuh itu tidak melakukan
zina maupun turut serta melakukan zina. Pasal 27 BW adalah mengenai asas
monogamy, dimana dalam waktu yang bersamaan seseorang laki-laki hanya boleh dengan satu isteri, dan seorang perempuan hanya boleh dengan satu suami.
110
Kemudian KUHP mengkategorikan Pasal 284 KUHP perzinahan tersebut sebagai delik aduan absolut yang mengharuskan perbuatan tersebut
hanya dapat dikatakan sebag ai “kejahatan” apabila ada pengaduan dari yang
dirugikan. Karena perzinahan hanya dianggap ”sebagai suatu penodaan terhadap ikatan suci dari suatu perkawinan
” maka cakupan yang dirugikan menurut KUHP yaitu hanya mencakup suami atau isteri dari orang yang melakukan perzinahan
tersebut. Bahkan apabila perbuatan zina tersebut disetujui oleh suami isteri dari
sipelaku zina, maka perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai s uatu “kejahatan”.
110
Ibid, hal. 58
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung KUHP sendiri melegalkan adanya kegiatan pelacuran. Hal ini sebagaimana dapat dilihat di Hoge
Raan dalam arrest-nya tanggal 16 Mei 1946, NJ 1946 No. 523 antara lain telah memutuskan bahwa:
111
“Tidak termasuk dalam pengertian zina yakni mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, yang dilakukan dengan persetujuan suami dari pihak
ketiga tersebut. Perbuatan itu bukan merupakan perbuatan yang menodai kesetiaan dalam perkawinan. Dalam hal ini, suami tersebut merupakan
seorang germo, yang telah membuat isterinya menjadi seorang pelacur. Ia telah menyetujui cara hidup yang ditempu oleh isterinya tanpa syarat”.
Selanjutnya mengenai pasal 72, 73 KUHP menentukan kemungkinan dalam hal-hal tertentu maka keluarga korbanwali dapat melakukan pengaduan
untuk mewakili si korban. Pasal ini tidak berlaku terhadap ketentuan pasal 284, karena Tindak Pidana perzinahan didalam KUHP menentukan sifat delik yang
absolut dimana hanya suami atau istrinya saja yang berhak melakukan pengaduan. Kemudian pasal 75 KUHP menentukan batas waktu penarikan pengaduan selama
tiga bulan sejakdilakukannya pengaduan, pasal ini pun tidak berlaku terhadap ketentuan pasal 284, karena pasal 284 memberikan pengaturan tersendiri bahwa
pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang belum dimulai Pasal 284 ayat 4 KUHP.
112
111
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal 87
112
Eman Sulaeman, Op.Cit, hal 101
Universitas Sumatera Utara
Dan yang dimaksud dengan persetubuhan atau persetubuhan, hoge raad dalam pertimbangan hukum suatu arrestnya 5-2-1912 menyatakan bahwa
“persetubuhan adalah perpaduan antara alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan yang biasanya dilakukan untuk memperoleh anak, dimana alat
kelamin laki-laki masuk kedalam alat kelamin perempuan yang kemudian mengeluarkan mani”. Sampai kini pengertian bersetubuh seperti itu tetap
dipertahankan dalam praktik hukum. Apabila alat penis tidak sampai masuk kedalam vagina walaupun telah mengeluarkan air mani, atau masuk tetapi tidak
sampai keluar sperma, menurut pengertian bersetubuh seperti itu, maka belumlah terjadi persetubuhan. Namun telah terjadi percobaan persetubuhan, dan menurut
ketentuan pasal 53 telah dapat dipidana karena telah masuk percobaan berzina.
113
D. Tindak Pidana Perzinahan didalam Yurisprudensi
1. Hoge Raan dalam arrest-nya tanggal 16 Mei 1946, NJ 1946 No. 523 antara
lain telah memutuskan bahwa:
114
“Tidak termasuk dalam pengertian zina yakni mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, yang dilakukan dengan persetujuan suami dari pihak
ketiga tersebut. Perbuatan itu bukan merupakan perbuatan yang menodai kesetiaan dalam perkawinan. Dalam hal ini, suami tersebut merupakan
seorang germo, yang telah membuat isterinya menjadi seorang pelacur. Ia telah menyetujui cara hidup yang ditempu oleh isterinya tanpa syarat”.
113
Ibid, hal 59
114
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal 87
Universitas Sumatera Utara
Putusan ini memperlihatkan nilai-nilai yang bertentangan dengan masyarakat Indonesia yang BerKeTuhan, selain secara tidak langsung melegalkan
prostitusi, putusan ini juga memiliki kelemahan yaitu bagaimana apabila wanita yang dizinahi ternyata hamil akibat perbuatan zinah tersebut, dan ternyata isteri
dari laki-laki yang menghamili wanita tersebut tidak melakukan pengaduan? 2.
Hoge Raan dalam arrest-nya tanggal 24 oktober 1933, 379, W, 12557, yakni;
115
“Kejahatan ini hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan. Hal mana bukan disebabkan karena ada hubungan pribadi antara suami dengan para pelaku
melainkan karena adanya sifat yang khusus mengenai kejahatan ini. Setiap orang yang tersangkut didalamnya dalam bentuk “pemberian bantuan”
ataupun orang yang telah menggerakkan mereka sehingga kejahatan tersebut dapat ter
jadi, hanya dapat dituntut karena ada pengaduan” 3.
M.A 19 Maret 1955 No. 52 KKr1953, yakni;
116
“Pasal 284 KUHP itu merupakan suatu “absolut klachtdelict”, sehingga pengaduan terhadap laki-laki yang melakukan perzinahan juga merupakan
pengaduan terhadap isteri yang berzina, sedang jaksa berwenang untuk atas azas oportunitas hanya mengadakan penuntutan terhadap salah seorang dari
mereka” Dengan dinyatakan sebagai delik aduan absolut, seolah-olah memberi
peluang dan memberikan dasar pembenaranlegitimasi kepada seseorang
115
P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia Bandung: Sinar Baru 1976, hal. 122
116
Ibid
Universitas Sumatera Utara
terutama suami untuk merasa bebas melakukan perzinahan. Jadi kebijakan menetapkan delik perzinahan sebagai delik aduan absolut dapat menjadi “faktor
kriminogen”, yaitu memberi peluang untuk seseorang melakukan perzinahan. Terutama dalam kondisi masyarakat Indonesia dimana yang sebagian besar
kedudukan isteri lebih lemah daripada suami suami yang memberikan nafkah. 4.
MA 19 Maret 1953 No. 52 KKr1953, yakni;
117
Suatu pengaduan perihal kejahatan perzinahan overspel, yang oleh suami hanya dimajukan terhadap silelaki yang melakukan perzinahan itu. Tidaklah
mungkin berhubung dengan sifat yang tidak dapat dipisahkan onsplitsbaarheid dari pengaduan itu pendapat Jaksa Agung. Pengaduan semacam ini berarti
pengaduan juga terhadap isteri yang melakukan perzinahan, tetapi Penuntut Umum leluasa untuk tidak menuntut siisteri itu berdasarkan asas opportunitet
pendapat Mahkamah Agung. Dalam hal asas opportuniteit ini juga menjadikan suatu peran penuntut
umum yang berlebihan didalam lanjut atau tidak diprosesnya pelaku Tindak Pidana Perzinahan, karena dia diberikan kewenangan untuk itu
5. MA 19 November 1977 No. 93 KKr1976, yakni;
118
“Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus perbuatan yang menurut hukum adat dianggap sebagai perbuatan pidana yang
mempunyai perbandingan dalam KUHP. Delik adat Zina merupakan
117
Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP dilengkapi yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad Jakarta: RajaGrafindo Persada 2003, hal. 171
118
Ibid
Universitas Sumatera Utara
perbuatan terlarang mengenai hubungan kelamin antara pria dan wanita, terlepas dari tempat umum atau tidak perbuatan tersebut dilakukan seperti
diisyaratkan oleh pasal 281 KUHP, ataupun terlepas dari persyaratan apakah salah satu pihak itu kawin atau tidak seperti dimaksudkan oleh pasal 284
KUHP”
Sebenarnya melihat putusan tersebut diatas dapat terlihat bahwa Mahkamah Agung telah sedemikian jauh menafsirkan pengertian zina, disini
Mahkamah Agung memperluas makna zina yang tidak terbatas pada makna menurut KUHP saja, akan tetapi juga makna zina menurut Hukum Adat. Ini
tentunya memberikan indikasi apabila Mahkamah Agung juga dapat melihat bahwa bunyi pasal yang terdapat didalam KUHP memiliki nilai-nilai yang sangat
asing dan bertentangan dengan masyarakat Indonesia. E.
Tindak Pidana Perzinahan didalam Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana RUU KUHP
Didalam RUU Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tahun 2012, Tindak Pidana Perzinaan diatur didalam pasal 483,
dibagian keempat Bab XVI mengenai Tindak Pidana Kesusilaan Buku Kedua. Adapun bunyi pasalnya sebagai berikut;
119
F. Pasal 483
1 Dipidana karena zina, dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun:
119
Lihat RUU KUHP Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
a. laki-laki yang berada dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan yang bukan istrinya;
b. perempuan yang berada dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan laki-laki yang bukan suaminya;
c. laki-laki yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan, padahal diketahui bahwa perempuan tersebut berada
dalam ikatan perkawinan; d. perempuan yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan
dengan laki-laki, padahal diketahui bahwa laki-laki tersebut berada dalam ikatan perkawinan; atau
e. laki-laki dan perempuan yang masing-masing tidak terikat dalam perkawinan yang sah melakukan persetubuhan.
2 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan suami, istri, atau pihak ketiga yang tercemar.
3 Terhadap pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku ketentuan Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 28.
4 Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan di sidang pengadilan belum dimulai.
Penjelasan pasal 483 ini didalam rancangan penjelasannya mengatur mengenai tindak pidana permukahan, dengan tidak membedakan antara mereka
yang telah kawin dan yang belum kawin. Begitu pula tidak dibedakan antara laki-
Universitas Sumatera Utara
laki dan perempuan dalam melakukan tindak pidana tersebut.
120
Sama halnya dengan pasal 284 yang menjadikan perzinaan menjadi delik aduan, pasal 483 ayat
2 RUU KUHP ini pun mengkategorikan perzinaan menjadi delik aduan, namun lebih memperluas pihak yang dapat mengadukan perbuatan zina tersebut dengan
memasukkan Pihak ketiga yang tercemar”.
Maka dapat dipahami dengan melihat bunyi pasal 483 RUU KUHP Tahun 2012 tersebut, bahwa sebenarnya para pembuat kebijakan menganggap bunyi
pasal yang mengatur mengenai perzinaan yang berlaku saat ini pasal 284 KUHP sudah tidak relevan dengan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat Indonesia.
120
Lihat Rancangan Penjelasan RUU KUHP Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PENGATURAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN MENURUT HUKUM ISLAM
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Zina Didalam Hukum Islam diatur didalam al-jinayat atau disebut juga hukum Pidana Islam, yang
mana pengaturannya didalam Hukum Islam khusus masuk kedalam kategori jarimah hudud. Karena hukumannya telah ditetapkan baik bentuk maupun
jumlahnya oleh syara‟. Ia menjadi hak Allah Tuhan Semesta Alam. Dan hakim tidak mempunyai kewenangan untuk mempertinggi atau memperendah hukuman
bila pelaku telah terbukti melakukan zina tersebut. Secara bahasa, hudud adalah bentuk jamak dari had, artinya larangan.
Biasa juga digunakan sebagai kata yang bermakna “pembatas antara dua hal”, atau “yang membedakan sesuatu dari selainnya”.
121
Sedangkan hukuman- hukuman yang dilaksanakan disebut had, karena berfungsi untuk mencegah agar
perbuatan yang salah itu tidak terulang lagi. Had juga diartikan dengan ukuran- ukuran. Ketentuan hukum-hukum tersebut bersumber dari syariat Islam. Dan had
juga dinisbatkan kepada pelaku maksiat.
122
Dan Hukuman-hukuman itu disebut
121
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 5, Jakarta: Pustaka at-Tazkia 2008, hal. 3
122
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash- Shan‟ani, Subulus Salam Jilid 3, Jakarta: Darus
Sunnah Press 2008, hal. 312
Universitas Sumatera Utara
hudud hukuman hadd, karena hukuman-hukuman tersebut bisa mencegah seseorang jatuh kedalam tindak kejahatan atau perbuatan dosa.
123
A. Pengertian Zina
Didalam Hukum Islam zina dikategorikan sebagai suatu perbuatan keji dan kotor, hal ini sebagai mana yang terdapat didalam Firman Allah SWT
“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk,” QS. Al-Isra: 32 “Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang
tampak ataupun yang bersembunyi” QS. Al-Maidah:33
Adapun definisi zina menurut 5 Mazhab yakni;
124
1. Menurut Ulama Malikiyah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan
mukallaf yang menyetubuhi farji anak Adam yang bukan miliknya secara sepakat tanpa ada syubhat dan disengaja.
2. Menurut Ulama Hanafiyah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan
lelaki yang menyetubuhi perempuan didalam kubul tanpa ada milik dan menyerupai milik.
3. Menurut Ulama Syafi‟iyah mendefinisikan bahwa zina adalah memasukkan
zakar kedalam farji yang haram tanpa ada syubhat dan secara naluri mengundang syahwat.
123
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7, Jakarta : Gema Insani dan Darul Fikir 2007, hal 257
124
Ahsin Sakho Muhammad dkk, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jakarta: Kharisma Ilmu - , hal 153-154
Universitas Sumatera Utara
4. Menurut Ulama Hanabilah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan keji
pada kubul atau dubur dan 5.
Ulama Zahiriyah mendefinisikan bahwa zina adalah menyetubuhi orang yang tidak halal dilihat, padahal ia tahu hukum keharamannya, atau persetubuhan
yang diharamkan. Dan didalam Hukum Islam dibedakan antara pelaku zina yang belum
menikah perjaka atau perawan Ghairu Muhshan dan pelaku zina yang sudah berada didalam status menikah atau pernah menikah Muhshan.
Hukum Islam meringankan hukuman bagi lajang dan memberatkan hukuman bagi muhsan. Hukum Islam menghukum lajang dengan dera dan
diasingkan, sedangkan muhsan didera dan dirajam. Makna rajam disini adalah hukuman mati dengan cara dilempari batu dan yang sejenisnya.
125
B. Dasar Hukum Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam
Dasar hukum Tindak Pidana Perzinahan didalam Al- Qur‟an dan Hadits;
“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,” QS. Al-Isra: 32
Dalam ayat ini Allah SWT menyipati zina dengan kata “keji” tanpa ada batasan sebelum atau sesudah diturunkannya larangan. Abu Bakar al-Jashash
mengomentari, “pada ayat ini terdapat dalil, bahwa zina adalah kotor menurut akal
125
Ibid, hal. 181
Universitas Sumatera Utara
sebelum turunnya larangan tersebut, karena Allah SWT menyipatinya dengan “keji” tanpa membatasi setelah atau sebelum larangan ini turun.
126
Dan Ib nu Qayyim menjelaskan, “Firman Allah SWT yang berbunyi;
“Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak ataupun yang bersembunyi” QS. Al-Maidah:33
Ia mengatakan bahwa ini menjadi dalil bahwa inti dari perbuatan zina adalah keji dan tidak bisa diterima oleh akal. Dan hukuman zina dikaitkan dengan
sifat kekejiannya itu.
127
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as- sa‟di juga berkomentar, “Allah SWT
telah mengkategorikan zina sebagai perbuatan keji dan kotor. Artinya zina dianggap keji menurut
syara‟, akal dan fitrah karena merupakan pelanggaran terhadap hak Allah, hak isteri, hak keluarganya atau suaminya, merusak kesucian
pernikahan, mengacaukan garis keturunan, dan melanggar tatanan lainnya.
128
“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya,” QS, Al-Baqarah: 229
Dan juga dinisbatkan kepada perbuatan yang telah ditentukan hukumnya berdasarkan firman Allah,
126
Fadhel IIahi, Zina Problematika Solusinya,Jakarta: Qisthi Press 2005, hal. 29
127
Ibid
128
Ibid
Universitas Sumatera Utara
“ Dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” QS. Ath-
Thalaq:1 Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit r.a, ia mengatakan, Rasulullah
SAW bersabda: “Laksanakanlah hukuman-hukuman Allah baik terhadap kerabat maupun
orang lain, dan janganlah kalian meenghiraukan celaan orang lain dalam menjalankan perint
ah Allah”. Ibnu Majah; 2540 hadits hasan
Dengan kata lain, hukuman tersebut bentuk dan ukurannya telah ditentukan dan ditetapkan oleh agama berdasarkan nash-nash yang Sharih jelas,
eksplisit. Laki-laki maupun perempuan yang telah menikah akan kehilangan hak
hidup karena berzina. Diriwayatkan oleh muslim, dari Abdullah bin Mas‟ud ra, Rasulullah SAW Bersabda;
“Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada Ilahi selain Allah dan aku adalah utusan Allah kecuali karena salah satu dari tiga
perkara berikut: Orang yang sudah menikah berzina, membunuh orang lain, meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jama‟ah”
129
129
Fadhel IIahi, Op.Cit. hal. 37
Universitas Sumatera Utara
Keduanya dirajam dengan batu hingga merasakan sakit disekujur tubuhnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah r.a, Rasulullah SAW
Bersabda; “Anak adalah didasarkan pada tempat tidur dinasabkan kepada bapaknya
yang sah dan pezina dirajam dengan batu”.
130
Jika keduanya belum menikah, maka cukup dicambuk 100 kali. Allah SWT Berfirman;
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap- tiap seorang dari keduanya seratus kali deraan, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat” QS. An-Nur: 2
Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit ra, ia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda;
“Ambillah dariku. Ambillah dariku. Allah telah menetapkan ketentuan bagi mereka: perjaka yang berzina dengan perawan hukumannya dicambuk
seratus kali dan dibuang selama setahun, dan laki-laki yang sudah menikah yang berzina dengan perempuan yang sudah menikah hukumannya
adalah dicambuk seratus kali dan dirajam. Shahih Muslim No.1690
130
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Para Ulama Umat Telah sepakat atas wajibnya menegakkan hudud terhadap orang yang melakukan perbutan yang mengakibatkan adanya hukuman
ini, dan tidak seorang pun yang berbeda pendapat mengenai hal itu.
131
a. Zina menurut para ulama
Dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu berkata, ” Ada seorang muslim
menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau sedang berada di
masjid. Ia menyeru beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina.” Beliau berpaling darinya dan orang itu menghadap berputar
menghadap wajah beliau, lalu berkata, “Wahai Rasulullah sungguh aku telah berzina.” Beliau memalingkan muka lagi, hingga orang itu mengulang
ucapannya empat kali. Setelah ia bersaksi dengan kesalahannya sendiri empat kali, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memanggilnya dan bersabda,
“Apakah engkau gila?” Ia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah engkau su
dah menikah? Ia menjawab “Ya”. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “bawalah dia dan rajamlah” Muttafaq Alaihi.
132
Dalam Hadits Ibnu Abbas, “Mungkin kamu hanya mencium atau menyentuh saja”, Apakah kamu menidurinya? Ia menjawab “Ya” Lalu berkata,
“Apakah kulitmu bersentuhan dengan kulitnya?” dia menjawab “Ya”. Lalu bertanya “Apakah kamu benar-benar menggaulinya?” Ia menjawa, “Ya”. Dalam
hadits ibnu Abbas lainnya diterangkan, “Apakah kamu membaringkannya?” Ia menjawab, “Ya, tidak ada penghalang antara kami”
133
131
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 5, Jakarta : Pustaka at-Tazkia 2008, hal 6
132
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-S han‟ani, Op.Cit. 343-344
133
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda; “Pena Pentaklifan diangkat dari tiga kategori orang, yaitu anak kecil
hingga dewasa, orang yang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh”.
134
Hadits ini memiliki redaksi lain, yaitu; “Sesungguhnya Allah mengampuni umatku dari tiga perkara, kekeliruan,
kelupaan, dan sesuatu yang dipaksakan mereka untuk melakukannya”. Imam Nawawi mengatakan, hadits ini adalah hasan.
135
Imam Malik, asy- Syafi‟I, Ahmad bin hanbal berpendapat bahwa
persetubuhan yang diharamkan, baik dalam kubul maupun dubur, pada laki-laki maupun perempuan, hukumnya sama. Pendapat ini juga disepakati oleh
Muhammad dan Abu Yusuf, murid Imam Abu Hanifah. Alasan mereka menyamakan persetubuhan dubur dan zina dalam suatu makna sehingga wajibnya
hukuman hudud adalah adanya persetubuhan yang diharamkan. Ia termasuk zina, terutama Al-
Qur‟an telah menyamakan keduanya. Allah S.W.T Berfirman kepada kaum Nabi Luth,
136
“…Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji homosek
sual…” QS. Al-Ankabut ; 28 “Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesame lelaki
bukan kepada perempuan…” QS. Al-A‟raf: 81
134
Wahbah Az-Zuhaili, Op. Cit. hal 304
135
Ibid
136
Ahsin Sakho Muhammad dkk, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid IV, Op.Cit. 155-156
Universitas Sumatera Utara
”Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji diantara perempuan- perempuan kamu…” QS. An-Nisa: 15
“dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji diantara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya
…” QS. An-Nisa:16
Allah menjadikan persetubuhan dalam dubur maupun kubul sebagai perbuatan keji. Namun Allah menamai salah satunya dengan nama lain.
Selain rukun dan syarat yang sudah dijelaskan diatas, perbuatan zina tersebut haruslah disaksikan langsung oleh 4 empat orang saksi. Tidak ada
perbedaan pendapat dikalangan para ahli fiqih bahwa hukuman dapat ditetapkan dengan pembuktian kesaksian, bila syarat-syaratnya terpenuhi. Mengingat
karena bahayanya menuduh zina dan sedemikian besar akibat yang ditimbulkannya.
137
Allah SWT Berfirman; “Dan terhadap para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah
ada empat orang saksi diantara kamu yang menyaksikannya. QS. An- Nisa: 15
Berbeda halnya dengan KUHP yang mengkhususkan hanya siisteri atau sisuami pelaku zina saja yang boleh mengadukan perbuatan zina tersebut.
Menurut Hukum Islam siapa saja bisa mengadukan perbuatan zina tersebut. Baik laki-laki maupun perempuan seperti yang dikatakan Muhammad bin Hazm
Rahimullah.
138
137
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Op.Cit, hal 50
138
Ibid hal 52
Universitas Sumatera Utara
Kerana menurut Hukum Islam yang dirugikan dari perbuatan zina tersebut bukan hanya merugikan sisuami atau siisteri pelaku zina saja, namun juga
merugikan masyarakat disekitarnya. karena murka Allah S.W.T akan turun kepada kaum yang membiarkan perzinahan hingga mereka semua binasa.
Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas r.a: Rasulullah s.a.w. bersabda; “zina dan riba telah merebak disuatu kaum, maka sungguh mereka telah
membiarkan diri mereka d itimpa adzab Allah”.
139
C. Tujuan dan Manfaat dilarangnya perzinahan menurut Hukum Islam
Para ahli Hukum Islam mengklasifikasi tujuan-tujuan yang luas dari syari‟ah untuk menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan
tujuan pertama dan utama dari syariah. Apabila ada dari kebutuhan-kebutuhan ini tidak terjamin, akan terjadi kekacauan dan ketidak tertiban dimana-mana. Kelima
5 kebutuhan hidup yang primer ini daruriyat dalam kepustakaan Hukum Islam disebut dengan istilah al-maqasid al-
syari‟ah al-khamsah tujuan-tujuan syariah, yaitu:
140
a. Memelihara agama hifzh al-din
b. Memelihara Jiwa hifzh al-nafsi
c. Memelihara akal pikiran hifzh al-„aqli
d. Memelihara Keturunan hifzh al-nashli
e. Memelihara harta hifzh al-mal
139
Fadhel IIahi, Op.Cit, hal. 35-36
140
Topo Santoso, Op. Cit hal 134-135
Universitas Sumatera Utara
Dan salah satu perbuatan yang dapat menjadikan kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi tidak terjamin, karena perbuatan zina dapat merusak keturunan,
akal pikiran dan mengancam jiwa terjadi pertumpahan darah, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kekacauan. Para agamawan dari agama mana
pun pasti sepakat bahwa zina hukumnya haram dan tidak ada satupun agama yang memperbolehkannya.
1. Menjaga keturunan
Islam menganjurkan kepada umatnya agar menikah karena ia merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan biologis. Disamping itu,
pernikahan merupakan cara yang paling ideal bagi suami dan isteri untuk mendapatkan keturunan yang dapat mereka bina secara langsung. Keduanya pun
memiliki komitmen untuk menjaga buah akad mereka, menaburkan benih-benih cinta, kasih sayang, kebaikan, kemurahan hati, kesucian, kemuliaan, ketinggian
harga diri, dan kemuliaan jiwa; dengan tujuan agar keturunan mereka dapat bangkit dalam menghadapi kehidupan mereka dan memberi kontribusi positif
dalam membangun dan meningkatkan kualitas hidup.
141
Menurut Prof. DR. Fadhel IIahi didalam bukunya yang berjudul Zina Problematika Solusinya, ia menyebutkan bahwa perbuatan zina dapat
mengakibatkan kejahatan lainnya, banyaknya tindak kejahatan adalah konsekuensi logis dari praktik seks bebas. Karena kebebasan seks melahirkan
anak-anak haram, yang kehilangan cinta dan belaian kasih sayang sehingga
141
Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Fiqih Sunnah jilid4 Jakarta: Cakrawala Publishing 2009, hal.229
Universitas Sumatera Utara
mereka tumbuh dengan perasaan terbuang dan disingkirkan, lalu tumbuhlah dihatinya keinginan untuk menyakiti orang lain.
142
Anak yang seharusnya mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dapat dimasukkan ke dalam pemeliharaan atas agama mendapatkan
pendidikan akhlaqul karimah dan pemeliharaan atas akal, dan seterusnya. Sebagaimana kita ketahui, kehormatan seseorang seringkali dikaitkan dengan
keturunan siapakah dia. Dan jika seorang anak dikenal sebagai anak tak berbapak, maka hampir pasti ia akan mengalami masalah besar dalam pertumbuhan
kepribadiannya kelak karena ketidak jelasan status keturunan. Maka demi menjaga hal tersebut, Islam melarang seseorang menghapus nasabnama
keturunan dari ayah kandungnya. Selain masalah psikologis dan perkembangan kepribadian anak, masalah nasab atau keturunan juga berkaitan dengan
muharramat yaitu aturan tentang wanita-wanita yang haram dinikahi dianggap incestmenikah seketurunan.
143
Selanjutnya perzinahan dapat menyianyiakan ikatan nasab dan pemilikan hak harta waris pada orang yang tidak semestinya menerima ketika ada
pembagian harta warisan.
144
Dan didalam praktik perzinahan, ada pembebanan bagi seorang suami yang isterinya melakukan hubungan dengan orang lain. Sebab,
bisa jadi perzinahan yang dilakukannya menyebabkan kehamilan sehingga
142
Fadhel IIahi, Op.Cit., hal 66-67
143
Kang Imam99, Nasab dan urgensinya dalam Islam, http:imamrusly. Wordpress .com20120420nasab-dan-urgensinya-dalam-islam
, diakses pada hari jum‟at 7 februari 2014
144
Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Op.Cit, hal. 230
Universitas Sumatera Utara
suaminya yang akan menanggung beban untuk mendidik anak yang sebenarnya bukan darah daging keturunannya.
145
Melihat pertimbangan-pertimbangan
tersebutlah Hukum
Islam memandang bahwa pentingnya kejelasan keturunan.
Maka dari itu salah satu alasan perbuatan Zina dilarang didalam Hukum Islam, Karena perbuatan keji ini dapat mengakibatkan anak-anak yang terlahir
dengan ketidak jelasan anak zina. Akan tetapi bukan berarti didalam islam mendiskriminasikan anak tersebut, karena anak tersebut tetap lahir didalam
keadaan bersih dan suci dari dosa. Adapun Firman Allah yang menegaskan bahwa seseorang itu tidak memikul dosa orang lain, demikian juga anak hasil zina tidak
memikul dosa pezina, sebagaimana firman-Nya: “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian
kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang
tersimpan dalam dadamu. QS. Al-Zumar: 7 Anak zina adalah anak yang lahir dari hasil hubungan kelamin tanpa
pernikahan. Biasa juga disebut dengan anak tidak sah, karena dilahirkan diluar perkawinan yang sah, atau disebut juga dengan anak haram, karena perbuatan zina
yang dilakukan oleh orang yang menyebabkan kelahirannya adalah perbuatan keji yang dihar
amkan oleh syara‟. Dan Menurut Hukum Islam kedudukan hukum bagi anak zina tidak bernasab kepada laki-laki yang melakukan zina terhadap ibunya,
145
Ibid
Universitas Sumatera Utara
ia tidak mengikuti nasab laki-laki pemilik sperma yang menyebabkan kelahirannya, tetapi nasabnya hanya mengikuti kepada ibu yang melahirkannya.
Maka hal ini berakibat pula pada hilangnya kewajibantanggung jawab ayah. Antara keduanya dianggap sebagai orang lain.
146
2. Menjaga akal pikiran
Menurut Prof. DR. Fadhel IIahi didalam bukunya yang berjudul Zina Problematika Solusinya, ia menyebutkan bahwa perbuatan zina dapat
mengakibatkan kejahatan lainnya, banyaknya tindak kejahatan adalah konsekuensi logis dari praktik seks bebas. Karena kebebasan seks melahirkan
anak-anak haram, yang kehilangan cinta dan belaian kasih sayang sehingga mereka tumbuh dengan perasaan terbuang dan disingkirkan, lalu tumbuhlah
dihatinya keinginan untuk menyakiti orang lain. Ketika sudah remaja muncullah kecenderungan untuk merampas kehormatan orang lain, mencuri dan
membunuh.
147
Kemudian ia menambahkan bahwa zina tersebut merupakan induk berbagai tindakan criminal. Banyak kasus pencurian yang motifnya ingin
mendapatkan uang dengan mudah untuk membayar pelacur yang ia inginkan. Banyak kasus pembunuhan hanya karena dilatarbelakangi ingin melampiaskan
nafsu birahi saja, oleh karena itu, jika zina diperbolehkan, yang ada seorang laki- laki akan terus melakukan hubungan seksusal dengan wanita yang menarik
hatinya, baik wanita itu rela maupun tidak. Selanjutnya ia akan menggunakan berbagai cara untuk melampiaskan keinginannya tanpa memperhatikan undang-
146
Iman Jauhari, Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam, Jakarta : Pustaka Bangsa 2003, hal 11-12
147
Fadhel IIahi, Op.Cit., hal 66-67
Universitas Sumatera Utara
undang dan tatanan moral ”.
148
Atau dapat dikatakan secara tidak langsung zina menjadi pintu pembuka kejahatan lain yang dapat merusak pikiran disaat syahwat
dan nafsu sudah terbiasa disalurkan dengan membayar pelacur, dan setelah ia tidak memiliki uang dan disaat itu pula syahwat dan nafsunya memuncak, maka
pikirannya akan menjadi terganggu dan ia akan berusaha melampiaskannya dengan cara apapapun walaupun dengan cara memperkosa.
Menurut data yang diambil dari NationMaster.com, yang bertujuan untuk membandingkan grafik dari negara-negara diberbagai belahan dunia, dan
merupakan kompilasi data dari sumber-sumber seperti CIA World Factbook, PBB, dan OECD
Organisation for Economic Co-operation and Development
. Adapun perbandingan mengenai kekerasan seksual pemerkosaan diberbagai negara dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
149
Tabel 1. J
UMLAH KEKERASAN SEKSUAL ATAU “PEMERKOSAAN” YANG TERCATAT OLEH KEPOLISIAN DIBERBAGAI DUNIA PER 100.000
PENDUDUK No.
Negara jumlah
Tahun
1. France:
10,277 2009
2. Germany:
7,292 2009
148
Ibid
149
NationMaster.com, Crime Statistics Rapes most recentbycountry,http:www nationmaster.comgraphcri_rap-crime-rapes, diakses pada hari sabtu 8 februari 2014
Universitas Sumatera Utara
No. Negara
jumlah Tahun
3. Russia:
6,208 2009
4. Sweden:
4,901 2009
5. Argentina:
3,276 2008
6. Belgium:
2,786 2009
7. Philippines:
2,585 2009
8. Spain:
2,437 2009
9. Chile:
2,233 2009
10. Lesotho:
1,878 2009
11. Poland:
1,611 2009
12. Japan
: 1,582
2009 13.
New Zealand: 1,308
2009 14.
Kazakhstan: 1,298
2009 15.
Israel: 1,243
2009 16.
Sudan: 1,189
2009 17.
Morocco: 1,130
2009 18.
Romania: 1,016
2009 19.
Norway: 944
2009 20.
Finland: 915
2009 21.
Kenya: 735
2009 22.
Czech Republic: 529
2009
Universitas Sumatera Utara
23. Canada:
491 2009
24. Hungary:
489 2009
25. Cameroon:
447 2008
26. Ireland:
396 2009
27. Denmark:
396 2009
28. Mongolia:
354 2009
29. Portugal:
317 2009
30. Kyrgyzstan:
303 2009
31. Moldova:
262 2009
32. Bulgaria:
262 2009
33. Belarus:
240 2009
34. Greece:
218 2008
35. Croatia:
188 2009
36. Oman:
183 2009
37. Lithuania:
164 2009
38. Estonia:
160 2009
39. Slovakia:
152 2009
40. South Africa:
113.5 2002
41. Latvia:
100 2009
42. Guinea:
92 2008
43. Australia:
91.6 2003
Universitas Sumatera Utara
44. Egypt:
87 2009
45. Sierra Leone:
79 2009
46. Swaziland:
76.1 2004
47. Mauritius:
69 2009
48. Iceland:
68 2009
49. Luxembourg:
57 2009
50. Slovenia:
57 2009
51. Solomon Islands:
56 2009
52. Jamaica:
50.8 2000
53. Suriname:
45.2 2004
54. Zimbabwe:
40 2006
55. Bahrain:
36 2009
56. Cyprus:
34 2009
57. United States:
30.2 2006
58. Nicaragua:
27.6 2006
59. Barbados:
27 2000
60. Azerbaijan:
25 2009
61. Panama:
24.1 2006
62. Papua New Guinea:
24 2000
63. Peru:
20.8 2006
64. Armenia:
19 2009
Universitas Sumatera Utara
65. Malta:
19 2009
66. El Salvador:
18.7 2006
67. Belize:
15.3 2006
68. Namibia:
15.1 2002
69. Korea, South:
13.3 2006
70. Mexico:
12.8 2006
71. Ecuador:
11.2 2006
72. Costa Rica:
11 2006
73. Uruguay:
9.8 2000
74. Maldives:
9 2009
75. Netherlands
: 8.7
2006 76.
Austria: 8.5
2006 77.
Switzerland: 8.5
2006 78.
Thailand: 8
2006 79.
Bolivia: 7.8
2006 80.
Italy: 7.7
2006 81.
Bangladesh: 7.5
2006 82.
Brunei: 7.4
2006 83.
Sri Lanka: 7.4
2006 84.
Paraguay: 6
2006 85.
Malaysia: 5.2
2000
Universitas Sumatera Utara
86. Macedonia, Republic of: 5.1
2006 87.
Colombia: 4.7
2000 88.
Georgia: 3.8
2006 89.
Guatemala: 3.3
2000 90.
Tunisia: 3.2
2002 91.
Liechtenstein: 3
2009 92.
Zambia: 2.9
2000 93.
China: 2.8
2000 94.
Singapore: 2.7
2006 95.
Turkey: 2.5
2006 96.
Ukraine: 2.1
2006 97.
Uganda: 2
2004 98.
Jordan: 1.9
2006 99.
Côte dIvoire: 1.9
2000 100.
India: 1.7
2006 101.
United Arab Emirates: 1.7
2006 102.
Qatar: 1.6
2004 103.
Albania: 1.5
2006 104.
Algeria: 1.5
2006 105.
Serbia and Montenegro: 1.1
2006 106.
Tajikistan: 1.1
2006
Universitas Sumatera Utara
107. Bosnia and Herzegovina: 1.1
2006 108.
Nepal: 0.8
2006 109.
Indonesia: 0.7
2000 110.
Syria: 0.6
2006 111.
Burma: 0.5
2002 112.
Lebanon: 0.5
2006 113.
Turkmenistan: 0.5
2006 114.
Yemen: 0.4
2000 115.
Saudi Arabia:
0.3 2002
Sumber: http:www.nationmaster.comgraphcri_rap-crime-rapes
Walaupun perzinahan hanya sebagai salah satu faktor penyebab perkosaan, namun tabel diatas, cukup menjelaskan bahwa negara-negara islam dan yang
menjalankan syariat islam seperti arab Saudi memiliki presentasi tingkat kejahatan seksual atau “pemerkosaan” yang sangat kecil. Sangat berbeda dengan
negara-negara barat yang memperbolehkan perbuatan Zina. 3.
Menjaga jiwa
Perzinahan merupakan suatu perbuatan yang dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga, sekaligus menjadi factor penyebab kerusakan moral.
Perzinahan merupakan perbuatan yang sangat membahayakan, serta dapat menimbulkan banyak kejahatan dan tindak criminal yang lain. Hubungan bebas
antara laki-laki dan perempuan, serta hubungan seks yang dilakukan oleh mereka
Universitas Sumatera Utara
yang tidak sesuai dengan cara yang dibenarkan merupakan salah satu faktor yang dapat menghancurkan eksistensi sebuah masyarakat.
150
Hubungan laki-laki dan perempuan yang terjadi secara bebas menjadi penyebab terjadinya pembunuhan. Sebab, rasa cinta merupakan tabiat dasar yang
ada pada diri manusia. Sangat jarang ditemukan ada laki-laki mulia dan perempuan suci yang rela akan adanya kasus perselingkuhan. Bahkan, terkadang
seorang laki-laki tidak mendapatkan jalan lain untuk membersihkan aib yang dialami oleh diri dan keluarganya, kecuali dengan cara membunuh membunuh
orang yang telah berselingkuh dengan isterinya.
151
Oleh karena itu Perzinahan merupakan hubungan sesat yang ketika hubungan itu berakhir, maka tidak ada tanggung jawab apapun yang harus
diselesaikan. Dengan demikian, perzinahan tak ubahnya perilaku yang dilakukan oleh binatang. Tentunya perilaku semacam ini dijauhi oleh manusia yang
merupakan mahkluk yang paling mulia.
152
Selain demi menjaga ketiga tujuan pokok diatas, menurut Hukum Islam dilarangnya Tindak Pidana Perzinahan bermanfaat agar menjauhkan manusia dari
berbagai penyakit yang diakibatkan perbuatan zina tersebut serta mencegah manusia dari adzab Allah SWT.
4. Menjaga Ikatan Perkawinan
150
Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Op. Cit, hal.229
151
Ibid
152
Ibid hal. 231
Universitas Sumatera Utara
Perzinahan merupakan perbuatan yang dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga, sekaligus menjadi faktor penyebab kerusakan moral.
153
Selain merusak tatanan dalam rumah keluarga dan memutus hubungan suami isteri juga
dapat menjadi pendidikan yang tidak baik bagi anak-anak, yang mana semua itu dapat menjadikan mereka menjadi anak gelandangan.
154
5. Mencegah berbagai penyakit;
Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW 1400an Tahun yang lalu. Dalam riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dan riwayat ini shahih dengan salah satu
lafadz, Rasulullah Sallallahu Alahi Wasallam bersabda : “Tidaklah perzinahan tampak pada sebuah kaum hingga mereka
melakukannya secara terang-terangan, kecuali penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada para pendahulu mereka
yang telah lalu akan mewabah pada mereka
”.
155
Dan hal tersebut terbukti, Salah satu dampak yang ditimbulkan dari perbuatan zina adalah penyakit kelamin. Data selama ini menunjukkan bahwa
laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakit berbahaya ini adalah mereka yang sering melakukan hubungan seks dengan gonta-ganti pasangan Zina dan
ini dibenarkan oleh sejumlah pakar kedokteran barat.
153
Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Op.Cit, hal. 230
154
Ibid, hal. 230
155
Hikmah Al-Quran Mutiara Hadits, Bencana Akibat Tersebarnya Zina, http:www.alsofwah.or.idcetakmujizat.php?id=161
Universitas Sumatera Utara
Menurut dr. Batchelor dan dr Murrel, “penyebaran penyakit sipilis disebabkan oleh pola seks bebas”. Dr. Jhon Beaston mengatakan, “Rangkuman
hasil riset menunjukkan bahwa factor hubungan seks diluar nikah menempati urutan teratas sebagai penyebab timbulnya penyakit kelamin”. Sedangkan dr.
Claudd Scott Nicole mengatakan, “permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah
pemutar balikan nilai-nilai moral yang memicu hubungan seksual yang diharamkan Zina. Factor inilah yang memicu semakin banyaknya jumlah
penderita penyakit yang diakibatkan pola seks bebas.
156
Syaikh Abu al- A‟la al Maududi mengutip dari buku yang terjemahan
Arabnya Al- alamul Ijtima‟il Faransi karangan Paul Burreau, “Amoralitas yang
pertama kali muncul dimasyarakat Prancis negara yang selama 3 Tahun menjajah Belanda dan Code Penal Prancisnya selama 75 Tahun diterapkan di Belanda.
penulis adalah kebebasan seksualitas. Akibatnya, kian hari metabolisme tubuh kian melemah. Bukti konkritnya adalah kenyataan bahwa sebagian bala tentara
Prancis mendesak pemerintah untuk memberikan cuti kerja dan memeriksakan mereka kerumah sakit pada dua tahun pertama sejak perang dunia II. Karena
sebanyak 75.000 orang dari mereka mengidap penyakit Syphillis, dan sebanyak 242 orang tentara mati akibat penyakit ini. Dan ini hanya disatu kamp saja.
Bahkan seorang dokter Pran cis bernama Lyrd mengatakan, “ Di Prancis sekitar
30.000 jiwa meninggal setiap tahunnya akibat penyakit Syphillis dan penyakit
156
Fadhel IIahi, Op.Cit hal 46
Universitas Sumatera Utara
lainnya, dan penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya setelah demam TBC.
157
Bukti konkrit perkembangan tentang pengaruh zina terhadap merebaknya penyakit kelamin adalah bahwa penyakit ini banyak terdapat dinegara-negara
yang menganut pola seks bebas liberal. Dalam ensiklopedia Britannica disebutkan bahwa disejumlah rumah sakit di Amerika ada sekitar 200.000 orang
penderita syphilis, dan 160.000 penderita Gonnorrhoea setiap tahunnya. Dan telah didirikan 650 rumah sakit yang khusus merawat penderita penyakit kelamin ini,
yang masih bisa bertambah seiring dengan hasil penelitian para dokter swasta yang menunjukkan bahwa yang berobat kepada mereka 61 penderita syphilis
dan 89 penderita Gonnorrhoea. Penting disebutkan disini, walaupun fasilitas kedokteran semakin canggih, namun penyakit ini semakin merebak, dan
presentase penderitanya tidak mampu ditekan.
158
Bahkan 1 Desember 1998 yang diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Yang mana peringatan Hari AIDS
Sedunia tersebut berawal dari Pertemuan Puncak Menteri-menteri Kesehatan dari 148 negara yang tergabung dalam WHO untuk Program Pencegahan AIDS pada 1
Desember 1988 di London, Inggris. Belum dapat mencegah AIDS sebagai peringkat keempat penyebab kematian terbesar di dunia.
159
Dalam panduan kerja konferensi Internasional tentang penyakit syphilis menyebutkan, “ Antara tahun 1956-1957 penderita Syphillis di Amerika
157
Ibid, 61
158
Ibid, 47
159
Rofi‟udin, Pencegahan Bahaya HIVAIDS dalam Perspektif Islam, http:madanionline.orgpencegahan-bahaya-hivaids-dalam-perspektif-islam, diakses pada hari
jum‟at 7 februari 2014
Universitas Sumatera Utara
berjumlah 7600 orang, dan antara tahun 1960-1961 jumlah penderita syphilis dinegara yang melegalkan seks bebas tersebut meningkat menjadi 20.800 orang.
Kemudian setiap tahunnya sekitar 30.000 sampai 40.000 orang anak mati akibat penyakit Syphillis, dan jumlah korban akibat serangan penyakit lainnya selain
TBC. Jumlah minimal yang diperkirakan oleh aparat kesehatan bahwa penyakit Gonorrhoea telah menyerang 60 pemudah yang masih bujangan dan sudah
menikah. Sementara itu penderita penyakit Gonorrhoea meningkat 1000.000 orang setiap tahunnya. Sementara di Inggris yang juga melegalkan seks bebas,
jumlah penderita Gonorrhoea menurut Ampruz King berjumlah 17.536 orang pada tahun 1945, dan pada tahun 1962 meningkat menjadi 35.438 orang.
Yang diserang oleh penyakit kelamin itu adalah metabolisme dan daya tahan tubuh,
sehingga orang yang mengidapnya tidak akan mampu melakukan pekerjaan yang menuntut keseriusan. Menurut Dr. Batchelor dan dr Murrel menjelaskan tentang
ancaman penyakit Gonorrhoea, “penyakit ini tergolong ringan dibanding dengan penyakit Syphillis, namun jika penderitanya menganggapnya sepele, maka
selanjutnya akan menyebabkan gangguan pada kesehatannya terus- menerus”.
Kemudian mengenai penyakit Syphillis, menurut dr. Thomas Paren, “penyakit Syphillis lebih mematikan dan berbahaya seratus kali lipat daripada kelumpuhan
pada anak-anak. Di Amerika saja, penyakit ini bisa disejajarkan dengan kanker, demam TBC, dan radang TBC. 4:1 Satu dari empat orang meninggal akibat
Syphillis. Kemudian menurut Dr. Hoffland, ia mengatakan,”Saya memang tidak
Universitas Sumatera Utara
tahu apa saja penyakit yang mengancam keselamatan jiwa. Tapi yang pasti penyebabnya adalah eksploitasi seksual”.
160
Sejalan dengan uraian diatas, karena hukum pidana Indonesia yang mengatur mengenai seks bebas Zina merupakan turunan dari nilai-nilai barat.
Maka dampaknya juga pasti tidak akan jauh berbeda dengan keadaan-keadaan masyarakat barat tersebut.
Data mengejutkan diungkap oleh Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ida Bagus Nyoman Banjar, pada hari
Jumat, 15 Oktober 2010. Ia mengatakan Ribuan remaja di Jakarta menderita penyakit kelamin diduga akibat maraknya pelacuran, perubahan pola pergaulan
dan kurangnya pendidikan seks.. Secara keseluruhan, ia mengatakan;
161
“angka penderita penyakit kelamin di Jakarta berjumlah 9.060 orang,
dengan rincian 5.051 orang berjenis kelamin perempuan dan sisanya pria. Dari total jumlah penderita tersebut, 3,007 di antaranya masih berusia antara
14 dan 24 tahun. Jenis penyakit kelamin yang mereka derita antara lain, herpes, infeksi jamur, syphilis, vaginitis, bisul pada alat kelamin atau HPV,
kutu kelamin, kutu di bawah kulit, dan AIDS. Banyaknya penderita penyalit kelamin pada kalangan remaja, menurut Nyoman Banjar, karena maraknya
praktik prostitusi dan perubahan pola pergaulan. Kebanyakan penyakit kelamin ini ditimbulkan dari pola seksual yang salah, sehingga jika tidak
160
Fadhel IIahi, Op.Cit hal 47- 49
161
VIVAnews, Prostitusi Marak, Ribuan Remaja Sakit Kelamin, http:fokus. news.viva. co.idnewsread183151-remaja-tak-pernah-dapat-pendidikan-seks, diakses pada hari rabu 22
Januari 2014
Universitas Sumatera Utara
diwaspadai maka akan berpotensi pada HIVAIDS. Kemudian ia menambahkan, ia menduga jumlah penderita penyakit kelamin di Jakarta
lebih dari 9.060 orang, mengingat masih banyak orang yang malu menjalani pengobatan ke rumah sakit atau pun ke Puskesmas.
Di Indonesia, kasus HIVAIDS ditemukan pertama kali tahun 1986 di Bali. Kementerian Kesehatan RI memperkirakan, 19 juta orang pada 2010 berada pada
risiko terinfeksi HIV. Adapun berdasarkan data Yayasan AIDS Indonesia YAI, jumlah penderita HIVAIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai
23.632 orang. Dari jumlah itu, sekitar 53 persen terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-39 tahun sekitar 27 persen. Adapun
berdasarkan cara penularan, 75 hingga 85 persen HIVAIDS ditularkan melalui hubungan seks, 5-10 persen melalui homoseksual, 5-10 persen akibat alat suntik
yang tercemar terutama pengguna narkoba jarum suntik dan 3-5 persen tertular lewat transfusi darah.
162
Data terbaru, Laporan Kasus HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan September 2013, yang diterima dari Ditjen PP PL, berdasarkan surat Direktur
Jenderal P2PL, Prof. dr. Tjandra Y Aditama, SpPK, DTMH tertanggal 31 Oktober 2013: “Situasi Masalah HIV-AIDS Tahun 1987 - September 2013 Sejak
pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Maret 2013, HIV-AIDS tersebar di 348 70 dari 497 kabupatenkota di seluruh provinsi di Indonesia.
162
Rofi‟udin, Abiquinsa, Pencegahan Bahaya HIVAIDS dalam Perspektif, http:abiq uinsa.blogspot.com201301pencegahan-bahaya-hivaids-dalam.html, diakses pada hari rabu 22
Januari 2014
Universitas Sumatera Utara
Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun