Bentuk pelanggaran diatur dalam pasal 532-535 KUHP Mengungkap atau

memperhatikan nilai-nilai kesusilaan yang hidup didalam masyarakat. 56 Dalam perkembangan penyusunan konsep KU HP, tidak lagi dibedakan antara “kejahatan kesusilaan” dan “pelanggaran kesusilaan”. Konsep hanya mengelompokkan dalam satu bab dengan judul “Tindak Pidana terhadap Pelanggaran Melanggar Kesusilaan”. 57 Oleh karena itu Maka dapat dikatakan seseorang dianggap melanggar kesusilaan apabila perbuatan tersebut melanggar rasa malu seksual dan dianggap menodai nilai-nilai kesusilaan yang hidup didalam masyarakat, serta nilai-nilai kesusilaan tersebut berdasarkan nilai-nilai agama yang hidup didalam masyarakat tersebut. Adapun Ketentuan Tindak pidana kesusilaan berkaitan dengan seks yang diatur didalam KUHP dapat dikelompokkan menjadi: a. Bentuk kejahatan diatur dalam pasal 281-289 KUHP

b. Bentuk pelanggaran diatur dalam pasal 532-535 KUHP Mengungkap atau

mempertunjukkan sesuatu yang bersifat porno. F. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi tulisan karya ilmiah yang memenuhi kriteria, dibutuhkan data-data yang relevan dari skripsi ini. Dalam 56 Nyoman Serikat Putra Jaya, Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti 2008, hal. 25 57 Barda Nawawi Arief, Op.Cit, hal. 254 Universitas Sumatera Utara upaya pengumpulan data yang diperlukan, menerapkan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Sifat dan Jenis Penelitian Sifat penelitian dibagi menjadi tiga yakni: 58 a. Penelitian eksploratoris explorative research atau penjelajahan adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. b. Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu c. Penelitian eksplanatoris Penelitian eksplanatoris merupakan suatu penelitian untuk menerangkan, memperkuat atau menguji dan bahkan menolak suatu teori atau hipotesa-hipotesa serta terhadap hasil-hasil penelitian yang ada. Dan sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. 59 Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu. 58 Sejathi, Tipologi Penelitian Hukum, http:id.shvoong.comlaw-and-politics contem porary-theory2109107-tipologi-penelitian-hukum 59 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Jakarta: PT.Rieneka Citra, 1999, hal. 21. Universitas Sumatera Utara Dikenal ada dua jenis penelitian hukum, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris sosiologis. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Ronny Hanitijo Soemitro, bahwa: 60 a. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doctrinal, yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan. b. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Hukum Normatif yang disebut juga dengan Penelitian Hukum Doktrinal. Jenis penelitian yang dilakukan dan dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. 61 Seperti yang diungkapkan oleh Peter Mahmud Marzuki bahwa tujuan penelitian hukum normatif, yakni; “…suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. … Penelitian hukum normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai presripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi…” 62 60 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris Yogyakarta: Pustaka Pelajar Cetakan 1 2010, hal. 154 61 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004, hal. 23 62 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Op.Cit, hal 34 Universitas Sumatera Utara Adapun karakteristik penelitian hukum normatif yakni: 63 a. Sebagai sumber datanya hanyalah data sekunder kepustakaan, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier; b. Penyusunan kerangka teoritis yang bersifat tentatif skema dapat ditinggalkan tetapi penyusunan kerangka konseptual mutlak perlu; c. Tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada hanya hipotesis kerja; d. Konsekuensi dari hanya menggunakan data sekunder, maka penelitian hukum normatif tidak diperlukan sampling, karena data sekunder sebagai sumber utamanya memiliki bobot dan kualitas tersendiri yang tidak bisa diganti dengan data jenis lainnya. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yang diperlukan. Hal tersebut diperlukan karena penelitian hukum itu ada yang merupakan penelitian hukum normatif dan ada penelitian hukum empiris. Jenis data yang pertama disebut sebagai data sekunder dan jenis data yang kedua disebut dengan data primer. 64 Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder atau data kepustakaan atau dikenal dengan bahan hukum dalam penelitian hukum seperti ada kesepakatan yang tidak tertulis dari para ahli peneliti hukum, bahwa hukum itu berupa berbagai literatur yang dikelompokkan. 65 Data sekunder diperoleh dengan cara menelurusuri bahan-bahan yang berkaitan dengan 63 Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit, hal.118-120. 64 Ibid, hal. 156 65 Ibid, hal. 157 Universitas Sumatera Utara masalah Tindak Pidana Perzinahan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam Ilmu Fiqih serta mengacu kepada politik hukum pidana dalam Tindak Pidana Perzinahan yaitu : 66 Penelitian Hukum Doktrinal umumnya menerima bahwa data dasar yang diperlukan adalah data yang hanya mengenal data sekunder 67 yang terdiri atas 1 bahan hukum primer, 2 bahan hukum sekunder, 3 serta bahan hukum tersier. 68 a. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang mengikat 69 dan bersifat autoritatif yakni mempunyai otoritas. 70 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Undang-Undang Nomor 1 tahun 1960 tentang perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana RKUHP Tahun 2012 b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks textbooks yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh de herseende leer, 71 semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen- dokumen resmi, termasuk skripsi, tesis, dan jurnal-jurnal, 72 makalah, majalah dan lain-lain. 66 Tampil Anshari Siregar, Metodologi penelitian Hukum, Medan: Pustaka Bangsa Press 2005, hal. 76 67 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 163. 68 Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang: UMM Press, 2009, hal. 127. 69 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, hal. 13. 70 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian …., op. cit., hal. 141. Dalam buku tersebut dikatakannya pula bahwa bahan hukum primer yang utama bagi penganut civil law system adalah perundang-undangan, di samping putusan pengadilan. Hal ini karena putusan pengadilan dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bentuk konkretiasasi dari perundang-undangan. Putusan pengadilan inilah yang sebenarnya merupakan law in action. 71 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2005, hal. 241-242. 72 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian , Op. Cit., hal. 155. Universitas Sumatera Utara c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 73 Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, pada dasarnya mencakup 74 : 1 Bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama bahan acuan bidang hukum atau rujukan bidang hukum. Contohnya: abstrak perundang-undangan, bibliografi hukum, direktori pengadilan, ensiklopedia hukum, indeks majalah hukum, kamus hukum dan seterusnya; dan 2 Bahan-bahan hukum primer, sekunder dan penunjang tersier di luar bidang hukum bahan non hukum 75 , misalnya, yang berasal dari bidang sosiologi, ekonomi, ilmu politik, filsafat dan sebagainya, yang oleh para peneliti hukum dipergunakan untuk melengkapi ataupun menunjang data penelitiannya. 3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. 76 Penelitian ini menggunakan Penelitian Hukum Normatif, oleh karena itu Teknik Pengumpulan 73 Johnny Ibrahim, loc. cit. 74 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. Cit., hal. 33. Universitas Sumatera Utara Data yang digunakan adalah Studi Kepustakaan Library Researsh yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai macam literatur yang berkaitan, kemudian berdiskusi dan mendengarkan masukan yang diberikan oleh ahli dalam bidang pembahasan skripsi ini, serta banyak melakukan penelusuran melalui media internet. Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Secara singkat studi kepustakaan membantu peneliti dalam berbagai keperluan, misalnya: 77 a. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan. b. Mendapat metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan. c. Sebagai sumber data sekunder. d. Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya. e. Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat digunakan. f. Memperkaya ide-ide baru. g. Mengetahui siapa saja peneliti lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasilnya. 77 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, hal. 112-113. Universitas Sumatera Utara Penelitian studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan landasan dalam menganalisa data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang validitasnya terjamin. Sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang relevan dari pokok bahasan. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi dokumen terkait dengan topik penulisan. 4. Metode pendekatan penelitian Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk mencari jawabannya. Pendekatan- pendekatan yang digunakan didalam penelitian hukum adalah pendekatan undang- undang statute approach, pendekatan kasus case approach, pendekatan historis historical approach dan pendekatan konseptual conceptual approach. 78 Pendekatan Perundang-undangan Statute Approach dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 79 Hal ini bertujuan untuk mencari ratio legis dan dasar ontologis lahirnya undang-undang, yakni mengenai substansi yang berkaitan dengan Tindak Pidana Perzinahan. Selain statue approach, metode historis juga dilakukan untuk menelusuri secara singkat sejarah KUHP dalam tindak pidana perzinahan. Pendekatan Historis historical approach dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan mengenai isu yang dihadapi dengan tujuan untuk mengungkap dasar filosofis atau 78 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Jakarta: Kencana 2008, hal. 93 79 Ibid hal. 93. Universitas Sumatera Utara pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang dipelajari. 80 Selanjutnya Pendekatan Komparatif comparative approach, dilakukan dengan membandingkan Tindak Pidana Perzinahan menurut KUHP dengan Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam, dan manakah yang lebih relevan dengan Filosofis negara Indonesia. 5. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. 81 Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif secara kualitatif 82 dengan beberapa langkah. Pertama, menginventarisir dan mengidentifikasikan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan. Kedua, melakukan sistematisasi keseluruhan bahan hukum, asas-asas hukum, teori-teori, konsep-konsep, dan bahan rujukan lainnya dengan cara melakukan seleksi bahan hukum kemudian melakukan klasifikasi bahan hukum dan menyusun data hasil penelitian secara sistematis yang dilakukan secara logis dengan menghubungkan dan mengaitkan antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum lainnya. 83 Ketiga, analisis bahan hukum yang telah dikumpulkan dilakukan menurut cara-cara analisis dan penafsiran gramatikal serta sistematis dimana interpretasi dilakukan dengan menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan dengan 80 Ibid., hal. 94 81 Masri Singarimbun dan Sofian Efensi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008, hal. 263. 82 Yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma hukum yang ada di dalam masyarakat. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cetakan 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 105. 83 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal. 160. Universitas Sumatera Utara menghubungkannya dengan undang-undang lain secara logis dan sistematis. 84 Keempat, hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Kelima, penarikan kesimpulan dilakukan secara deduktif yaitu pemikiran dimulai dari hal yang umum kepada hal yang khusus. 85

G. Sistematika Penulisan

Sistematika skripsi ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan. BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA, berisi tentang history KUHP, menganalisis Tindak Pidana Perzinahan menurut pasal 284 KUHP dan menjelaskan unsur-unsur Tindak Pidana menurut KUHP . BAB III PENGATURAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN MENURUT HUKUM ISLAM, berisi tentang uraian hukum pidana islam, menjelaskan Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam, alas an Tindak Pidana Perzinahan dilarang didalam islam baik dr perspektif social, kesehatan dan waris. Kemudian menjelaskan Tindak Pidana Perzinahan didalam hokum islam diatur secara khusus Pidana Hudud Hadd 84 Hadin Muhjad dan Nunuk Nuswardani, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Genta Publishing, 2012, hal. 163. 85 Syamsul Arifin, Falsafah Hukum, Medan: Uniba Press, 2011, hal. 57. Universitas Sumatera Utara BAB IV PERBANDINGAN TINDAK PIDANA MENURUT KUHP DAN HUKUM ISLAM, berisi tentang alas anzina dilarang didalam hukum normatif dan hukum islam, zina didalam pengaturan zina baik itu didalam KUHP maupun Hukum Islam, dan unsur-unsur Tindak Pidana Perzinahan menurut KUHP dan Hukum Islam. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan isi karya tulis dan memberikan saran sebagai langkah untuk mengatasi permasalahan yang ada didalamnya. Universitas Sumatera Utara BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang dewasa ini masih berlaku, merupakan produk warisan penjajahan Belanda di Indonesia. Bahkan dapat dikatakan bahwa KUHP Indonesia itu sebenarnya sama sekali berasal dari KUHP Kerajaan Belanda yang diberlakukan Indonesia dengan beberapa penyesuaian disana-sini, kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia secara tidak resmi oleh para ahli hukum di Indonesia. Menurut Soedarto, teks resmi KUHP itu sendiri hingga kini secara formil masih dalam bahasa Belanda. Hal ini terjadi karena awal pertumbuhan hukum Indonesia modern, sangat banyak ditentukan oleh kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia, Jadi pengaruh Belanda sangat besar dalam hukum Indonesia. 86 Dan sebenarnya pada awalnya pemberlakuan peraturan-peraturan hukum warisan Pemerintah Kolonial Belanda tersebut dimaksudkan untuk mengisi kekosongan hukum rehts vacuum. Hal ini disebabkan untuk mewujudkan sistem hukum nasional yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia adalah sangat dibutuhkan pembicaraan yang tidak mudah dan waktu yang sangat panjang. 87 Melihat uraian tersebut, maka jelas menunjukkan bahwa KUHP yang berasal dari zaman Hindia Belanda seharusnya tidak bertahan lebih lama lagi karena awalnya hanya bertujuan untuk 86 Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, hal 23-24 87 Roni Wijayanto, Op.Cit , hal 39 Universitas Sumatera Utara mengisi kekosongan hukum pada masa kemerdekaan dan seharusnya sudah diganti dengan KUHP baru yang sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan dan kebudayaan bangsa Indonesia. A. Pengertian zina Tindak Pidana Perzinahan yang diatur didalam pasal 284 KUHP, adapun bunyinya sebagai berikut; 88 1 “Dihukum Penjara selama-lamanya Sembilan bulan : 1e. a Laki-laki yang beristeri, berbuat Zina, sedang diketahuinya pasal 27 KUHPerdata sipil berlaku padanya: b Perempuan yang bersuami berbuat Zina: 2e. a Laki-laki yang melakukan perbuatan tersebut, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami: b Perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan itu, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami. 2 Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suamiistri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga. 3 Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75. 88 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Serta Komentar- Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politea Cetakan Kedelapan 1985, hal . 208 Universitas Sumatera Utara 4 Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai. 5 Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. Menurut Prof. Simons, untuk adanya suatu perzinaan menurut pengertian Pasal 284 ayat 1 KUHP, diperlukan adanya suatu vleeselijk gemenschap atau diperlukan adanya suatu hubungan alat kelamin yang selesai dilakukan antara dua orang dari jenis kelamin yang berbeda. 89 Menurut R. soesilo yang dimaksud dengan zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau laki-laki yang bukan isteri atau suaminya. Supaya masuk pasal ini, maka persetubuhan itu harus dilakukan dengan suka sama suka, tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak. Dan yang dimaksud dengan persetubuhan adalah peraduan antara kemaluan laki-laki dan perempuan yang bisa dijalankan untuk mendapatkan anak. Anggota kelamin laki-laki harus masuk kedalam anggota kelamin perempuan, sehingga mengeluarkan maaf air mani, sesuai dengan Arrest Hooge Raad, tanggal 5 februari 1912 W. 9292. 90 Menurut Sugandhi pengertian umum zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan atas dasar suka sama suka yang belum 89 P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan, Jakarta : Sinar Grafika 2009, hal 79 90 Ibid, hal 209 Universitas Sumatera Utara terikat perkawinan. Tetapi menurut pasal ini, zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau laki-laki yang bukan isteri atau sumainya. Supaya dapat dituntut menurut pasal ini, persetubuhan itu harus dilakukan atas dasar suka sama suka, dan tidak boleh ada paksaan dari pihak manapun. Dan menurut Hukum, baru dapat dikatakan “Persetubuhan”, apabila anggota kelamin pria telah masuk kedalam anggota kemaluan wanita demikian rupa sehingga akhirnya mengeluarkan mani 91 B. Tujuan Tindak Pidana Perzinahan diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dari sejarah orang dapat mengetahui adanya dua pandangan yang berbeda tentang apa sebabnya perzinahan perlu dipandang sebagai suatu perbuatan yang terlarang dan diancam dengan pidana. Dahulunya didalam hukum romawi, hanya wanita sajalah yang dapat dipersalahkan telah melakukan perzinaan, yakni isteri yang dengan melakukan hubungan kelamin dengan orang laki-laki yang bukan suaminya, telah dipandang sebagai suatu perbuatan merugikan hak seorang suami untuk menuntut kesetiaan dari isterinya dalam perkawinan. kemudian perlakuan didepan hukum yang tidak seimbang antara wanita dan pria telah diikuti oleh para pembentuk code penal Prancis, yakni seperti yang masih dapat dijumpai didalam ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 336 sampai dengan pasal 339 Code Penal. 92 91 R Sugandhi, KUHP dan penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional 1980, hal 300 92 P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal. 80 Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan hukum romawi yang memandang wanita mempunyai kedudukan yang rendah didepan hukum dibandingkan dengan pria, hukum Gereja Katolik telah menempatkan kedudukan wanita sederajat dengan kedudukan pria didepan hukum, hingga kemudian perzinaan telah dipandang sebagai suatu dosa yang dapat dilakukan baik oleh pria maupun oleh wanita, dan bagi Gereja telah dipandang sebagai suatu inbreuk op de heilige band van het huwelijk atau sebagai suatu penodaan terhadap ikatan suci dari suatu perkawinan. 93 Inilah awal mula Perzinaan dianggap hanya sebagai Penodaan terhadap ikatan suci perkawinan. Yang kemudian diikuti oleh para pembentuk undang-undang di Negeri Belanda. Dan kemudian menganggap pelaku perzinahan tersebut haruslah orang yang sedang terikat didalam perikatan perkawinan yang sah. Kemudian yang disebut perzinaan oleh pembentuk undang-undang telah dikaitkan dengan adanya suatu hubungan yang sifatnya tetap dan berlangsung dalam tenggang waktu yang relatif lama antara seorang pria yang telah menikah dan seorang wanita yang bukan isterinya atau antara seorang wanita yang telah menikah dengan seorang pria yang bukan suaminya, atau dengan kata lain telah dihubungkan dengan semacam bigami, yang dilakukan baik oleh seorang pria maupun oleh seorang wanita yang masih terikat dalam suatu perkawinan dengan isterinya atau dengan suaminya. 94 93 Ibid, hal. 80-81 94 P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal. 82 Universitas Sumatera Utara Tentang apa sebabnya bigamy itu telah dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, berkatalah Prof. Van Bemmelen dan Prof. van Hantum antara lain, bahwa: 95 “De voornamste redden, waarom bigamie wordt straftbaar gesteld is dezeflde als bij overspel, n.I. om de exclusiviteit van de sexuale verbintenis, welke bij ons en in alle andere monogame landen haar uitdrukking viendt in het huwelijk te bach baschermen.” Artinya: “Alasan yang terutama dari dinyatakannya bigamy itu sebagai perbuatan yang terlarang adalah sama dengan alasan dilarangnya perzinaan, yakni berkenaan dengan sifatnya yang khusus dari perikatan seksual, maka dinegara kita dan dinegara-negara monogam lainnya telah dimaksud untuk memberikan perlindungan bagi perkawinan-perkawinan ” Hal tersebut sebenarnya tidak bisa lepas keterkaitannya didalam keluarga hukum pidana eropa kontinental dan Belanda merupakan Negara yang menganutnya. Penulis ukuran agama Religion Standart tidak suka disebut-sebut oleh pembentuk undang-undang di Kontinen Eropa. Ini dikarenakan masa lampau yang melahirkan doktrin separation of state and church. Ukuran agama, sebagaimana agama itu sendiri, adalah urusan pribadi dimana Negara tidak mau campur tangan. Demikian pula halnya dengan standart moral kurang mendapat saluran dalam hukum pidana, karena pandangan hidup orang Eropa Barat yang 95 . P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal.83 Universitas Sumatera Utara Individualistik. Sepanjang tidak merugikan orang lain, campur tangan pihak lain, termasuk hukum pidana dianggap tidak patut. 96 Awalnya Isu pemisahan antara agama dan negara, atau yang lebih dikenal di Barat dengan istilah the separation of church and state separasi negara dan gereja ini telah menjadi kesepakatan bersama dalam ideologi-politik Barat, dan selanjutnya diterima dalam tatanan ideologi politik dunia yang pro Barat. Para penganut ideologi ini mengakui sendiri bahwa kelahirannya berkaitan erat dengan sejarah konflik peradaban Barat dengan agama Nasrani. mereka kemudian menganggapnya paham ini wajib diterapkan oleh setiap negara modern. Alasannya, asas pokok negara adalah kewarganegaraan, dan mayoritas negara- negara dunia bukanlah milik satu agama tertentu, dan bahkan sebagian warganya boleh jadi atheis. Jadi komitmen negara pada agama tertentu esensinya dianggap sebagai penindasan bagi pemeluk agama lain. Paham ini mengatakan idealnya negara harus menganut paham sekularisme memisahkan antara agama dan negara. Tidak komitmen pada satu agama tertentu, dan tidak pula memerangi agama tertentu. Setiap warga negara bebas memilih agama dan keyakinan yang ia sukai, ia juga bebas menjalankan ritual ibadah apa pun. Selanjutnya Di abad terakhir muncul gerakan intelektual liberal yang menyatakan bahwa Injil bukanlah wahyu Allah, melainkan karya tulis manusia biasa yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya di masa mereka hidup. Jadi, beberapa perkara yang tercantum dalam Injil, seperti dukungan terhadap penyimpangan seksual zina bukanlah ajaran Kristen, tetapi nilai budaya masyarakat masa lalu. Pernyataan ini tidak 96 Eman Sulaeman, Op.Cit, hal 111-112 Universitas Sumatera Utara hanya dilontarkan oleh para politikus dan penguasa, tetapi para tokoh agama dan intelektual Kristen juga menyatakan hal yang sama. Bahkan kaum liberal pun mengakui bahwa sekularisme saat ini tidak lagi netral terhadap agama yang ada, bahkan ia telah berubah menjadi sebuah agama yang dibela oleh para pendukungnya, dan dijadikan senjata memerangi Kristen. 97 Dan nilai-nilai tersebut pun akhirnya berkembang, lalu kemudian dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dengan menganggap perzinahan hanya dilakukan oleh orang yang terikat perkawinan demi untuk menjaga perkawinan seperti maksud yang ditujukan oleh pasal 284 KUHP. Dinegeri Belanda misalnya, jika pada mulanya KUHP Belanda mengenal pasal-pasal yang sebanding dengan 284 overspel dan pasal 292 perbuatan homoseks terhadap orang yang belum dewasa maka pasal-pasal tersebut telah dihapus. 98 Menurut J. M. Van Bammelen, di Belanda, Tindak Pidana perzinahan sebagaimana dirumuskan dalam pasal 284 KUHP di Belanda dimuat dipasal 241 Sr telah dihapuskan berdasarkan Undang-Undang yang dikeluarkan pada tanggal 6 Mei 1971, S.291. menurut J. M. Van Bammelen dan Remmelink, komisi pelapor diparlemen Belanda berpendapat bahwa, jika “Kehormatan Kesusilaan” seseorang tidak dihina didepan umum , maka tidak ada alasan bagi “pembuat 97 Jafar Abu Naufal Notes, Memisahkan Negara Dari Agama, http:lajafar. Wordpress .com20130527memisahkan-negara-dari-agama , diakses pada hari selasa 11 februari 2014 98 Eman Sulaeman, Op.Cit, hal. 112 Universitas Sumatera Utara Undang-Und ang” untuk menilai perbuatan yang dikutuk itu sebagai “kejahatan”, jika ditinjau dari sudut kesusilaan. 99 Hal serupa juga dianut oleh keluarga hukum pidana Common law, seperti Inggris, Amerika Serikat, Canada, Australia, Selandia baru, dan lain-lain. Di Inggris, penghormatan terhadap kebebasan individu membuat konsekuensi negara tidak banyak campur tangan terhadap masalah-masalah yang dianggap merupakan masalah pribadi yang tidak merugikan orang lain. Moralitas masyarakat sosial moriality belaka atau ukuran agama belaka, tanpa adanya suatu akibat yang merugikan orang lain bukanlah dasar untuk mengkualifikasikan suatu perbuatan sebagai tindak pidana. 100 Pandangan tersebut secara jelas dalam Report of the Committee on Homosexual Offence and Prostitution 1957, yaitu laporan dari suatu komite Wolfenden Committee yang bertugas memberikan rekomendasi mengenai masalah homoseksual dan pelacuran. Menurut Wolfenden Committee, fungsi hukum pidana adalah untuk memelihara ketertiban publik, untuk melindungi warga dari apa yang merupakan serangan atau tindakan yang merugikan dan untuk memberikan penjagaan yang cukup melawan pemerasan dan kebusukan orang lain, khususnya kepada mereka yang memiliki posisikondisi yang lemah, karena usia dibawah umur, fisik dan mental yang lemah, memiliki ketergantungan ekonomi dan jabatan tertentu. 101 99 Neng Djubaedah, Op.Cit, hal 68-69 100 Eman Sulaeman, Op.Cit, hal. 113 101 Ibid Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Leden Marpaung didalam bukunya yang berjudul Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya,bahwa; 102 “Dibeberapa Negara selain belanda, misalnya inggris, Amerika Serikat, Perancis dan lain-lain, zina sebagai tindak pidana telah dihapus. Penghapusan zina sebagai tindak pidana jika diamati perkembangan pemikiran dunia, memang suatu hal yang logis, dengan alasan-alasan, antara lain sebagai berikut; 1 Perbuatan zina merupakan perbuatan tercela tetapi jika tujuannya untuk melindungi perkawinan yang sah sehingga diberi sanksi pidana, maka hal tersebut tidak dapat dipertahankan karena rumusan hukum mewajibkan mereka untuk bercerai. Kalau toh, akan bercerai, akan sia-sia memberi pidana pada yang bersangkutan 2 Penegakan terhadap “hak asasi manusia” yang telah berpengaruh luas, sehingga kesamaan hak untuk menikmati seks, dianggap milik setiap manusia yang telah dewasa. Kesamaan antara pria dengan wanita, kesamaan antara suami dengan isteri. Suami isteri hidup berdampingan, sejajar tanpa ada yang merasa lebih tinggi atau lebih berkuasa. 3 Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka seks telah dianggap sebagai suatu kebuutuhan need orang dewasa. Menyadari akan hal ini, pasukantentara yang sedang berperang telah dibagikan kondom, narapidana yang sedang menjalani hukuman telah diberi kesempatan untuk itu. 102 Ibid hal 43 Universitas Sumatera Utara Maka dari itu menurut Harkristuti Harkrisnowo bahwa delik perzinahan dalam KUHP lebih mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di Eropa Barat ketika itu dari pada nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia. 103 Maka dapat diambil pemahaman dari uraian diatas dan seperti yang diungkapkan Prof. van Bemmelen dan Prof. van Hattum, larangan untuk melakukan bigamy dan perzinahan adalah untuk melindungi perkawinan, juga telah dimaksud untuk menjamin adanya kepastian tentang asal-usul seseorang. 104 Dari pandangan tersebut dapat dipahami bahwa Tindak Pidana Perzinahan menurut KUHP hanya bertujuan untuk 2 hal, yakni; 1 Melindungi Perkawinan Seperti yang dikatakan Prof. Van Bemmelen dan Prof. van Hantum sebelumnya bahwa; 105 “Alasan yang terutama dari dinyatakannya bigamy itu sebagai perbuatan yang terlarang adalah sama dengan alasan dilarangnya perzinaan, yakni berkenaan dengan sifatnya yang khusus dari perikatan seksual, maka dinegara kita dan dinegara-negara monogami lainnya telah dimaksud untuk memberikan perlindungan bagi perkawinan-perkawinan ”. 103 Eman Sulaeman, MH., Delik Perzinahan dalam pembaharuan hukum pidana di Indonesia, Semarang : Walisongo Press 2008 hal 111 104 P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal. 83 105 . Ibid, hal.83 Universitas Sumatera Utara 1. Menjamin adanya kepastian tentang asal-usul seseorang Prof. van Bammelen dan Prof. van Hattum mengatakan jika perzinahan tidak dilarang, banyak terjadi banyak kelahiran anak yang asal usulnya tidak jelas. Karena masalah kelahiran seorang anak itu tidak dapat dilepaskan dari selesainya suatu proses pembuahan sel telur seorang wanita oleh sperma seorang pria, sedangkan untuk selesainya proses pembuahan seperti itu sebenarnya tidak diperlukan adanya suatu tenggang waktu yang lama. 106 C. Pengaturan Tindak Pidana Perzinahan didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tindak Pidana Perzinahan didalam KUHP diatur didalam Bab II mengenai Kejahatan khususnya didalam pasal 284 KUHP, adapun bunyinya sebagai berikut; 107 1 “Dihukum Penjara selama-lamanya Sembilan bulan : 1e. a Laki-laki yang beristeri, berbuat Zina, sedang diketahuinya pasal 27 KUHPerdata sipil berlaku padanya: b Perempuan yang bersuami berbuat Zina: 2e. a Laki-laki yang melakukan perbuatan tersebut, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami: b Perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan itu, sedang diketahuinya bahwa kawannya itu bersuami. 106 Ibid, hal. 84 107 R. Soesilo, Op.Cit, hal . 208 Universitas Sumatera Utara 2 Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suamiistri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga. 3 Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75. 4 Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai. 5 Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. Dari bunyi pasal tersebut, maka unsur-unsur Tindak Pidana Perzinahan antara lain, yakni; Dapat dilihat unsur mengenai Tindak Pidana perzinahan yang dirumuskan pada ayat 1 diatas sudah mencakup 4 empat larangan, yakni; 1. Seorang laki-laki yang sudah kawin melakukan zina, padahal pasal 27 BW berlaku baginya; 2. Seorang perempuan yang sudah kawin melakukan zina, padahal pasal 27 BW berlaku baginya; 3. Seorang laki-laki turut berzina dengan seorang perempuan yang diketahuinya telah kawin; Universitas Sumatera Utara 4. Seorang perempuan yang turut berzina dengan seorang laki-laki yang diketahuinya bahwa pasal 27 BW berlaku baginya. Jadi dapat dikatakan bahwa laki-laki atau perempuan yang melakukan zina harus memenuhi 3 syarat esensial, yakni: 1. Melakukan persetubuhan dengan perempuan dan laki-laki yang bukan merupakan isteri dan suaminya; 2. Baginya berlaku pasal 27 BW; 3. Dirinya sedang terikat perkawinan Dan apabila pada laki-laki atau perempuan yang melakukan zina itu tidak berlaku pasal 27 BW, sedangkan perempuan atau laki-laki yang menjadi kawannya melakukan zina itu tunduk pada pasal 27 BW, dan diketahuinya bahwa laki-laki atau perempuan yang berzina itu tunduk pada BW, kualitasnya bukanlah melakukan kejahatan zina, akan tetapi “turut serta” melakukan zina, yang dibebani tanggung jawab yang sama dengan si pembuat zina itu sendiri. Turut serta melakukan zina ini, dilihat dari pasal 55 ayat 1 KUHP adalah sebagai pembuat peserta mede pleger. 108 Pada saat itu pembentuk undang-undang mengadakan diskriminasi antara orang yang tunduk pada BW orang-orang Eropa dan orang Cina dengan orang- orang lainnya terutama penduduk asli Indonesia, yang pada umumnya orang- orang beragama Islam yang tidak tunduk pada asas monogami. Oleh karena itu, penduduk asli Indonesia atau lainnya yang beragama Islam, tidak dapat dipidana 108 Adami Chazawi, Op.Cit, hal. 57 Universitas Sumatera Utara melakukan zina, tetapi hanya dapat dipidana karena turut serta melakukan zina dalam hal kawannya bersetubuh itu telah bersuami dan Pasal 27 BW berlaku baginya. Kedudukan kejahatan zina seperti diterangkan di atas telah diberikan isi tafsiran yang lain oleh Mahkamah Agung melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No. 8 Tahun 1980 tanggal 31 Desember 1980, yang pada dasarnya berisi hal-hal sebagai berikut; 109 a. Seorang suami yang tidak tunduk pada Pasal 27 BW yang tidak ada izin beristri lebih dan seorang menurut Pasal 3, jo 4, dan 5 UU No. 1 Tahun 1974 berlaku pula asas monogami seperti yang terdapat pada Pasal 27 BW; b. Pasal 284 ayat 1 huruf a KUHP berlaku pula terhadap para suami yang tidak tunduk pada Pasal 27 BW dan tidak ada izin dan Pengadilan Agama untuk benistni lebih dan seorang, yang melakukan perzinaan sesudah berlakunya Undang-Undang Pokok Perkawinan; Maka dengan kata lain Seseorang dapat dikatakan “turut serta” didalam Tindak Pidana perzinahan ini, memerlukan 4 syarat, yakni: 1. Melakukan persetubuhan tersebut dengan perempuan atau laki-laki yang bukan suami atau bukan isterinya. Orang ini tidak harus sudah menikah 2. Dia tidak tunduk pada pasal 27 BW 3. Rekannya yang melakukan persetubuhan dengannya tunduk pada pasal 27 BW 109 Budiyanto, zina, http:budi399.wordpress.com20091022zina, diakses pada hari Sabtu 5 April 2014 Universitas Sumatera Utara 4. Dia mengetahui bahwa temannya yang melakukan persetubuhan dengannya tersebut tunduk pada pasal 27 BW Unsur kesalahan atau kesengajaan Sementara itu, apabila baik laki-lakinya maupun perempuannya tidak tunduk pada pasal 27 BW, kedua-duanya, baik laki-lakinya maupun perempuannya tidaklah melakukan kejahatan zina, dengan demikian juga tidak ada yang berkualitas sebagai pembuat pesertanya. Begitu juga apabila baik laki- lakinya maupun perempuannya tidak sedang terikat perkawinan artinya sedang tidak beristeri atau bersuami walaupun dirinya tunduk pada pasal 27 BW, maka kedua-duanya laki-laki atau perempuannya yang bersetubuh itu tidak melakukan zina maupun turut serta melakukan zina. Pasal 27 BW adalah mengenai asas monogamy, dimana dalam waktu yang bersamaan seseorang laki-laki hanya boleh dengan satu isteri, dan seorang perempuan hanya boleh dengan satu suami. 110 Kemudian KUHP mengkategorikan Pasal 284 KUHP perzinahan tersebut sebagai delik aduan absolut yang mengharuskan perbuatan tersebut hanya dapat dikatakan sebag ai “kejahatan” apabila ada pengaduan dari yang dirugikan. Karena perzinahan hanya dianggap ”sebagai suatu penodaan terhadap ikatan suci dari suatu perkawinan ” maka cakupan yang dirugikan menurut KUHP yaitu hanya mencakup suami atau isteri dari orang yang melakukan perzinahan tersebut. Bahkan apabila perbuatan zina tersebut disetujui oleh suami isteri dari sipelaku zina, maka perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai s uatu “kejahatan”. 110 Ibid, hal. 58 Universitas Sumatera Utara Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung KUHP sendiri melegalkan adanya kegiatan pelacuran. Hal ini sebagaimana dapat dilihat di Hoge Raan dalam arrest-nya tanggal 16 Mei 1946, NJ 1946 No. 523 antara lain telah memutuskan bahwa: 111 “Tidak termasuk dalam pengertian zina yakni mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, yang dilakukan dengan persetujuan suami dari pihak ketiga tersebut. Perbuatan itu bukan merupakan perbuatan yang menodai kesetiaan dalam perkawinan. Dalam hal ini, suami tersebut merupakan seorang germo, yang telah membuat isterinya menjadi seorang pelacur. Ia telah menyetujui cara hidup yang ditempu oleh isterinya tanpa syarat”. Selanjutnya mengenai pasal 72, 73 KUHP menentukan kemungkinan dalam hal-hal tertentu maka keluarga korbanwali dapat melakukan pengaduan untuk mewakili si korban. Pasal ini tidak berlaku terhadap ketentuan pasal 284, karena Tindak Pidana perzinahan didalam KUHP menentukan sifat delik yang absolut dimana hanya suami atau istrinya saja yang berhak melakukan pengaduan. Kemudian pasal 75 KUHP menentukan batas waktu penarikan pengaduan selama tiga bulan sejakdilakukannya pengaduan, pasal ini pun tidak berlaku terhadap ketentuan pasal 284, karena pasal 284 memberikan pengaturan tersendiri bahwa pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang belum dimulai Pasal 284 ayat 4 KUHP. 112 111 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal 87 112 Eman Sulaeman, Op.Cit, hal 101 Universitas Sumatera Utara Dan yang dimaksud dengan persetubuhan atau persetubuhan, hoge raad dalam pertimbangan hukum suatu arrestnya 5-2-1912 menyatakan bahwa “persetubuhan adalah perpaduan antara alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan yang biasanya dilakukan untuk memperoleh anak, dimana alat kelamin laki-laki masuk kedalam alat kelamin perempuan yang kemudian mengeluarkan mani”. Sampai kini pengertian bersetubuh seperti itu tetap dipertahankan dalam praktik hukum. Apabila alat penis tidak sampai masuk kedalam vagina walaupun telah mengeluarkan air mani, atau masuk tetapi tidak sampai keluar sperma, menurut pengertian bersetubuh seperti itu, maka belumlah terjadi persetubuhan. Namun telah terjadi percobaan persetubuhan, dan menurut ketentuan pasal 53 telah dapat dipidana karena telah masuk percobaan berzina. 113 D. Tindak Pidana Perzinahan didalam Yurisprudensi 1. Hoge Raan dalam arrest-nya tanggal 16 Mei 1946, NJ 1946 No. 523 antara lain telah memutuskan bahwa: 114 “Tidak termasuk dalam pengertian zina yakni mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, yang dilakukan dengan persetujuan suami dari pihak ketiga tersebut. Perbuatan itu bukan merupakan perbuatan yang menodai kesetiaan dalam perkawinan. Dalam hal ini, suami tersebut merupakan seorang germo, yang telah membuat isterinya menjadi seorang pelacur. Ia telah menyetujui cara hidup yang ditempu oleh isterinya tanpa syarat”. 113 Ibid, hal 59 114 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal 87 Universitas Sumatera Utara Putusan ini memperlihatkan nilai-nilai yang bertentangan dengan masyarakat Indonesia yang BerKeTuhan, selain secara tidak langsung melegalkan prostitusi, putusan ini juga memiliki kelemahan yaitu bagaimana apabila wanita yang dizinahi ternyata hamil akibat perbuatan zinah tersebut, dan ternyata isteri dari laki-laki yang menghamili wanita tersebut tidak melakukan pengaduan? 2. Hoge Raan dalam arrest-nya tanggal 24 oktober 1933, 379, W, 12557, yakni; 115 “Kejahatan ini hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan. Hal mana bukan disebabkan karena ada hubungan pribadi antara suami dengan para pelaku melainkan karena adanya sifat yang khusus mengenai kejahatan ini. Setiap orang yang tersangkut didalamnya dalam bentuk “pemberian bantuan” ataupun orang yang telah menggerakkan mereka sehingga kejahatan tersebut dapat ter jadi, hanya dapat dituntut karena ada pengaduan” 3. M.A 19 Maret 1955 No. 52 KKr1953, yakni; 116 “Pasal 284 KUHP itu merupakan suatu “absolut klachtdelict”, sehingga pengaduan terhadap laki-laki yang melakukan perzinahan juga merupakan pengaduan terhadap isteri yang berzina, sedang jaksa berwenang untuk atas azas oportunitas hanya mengadakan penuntutan terhadap salah seorang dari mereka” Dengan dinyatakan sebagai delik aduan absolut, seolah-olah memberi peluang dan memberikan dasar pembenaranlegitimasi kepada seseorang 115 P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia Bandung: Sinar Baru 1976, hal. 122 116 Ibid Universitas Sumatera Utara terutama suami untuk merasa bebas melakukan perzinahan. Jadi kebijakan menetapkan delik perzinahan sebagai delik aduan absolut dapat menjadi “faktor kriminogen”, yaitu memberi peluang untuk seseorang melakukan perzinahan. Terutama dalam kondisi masyarakat Indonesia dimana yang sebagian besar kedudukan isteri lebih lemah daripada suami suami yang memberikan nafkah. 4. MA 19 Maret 1953 No. 52 KKr1953, yakni; 117 Suatu pengaduan perihal kejahatan perzinahan overspel, yang oleh suami hanya dimajukan terhadap silelaki yang melakukan perzinahan itu. Tidaklah mungkin berhubung dengan sifat yang tidak dapat dipisahkan onsplitsbaarheid dari pengaduan itu pendapat Jaksa Agung. Pengaduan semacam ini berarti pengaduan juga terhadap isteri yang melakukan perzinahan, tetapi Penuntut Umum leluasa untuk tidak menuntut siisteri itu berdasarkan asas opportunitet pendapat Mahkamah Agung. Dalam hal asas opportuniteit ini juga menjadikan suatu peran penuntut umum yang berlebihan didalam lanjut atau tidak diprosesnya pelaku Tindak Pidana Perzinahan, karena dia diberikan kewenangan untuk itu 5. MA 19 November 1977 No. 93 KKr1976, yakni; 118 “Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus perbuatan yang menurut hukum adat dianggap sebagai perbuatan pidana yang mempunyai perbandingan dalam KUHP. Delik adat Zina merupakan 117 Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP dilengkapi yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad Jakarta: RajaGrafindo Persada 2003, hal. 171 118 Ibid Universitas Sumatera Utara perbuatan terlarang mengenai hubungan kelamin antara pria dan wanita, terlepas dari tempat umum atau tidak perbuatan tersebut dilakukan seperti diisyaratkan oleh pasal 281 KUHP, ataupun terlepas dari persyaratan apakah salah satu pihak itu kawin atau tidak seperti dimaksudkan oleh pasal 284 KUHP” Sebenarnya melihat putusan tersebut diatas dapat terlihat bahwa Mahkamah Agung telah sedemikian jauh menafsirkan pengertian zina, disini Mahkamah Agung memperluas makna zina yang tidak terbatas pada makna menurut KUHP saja, akan tetapi juga makna zina menurut Hukum Adat. Ini tentunya memberikan indikasi apabila Mahkamah Agung juga dapat melihat bahwa bunyi pasal yang terdapat didalam KUHP memiliki nilai-nilai yang sangat asing dan bertentangan dengan masyarakat Indonesia. E. Tindak Pidana Perzinahan didalam Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana RUU KUHP Didalam RUU Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tahun 2012, Tindak Pidana Perzinaan diatur didalam pasal 483, dibagian keempat Bab XVI mengenai Tindak Pidana Kesusilaan Buku Kedua. Adapun bunyi pasalnya sebagai berikut; 119 F. Pasal 483 1 Dipidana karena zina, dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun: 119 Lihat RUU KUHP Tahun 2012 Universitas Sumatera Utara a. laki-laki yang berada dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan yang bukan istrinya; b. perempuan yang berada dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan laki-laki yang bukan suaminya; c. laki-laki yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan perempuan, padahal diketahui bahwa perempuan tersebut berada dalam ikatan perkawinan; d. perempuan yang tidak dalam ikatan perkawinan melakukan persetubuhan dengan laki-laki, padahal diketahui bahwa laki-laki tersebut berada dalam ikatan perkawinan; atau e. laki-laki dan perempuan yang masing-masing tidak terikat dalam perkawinan yang sah melakukan persetubuhan. 2 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan suami, istri, atau pihak ketiga yang tercemar. 3 Terhadap pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku ketentuan Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 28. 4 Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan di sidang pengadilan belum dimulai. Penjelasan pasal 483 ini didalam rancangan penjelasannya mengatur mengenai tindak pidana permukahan, dengan tidak membedakan antara mereka yang telah kawin dan yang belum kawin. Begitu pula tidak dibedakan antara laki- Universitas Sumatera Utara laki dan perempuan dalam melakukan tindak pidana tersebut. 120 Sama halnya dengan pasal 284 yang menjadikan perzinaan menjadi delik aduan, pasal 483 ayat 2 RUU KUHP ini pun mengkategorikan perzinaan menjadi delik aduan, namun lebih memperluas pihak yang dapat mengadukan perbuatan zina tersebut dengan memasukkan Pihak ketiga yang tercemar”. Maka dapat dipahami dengan melihat bunyi pasal 483 RUU KUHP Tahun 2012 tersebut, bahwa sebenarnya para pembuat kebijakan menganggap bunyi pasal yang mengatur mengenai perzinaan yang berlaku saat ini pasal 284 KUHP sudah tidak relevan dengan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat Indonesia. 120 Lihat Rancangan Penjelasan RUU KUHP Tahun 2012 Universitas Sumatera Utara BAB III PENGATURAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN MENURUT HUKUM ISLAM Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Zina Didalam Hukum Islam diatur didalam al-jinayat atau disebut juga hukum Pidana Islam, yang mana pengaturannya didalam Hukum Islam khusus masuk kedalam kategori jarimah hudud. Karena hukumannya telah ditetapkan baik bentuk maupun jumlahnya oleh syara‟. Ia menjadi hak Allah Tuhan Semesta Alam. Dan hakim tidak mempunyai kewenangan untuk mempertinggi atau memperendah hukuman bila pelaku telah terbukti melakukan zina tersebut. Secara bahasa, hudud adalah bentuk jamak dari had, artinya larangan. Biasa juga digunakan sebagai kata yang bermakna “pembatas antara dua hal”, atau “yang membedakan sesuatu dari selainnya”. 121 Sedangkan hukuman- hukuman yang dilaksanakan disebut had, karena berfungsi untuk mencegah agar perbuatan yang salah itu tidak terulang lagi. Had juga diartikan dengan ukuran- ukuran. Ketentuan hukum-hukum tersebut bersumber dari syariat Islam. Dan had juga dinisbatkan kepada pelaku maksiat. 122 Dan Hukuman-hukuman itu disebut 121 Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 5, Jakarta: Pustaka at-Tazkia 2008, hal. 3 122 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash- Shan‟ani, Subulus Salam Jilid 3, Jakarta: Darus Sunnah Press 2008, hal. 312 Universitas Sumatera Utara hudud hukuman hadd, karena hukuman-hukuman tersebut bisa mencegah seseorang jatuh kedalam tindak kejahatan atau perbuatan dosa. 123 A. Pengertian Zina Didalam Hukum Islam zina dikategorikan sebagai suatu perbuatan keji dan kotor, hal ini sebagai mana yang terdapat didalam Firman Allah SWT “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,” QS. Al-Isra: 32 “Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak ataupun yang bersembunyi” QS. Al-Maidah:33 Adapun definisi zina menurut 5 Mazhab yakni; 124 1. Menurut Ulama Malikiyah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan mukallaf yang menyetubuhi farji anak Adam yang bukan miliknya secara sepakat tanpa ada syubhat dan disengaja. 2. Menurut Ulama Hanafiyah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan lelaki yang menyetubuhi perempuan didalam kubul tanpa ada milik dan menyerupai milik. 3. Menurut Ulama Syafi‟iyah mendefinisikan bahwa zina adalah memasukkan zakar kedalam farji yang haram tanpa ada syubhat dan secara naluri mengundang syahwat. 123 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7, Jakarta : Gema Insani dan Darul Fikir 2007, hal 257 124 Ahsin Sakho Muhammad dkk, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jakarta: Kharisma Ilmu - , hal 153-154 Universitas Sumatera Utara 4. Menurut Ulama Hanabilah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan keji pada kubul atau dubur dan 5. Ulama Zahiriyah mendefinisikan bahwa zina adalah menyetubuhi orang yang tidak halal dilihat, padahal ia tahu hukum keharamannya, atau persetubuhan yang diharamkan. Dan didalam Hukum Islam dibedakan antara pelaku zina yang belum menikah perjaka atau perawan Ghairu Muhshan dan pelaku zina yang sudah berada didalam status menikah atau pernah menikah Muhshan. Hukum Islam meringankan hukuman bagi lajang dan memberatkan hukuman bagi muhsan. Hukum Islam menghukum lajang dengan dera dan diasingkan, sedangkan muhsan didera dan dirajam. Makna rajam disini adalah hukuman mati dengan cara dilempari batu dan yang sejenisnya. 125 B. Dasar Hukum Tindak Pidana Perzinahan menurut Hukum Islam Dasar hukum Tindak Pidana Perzinahan didalam Al- Qur‟an dan Hadits; “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,” QS. Al-Isra: 32 Dalam ayat ini Allah SWT menyipati zina dengan kata “keji” tanpa ada batasan sebelum atau sesudah diturunkannya larangan. Abu Bakar al-Jashash mengomentari, “pada ayat ini terdapat dalil, bahwa zina adalah kotor menurut akal 125 Ibid, hal. 181 Universitas Sumatera Utara sebelum turunnya larangan tersebut, karena Allah SWT menyipatinya dengan “keji” tanpa membatasi setelah atau sebelum larangan ini turun. 126 Dan Ib nu Qayyim menjelaskan, “Firman Allah SWT yang berbunyi; “Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak ataupun yang bersembunyi” QS. Al-Maidah:33 Ia mengatakan bahwa ini menjadi dalil bahwa inti dari perbuatan zina adalah keji dan tidak bisa diterima oleh akal. Dan hukuman zina dikaitkan dengan sifat kekejiannya itu. 127 Syaikh Abdurrahman bin Nashir as- sa‟di juga berkomentar, “Allah SWT telah mengkategorikan zina sebagai perbuatan keji dan kotor. Artinya zina dianggap keji menurut syara‟, akal dan fitrah karena merupakan pelanggaran terhadap hak Allah, hak isteri, hak keluarganya atau suaminya, merusak kesucian pernikahan, mengacaukan garis keturunan, dan melanggar tatanan lainnya. 128 “Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya,” QS, Al-Baqarah: 229 Dan juga dinisbatkan kepada perbuatan yang telah ditentukan hukumnya berdasarkan firman Allah, 126 Fadhel IIahi, Zina Problematika Solusinya,Jakarta: Qisthi Press 2005, hal. 29 127 Ibid 128 Ibid Universitas Sumatera Utara “ Dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” QS. Ath- Thalaq:1 Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit r.a, ia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “Laksanakanlah hukuman-hukuman Allah baik terhadap kerabat maupun orang lain, dan janganlah kalian meenghiraukan celaan orang lain dalam menjalankan perint ah Allah”. Ibnu Majah; 2540 hadits hasan Dengan kata lain, hukuman tersebut bentuk dan ukurannya telah ditentukan dan ditetapkan oleh agama berdasarkan nash-nash yang Sharih jelas, eksplisit. Laki-laki maupun perempuan yang telah menikah akan kehilangan hak hidup karena berzina. Diriwayatkan oleh muslim, dari Abdullah bin Mas‟ud ra, Rasulullah SAW Bersabda; “Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada Ilahi selain Allah dan aku adalah utusan Allah kecuali karena salah satu dari tiga perkara berikut: Orang yang sudah menikah berzina, membunuh orang lain, meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jama‟ah” 129 129 Fadhel IIahi, Op.Cit. hal. 37 Universitas Sumatera Utara Keduanya dirajam dengan batu hingga merasakan sakit disekujur tubuhnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah r.a, Rasulullah SAW Bersabda; “Anak adalah didasarkan pada tempat tidur dinasabkan kepada bapaknya yang sah dan pezina dirajam dengan batu”. 130 Jika keduanya belum menikah, maka cukup dicambuk 100 kali. Allah SWT Berfirman; “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap- tiap seorang dari keduanya seratus kali deraan, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat” QS. An-Nur: 2 Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit ra, ia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda; “Ambillah dariku. Ambillah dariku. Allah telah menetapkan ketentuan bagi mereka: perjaka yang berzina dengan perawan hukumannya dicambuk seratus kali dan dibuang selama setahun, dan laki-laki yang sudah menikah yang berzina dengan perempuan yang sudah menikah hukumannya adalah dicambuk seratus kali dan dirajam. Shahih Muslim No.1690 130 Ibid Universitas Sumatera Utara Para Ulama Umat Telah sepakat atas wajibnya menegakkan hudud terhadap orang yang melakukan perbutan yang mengakibatkan adanya hukuman ini, dan tidak seorang pun yang berbeda pendapat mengenai hal itu. 131 a. Zina menurut para ulama Dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu berkata, ” Ada seorang muslim menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau sedang berada di masjid. Ia menyeru beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina.” Beliau berpaling darinya dan orang itu menghadap berputar menghadap wajah beliau, lalu berkata, “Wahai Rasulullah sungguh aku telah berzina.” Beliau memalingkan muka lagi, hingga orang itu mengulang ucapannya empat kali. Setelah ia bersaksi dengan kesalahannya sendiri empat kali, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memanggilnya dan bersabda, “Apakah engkau gila?” Ia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah engkau su dah menikah? Ia menjawab “Ya”. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “bawalah dia dan rajamlah” Muttafaq Alaihi. 132 Dalam Hadits Ibnu Abbas, “Mungkin kamu hanya mencium atau menyentuh saja”, Apakah kamu menidurinya? Ia menjawab “Ya” Lalu berkata, “Apakah kulitmu bersentuhan dengan kulitnya?” dia menjawab “Ya”. Lalu bertanya “Apakah kamu benar-benar menggaulinya?” Ia menjawa, “Ya”. Dalam hadits ibnu Abbas lainnya diterangkan, “Apakah kamu membaringkannya?” Ia menjawab, “Ya, tidak ada penghalang antara kami” 133 131 Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 5, Jakarta : Pustaka at-Tazkia 2008, hal 6 132 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-S han‟ani, Op.Cit. 343-344 133 Ibid Universitas Sumatera Utara Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda; “Pena Pentaklifan diangkat dari tiga kategori orang, yaitu anak kecil hingga dewasa, orang yang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh”. 134 Hadits ini memiliki redaksi lain, yaitu; “Sesungguhnya Allah mengampuni umatku dari tiga perkara, kekeliruan, kelupaan, dan sesuatu yang dipaksakan mereka untuk melakukannya”. Imam Nawawi mengatakan, hadits ini adalah hasan. 135 Imam Malik, asy- Syafi‟I, Ahmad bin hanbal berpendapat bahwa persetubuhan yang diharamkan, baik dalam kubul maupun dubur, pada laki-laki maupun perempuan, hukumnya sama. Pendapat ini juga disepakati oleh Muhammad dan Abu Yusuf, murid Imam Abu Hanifah. Alasan mereka menyamakan persetubuhan dubur dan zina dalam suatu makna sehingga wajibnya hukuman hudud adalah adanya persetubuhan yang diharamkan. Ia termasuk zina, terutama Al- Qur‟an telah menyamakan keduanya. Allah S.W.T Berfirman kepada kaum Nabi Luth, 136 “…Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji homosek sual…” QS. Al-Ankabut ; 28 “Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesame lelaki bukan kepada perempuan…” QS. Al-A‟raf: 81 134 Wahbah Az-Zuhaili, Op. Cit. hal 304 135 Ibid 136 Ahsin Sakho Muhammad dkk, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid IV, Op.Cit. 155-156 Universitas Sumatera Utara ”Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji diantara perempuan- perempuan kamu…” QS. An-Nisa: 15 “dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji diantara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya …” QS. An-Nisa:16 Allah menjadikan persetubuhan dalam dubur maupun kubul sebagai perbuatan keji. Namun Allah menamai salah satunya dengan nama lain. Selain rukun dan syarat yang sudah dijelaskan diatas, perbuatan zina tersebut haruslah disaksikan langsung oleh 4 empat orang saksi. Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan para ahli fiqih bahwa hukuman dapat ditetapkan dengan pembuktian kesaksian, bila syarat-syaratnya terpenuhi. Mengingat karena bahayanya menuduh zina dan sedemikian besar akibat yang ditimbulkannya. 137 Allah SWT Berfirman; “Dan terhadap para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu yang menyaksikannya. QS. An- Nisa: 15 Berbeda halnya dengan KUHP yang mengkhususkan hanya siisteri atau sisuami pelaku zina saja yang boleh mengadukan perbuatan zina tersebut. Menurut Hukum Islam siapa saja bisa mengadukan perbuatan zina tersebut. Baik laki-laki maupun perempuan seperti yang dikatakan Muhammad bin Hazm Rahimullah. 138 137 Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Op.Cit, hal 50 138 Ibid hal 52 Universitas Sumatera Utara Kerana menurut Hukum Islam yang dirugikan dari perbuatan zina tersebut bukan hanya merugikan sisuami atau siisteri pelaku zina saja, namun juga merugikan masyarakat disekitarnya. karena murka Allah S.W.T akan turun kepada kaum yang membiarkan perzinahan hingga mereka semua binasa. Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas r.a: Rasulullah s.a.w. bersabda; “zina dan riba telah merebak disuatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan diri mereka d itimpa adzab Allah”. 139 C. Tujuan dan Manfaat dilarangnya perzinahan menurut Hukum Islam Para ahli Hukum Islam mengklasifikasi tujuan-tujuan yang luas dari syari‟ah untuk menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan tujuan pertama dan utama dari syariah. Apabila ada dari kebutuhan-kebutuhan ini tidak terjamin, akan terjadi kekacauan dan ketidak tertiban dimana-mana. Kelima 5 kebutuhan hidup yang primer ini daruriyat dalam kepustakaan Hukum Islam disebut dengan istilah al-maqasid al- syari‟ah al-khamsah tujuan-tujuan syariah, yaitu: 140 a. Memelihara agama hifzh al-din b. Memelihara Jiwa hifzh al-nafsi c. Memelihara akal pikiran hifzh al-„aqli d. Memelihara Keturunan hifzh al-nashli e. Memelihara harta hifzh al-mal 139 Fadhel IIahi, Op.Cit, hal. 35-36 140 Topo Santoso, Op. Cit hal 134-135 Universitas Sumatera Utara Dan salah satu perbuatan yang dapat menjadikan kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi tidak terjamin, karena perbuatan zina dapat merusak keturunan, akal pikiran dan mengancam jiwa terjadi pertumpahan darah, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kekacauan. Para agamawan dari agama mana pun pasti sepakat bahwa zina hukumnya haram dan tidak ada satupun agama yang memperbolehkannya. 1. Menjaga keturunan Islam menganjurkan kepada umatnya agar menikah karena ia merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan biologis. Disamping itu, pernikahan merupakan cara yang paling ideal bagi suami dan isteri untuk mendapatkan keturunan yang dapat mereka bina secara langsung. Keduanya pun memiliki komitmen untuk menjaga buah akad mereka, menaburkan benih-benih cinta, kasih sayang, kebaikan, kemurahan hati, kesucian, kemuliaan, ketinggian harga diri, dan kemuliaan jiwa; dengan tujuan agar keturunan mereka dapat bangkit dalam menghadapi kehidupan mereka dan memberi kontribusi positif dalam membangun dan meningkatkan kualitas hidup. 141 Menurut Prof. DR. Fadhel IIahi didalam bukunya yang berjudul Zina Problematika Solusinya, ia menyebutkan bahwa perbuatan zina dapat mengakibatkan kejahatan lainnya, banyaknya tindak kejahatan adalah konsekuensi logis dari praktik seks bebas. Karena kebebasan seks melahirkan anak-anak haram, yang kehilangan cinta dan belaian kasih sayang sehingga 141 Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Fiqih Sunnah jilid4 Jakarta: Cakrawala Publishing 2009, hal.229 Universitas Sumatera Utara mereka tumbuh dengan perasaan terbuang dan disingkirkan, lalu tumbuhlah dihatinya keinginan untuk menyakiti orang lain. 142 Anak yang seharusnya mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dapat dimasukkan ke dalam pemeliharaan atas agama mendapatkan pendidikan akhlaqul karimah dan pemeliharaan atas akal, dan seterusnya. Sebagaimana kita ketahui, kehormatan seseorang seringkali dikaitkan dengan keturunan siapakah dia. Dan jika seorang anak dikenal sebagai anak tak berbapak, maka hampir pasti ia akan mengalami masalah besar dalam pertumbuhan kepribadiannya kelak karena ketidak jelasan status keturunan. Maka demi menjaga hal tersebut, Islam melarang seseorang menghapus nasabnama keturunan dari ayah kandungnya. Selain masalah psikologis dan perkembangan kepribadian anak, masalah nasab atau keturunan juga berkaitan dengan muharramat yaitu aturan tentang wanita-wanita yang haram dinikahi dianggap incestmenikah seketurunan. 143 Selanjutnya perzinahan dapat menyianyiakan ikatan nasab dan pemilikan hak harta waris pada orang yang tidak semestinya menerima ketika ada pembagian harta warisan. 144 Dan didalam praktik perzinahan, ada pembebanan bagi seorang suami yang isterinya melakukan hubungan dengan orang lain. Sebab, bisa jadi perzinahan yang dilakukannya menyebabkan kehamilan sehingga 142 Fadhel IIahi, Op.Cit., hal 66-67 143 Kang Imam99, Nasab dan urgensinya dalam Islam, http:imamrusly. Wordpress .com20120420nasab-dan-urgensinya-dalam-islam , diakses pada hari jum‟at 7 februari 2014 144 Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Op.Cit, hal. 230 Universitas Sumatera Utara suaminya yang akan menanggung beban untuk mendidik anak yang sebenarnya bukan darah daging keturunannya. 145 Melihat pertimbangan-pertimbangan tersebutlah Hukum Islam memandang bahwa pentingnya kejelasan keturunan. Maka dari itu salah satu alasan perbuatan Zina dilarang didalam Hukum Islam, Karena perbuatan keji ini dapat mengakibatkan anak-anak yang terlahir dengan ketidak jelasan anak zina. Akan tetapi bukan berarti didalam islam mendiskriminasikan anak tersebut, karena anak tersebut tetap lahir didalam keadaan bersih dan suci dari dosa. Adapun Firman Allah yang menegaskan bahwa seseorang itu tidak memikul dosa orang lain, demikian juga anak hasil zina tidak memikul dosa pezina, sebagaimana firman-Nya: “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam dadamu. QS. Al-Zumar: 7 Anak zina adalah anak yang lahir dari hasil hubungan kelamin tanpa pernikahan. Biasa juga disebut dengan anak tidak sah, karena dilahirkan diluar perkawinan yang sah, atau disebut juga dengan anak haram, karena perbuatan zina yang dilakukan oleh orang yang menyebabkan kelahirannya adalah perbuatan keji yang dihar amkan oleh syara‟. Dan Menurut Hukum Islam kedudukan hukum bagi anak zina tidak bernasab kepada laki-laki yang melakukan zina terhadap ibunya, 145 Ibid Universitas Sumatera Utara ia tidak mengikuti nasab laki-laki pemilik sperma yang menyebabkan kelahirannya, tetapi nasabnya hanya mengikuti kepada ibu yang melahirkannya. Maka hal ini berakibat pula pada hilangnya kewajibantanggung jawab ayah. Antara keduanya dianggap sebagai orang lain. 146 2. Menjaga akal pikiran Menurut Prof. DR. Fadhel IIahi didalam bukunya yang berjudul Zina Problematika Solusinya, ia menyebutkan bahwa perbuatan zina dapat mengakibatkan kejahatan lainnya, banyaknya tindak kejahatan adalah konsekuensi logis dari praktik seks bebas. Karena kebebasan seks melahirkan anak-anak haram, yang kehilangan cinta dan belaian kasih sayang sehingga mereka tumbuh dengan perasaan terbuang dan disingkirkan, lalu tumbuhlah dihatinya keinginan untuk menyakiti orang lain. Ketika sudah remaja muncullah kecenderungan untuk merampas kehormatan orang lain, mencuri dan membunuh. 147 Kemudian ia menambahkan bahwa zina tersebut merupakan induk berbagai tindakan criminal. Banyak kasus pencurian yang motifnya ingin mendapatkan uang dengan mudah untuk membayar pelacur yang ia inginkan. Banyak kasus pembunuhan hanya karena dilatarbelakangi ingin melampiaskan nafsu birahi saja, oleh karena itu, jika zina diperbolehkan, yang ada seorang laki- laki akan terus melakukan hubungan seksusal dengan wanita yang menarik hatinya, baik wanita itu rela maupun tidak. Selanjutnya ia akan menggunakan berbagai cara untuk melampiaskan keinginannya tanpa memperhatikan undang- 146 Iman Jauhari, Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam, Jakarta : Pustaka Bangsa 2003, hal 11-12 147 Fadhel IIahi, Op.Cit., hal 66-67 Universitas Sumatera Utara undang dan tatanan moral ”. 148 Atau dapat dikatakan secara tidak langsung zina menjadi pintu pembuka kejahatan lain yang dapat merusak pikiran disaat syahwat dan nafsu sudah terbiasa disalurkan dengan membayar pelacur, dan setelah ia tidak memiliki uang dan disaat itu pula syahwat dan nafsunya memuncak, maka pikirannya akan menjadi terganggu dan ia akan berusaha melampiaskannya dengan cara apapapun walaupun dengan cara memperkosa. Menurut data yang diambil dari NationMaster.com, yang bertujuan untuk membandingkan grafik dari negara-negara diberbagai belahan dunia, dan merupakan kompilasi data dari sumber-sumber seperti CIA World Factbook, PBB, dan OECD Organisation for Economic Co-operation and Development . Adapun perbandingan mengenai kekerasan seksual pemerkosaan diberbagai negara dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 149 Tabel 1. J UMLAH KEKERASAN SEKSUAL ATAU “PEMERKOSAAN” YANG TERCATAT OLEH KEPOLISIAN DIBERBAGAI DUNIA PER 100.000 PENDUDUK No. Negara jumlah Tahun 1. France: 10,277 2009 2. Germany: 7,292 2009 148 Ibid 149 NationMaster.com, Crime Statistics Rapes most recentbycountry,http:www nationmaster.comgraphcri_rap-crime-rapes, diakses pada hari sabtu 8 februari 2014 Universitas Sumatera Utara No. Negara jumlah Tahun 3. Russia: 6,208 2009 4. Sweden: 4,901 2009 5. Argentina: 3,276 2008 6. Belgium: 2,786 2009 7. Philippines: 2,585 2009 8. Spain: 2,437 2009 9. Chile: 2,233 2009 10. Lesotho: 1,878 2009 11. Poland: 1,611 2009 12. Japan : 1,582 2009 13. New Zealand: 1,308 2009 14. Kazakhstan: 1,298 2009 15. Israel: 1,243 2009 16. Sudan: 1,189 2009 17. Morocco: 1,130 2009 18. Romania: 1,016 2009 19. Norway: 944 2009 20. Finland: 915 2009 21. Kenya: 735 2009 22. Czech Republic: 529 2009 Universitas Sumatera Utara 23. Canada: 491 2009 24. Hungary: 489 2009 25. Cameroon: 447 2008 26. Ireland: 396 2009 27. Denmark: 396 2009 28. Mongolia: 354 2009 29. Portugal: 317 2009 30. Kyrgyzstan: 303 2009 31. Moldova: 262 2009 32. Bulgaria: 262 2009 33. Belarus: 240 2009 34. Greece: 218 2008 35. Croatia: 188 2009 36. Oman: 183 2009 37. Lithuania: 164 2009 38. Estonia: 160 2009 39. Slovakia: 152 2009 40. South Africa: 113.5 2002 41. Latvia: 100 2009 42. Guinea: 92 2008 43. Australia: 91.6 2003 Universitas Sumatera Utara 44. Egypt: 87 2009 45. Sierra Leone: 79 2009 46. Swaziland: 76.1 2004 47. Mauritius: 69 2009 48. Iceland: 68 2009 49. Luxembourg: 57 2009 50. Slovenia: 57 2009 51. Solomon Islands: 56 2009 52. Jamaica: 50.8 2000 53. Suriname: 45.2 2004 54. Zimbabwe: 40 2006 55. Bahrain: 36 2009 56. Cyprus: 34 2009 57. United States: 30.2 2006 58. Nicaragua: 27.6 2006 59. Barbados: 27 2000 60. Azerbaijan: 25 2009 61. Panama: 24.1 2006 62. Papua New Guinea: 24 2000 63. Peru: 20.8 2006 64. Armenia: 19 2009 Universitas Sumatera Utara 65. Malta: 19 2009 66. El Salvador: 18.7 2006 67. Belize: 15.3 2006 68. Namibia: 15.1 2002 69. Korea, South: 13.3 2006 70. Mexico: 12.8 2006 71. Ecuador: 11.2 2006 72. Costa Rica: 11 2006 73. Uruguay: 9.8 2000 74. Maldives: 9 2009 75. Netherlands : 8.7 2006 76. Austria: 8.5 2006 77. Switzerland: 8.5 2006 78. Thailand: 8 2006 79. Bolivia: 7.8 2006 80. Italy: 7.7 2006 81. Bangladesh: 7.5 2006 82. Brunei: 7.4 2006 83. Sri Lanka: 7.4 2006 84. Paraguay: 6 2006 85. Malaysia: 5.2 2000 Universitas Sumatera Utara 86. Macedonia, Republic of: 5.1 2006 87. Colombia: 4.7 2000 88. Georgia: 3.8 2006 89. Guatemala: 3.3 2000 90. Tunisia: 3.2 2002 91. Liechtenstein: 3 2009 92. Zambia: 2.9 2000 93. China: 2.8 2000 94. Singapore: 2.7 2006 95. Turkey: 2.5 2006 96. Ukraine: 2.1 2006 97. Uganda: 2 2004 98. Jordan: 1.9 2006 99. Côte dIvoire: 1.9 2000 100. India: 1.7 2006 101. United Arab Emirates: 1.7 2006 102. Qatar: 1.6 2004 103. Albania: 1.5 2006 104. Algeria: 1.5 2006 105. Serbia and Montenegro: 1.1 2006 106. Tajikistan: 1.1 2006 Universitas Sumatera Utara 107. Bosnia and Herzegovina: 1.1 2006 108. Nepal: 0.8 2006 109. Indonesia: 0.7 2000 110. Syria: 0.6 2006 111. Burma: 0.5 2002 112. Lebanon: 0.5 2006 113. Turkmenistan: 0.5 2006 114. Yemen: 0.4 2000 115. Saudi Arabia: 0.3 2002 Sumber: http:www.nationmaster.comgraphcri_rap-crime-rapes Walaupun perzinahan hanya sebagai salah satu faktor penyebab perkosaan, namun tabel diatas, cukup menjelaskan bahwa negara-negara islam dan yang menjalankan syariat islam seperti arab Saudi memiliki presentasi tingkat kejahatan seksual atau “pemerkosaan” yang sangat kecil. Sangat berbeda dengan negara-negara barat yang memperbolehkan perbuatan Zina. 3. Menjaga jiwa Perzinahan merupakan suatu perbuatan yang dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga, sekaligus menjadi factor penyebab kerusakan moral. Perzinahan merupakan perbuatan yang sangat membahayakan, serta dapat menimbulkan banyak kejahatan dan tindak criminal yang lain. Hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan, serta hubungan seks yang dilakukan oleh mereka Universitas Sumatera Utara yang tidak sesuai dengan cara yang dibenarkan merupakan salah satu faktor yang dapat menghancurkan eksistensi sebuah masyarakat. 150 Hubungan laki-laki dan perempuan yang terjadi secara bebas menjadi penyebab terjadinya pembunuhan. Sebab, rasa cinta merupakan tabiat dasar yang ada pada diri manusia. Sangat jarang ditemukan ada laki-laki mulia dan perempuan suci yang rela akan adanya kasus perselingkuhan. Bahkan, terkadang seorang laki-laki tidak mendapatkan jalan lain untuk membersihkan aib yang dialami oleh diri dan keluarganya, kecuali dengan cara membunuh membunuh orang yang telah berselingkuh dengan isterinya. 151 Oleh karena itu Perzinahan merupakan hubungan sesat yang ketika hubungan itu berakhir, maka tidak ada tanggung jawab apapun yang harus diselesaikan. Dengan demikian, perzinahan tak ubahnya perilaku yang dilakukan oleh binatang. Tentunya perilaku semacam ini dijauhi oleh manusia yang merupakan mahkluk yang paling mulia. 152 Selain demi menjaga ketiga tujuan pokok diatas, menurut Hukum Islam dilarangnya Tindak Pidana Perzinahan bermanfaat agar menjauhkan manusia dari berbagai penyakit yang diakibatkan perbuatan zina tersebut serta mencegah manusia dari adzab Allah SWT. 4. Menjaga Ikatan Perkawinan 150 Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Op. Cit, hal.229 151 Ibid 152 Ibid hal. 231 Universitas Sumatera Utara Perzinahan merupakan perbuatan yang dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga, sekaligus menjadi faktor penyebab kerusakan moral. 153 Selain merusak tatanan dalam rumah keluarga dan memutus hubungan suami isteri juga dapat menjadi pendidikan yang tidak baik bagi anak-anak, yang mana semua itu dapat menjadikan mereka menjadi anak gelandangan. 154 5. Mencegah berbagai penyakit; Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW 1400an Tahun yang lalu. Dalam riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dan riwayat ini shahih dengan salah satu lafadz, Rasulullah Sallallahu Alahi Wasallam bersabda : “Tidaklah perzinahan tampak pada sebuah kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada para pendahulu mereka yang telah lalu akan mewabah pada mereka ”. 155 Dan hal tersebut terbukti, Salah satu dampak yang ditimbulkan dari perbuatan zina adalah penyakit kelamin. Data selama ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakit berbahaya ini adalah mereka yang sering melakukan hubungan seks dengan gonta-ganti pasangan Zina dan ini dibenarkan oleh sejumlah pakar kedokteran barat. 153 Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Op.Cit, hal. 230 154 Ibid, hal. 230 155 Hikmah Al-Quran Mutiara Hadits, Bencana Akibat Tersebarnya Zina, http:www.alsofwah.or.idcetakmujizat.php?id=161 Universitas Sumatera Utara Menurut dr. Batchelor dan dr Murrel, “penyebaran penyakit sipilis disebabkan oleh pola seks bebas”. Dr. Jhon Beaston mengatakan, “Rangkuman hasil riset menunjukkan bahwa factor hubungan seks diluar nikah menempati urutan teratas sebagai penyebab timbulnya penyakit kelamin”. Sedangkan dr. Claudd Scott Nicole mengatakan, “permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah pemutar balikan nilai-nilai moral yang memicu hubungan seksual yang diharamkan Zina. Factor inilah yang memicu semakin banyaknya jumlah penderita penyakit yang diakibatkan pola seks bebas. 156 Syaikh Abu al- A‟la al Maududi mengutip dari buku yang terjemahan Arabnya Al- alamul Ijtima‟il Faransi karangan Paul Burreau, “Amoralitas yang pertama kali muncul dimasyarakat Prancis negara yang selama 3 Tahun menjajah Belanda dan Code Penal Prancisnya selama 75 Tahun diterapkan di Belanda. penulis adalah kebebasan seksualitas. Akibatnya, kian hari metabolisme tubuh kian melemah. Bukti konkritnya adalah kenyataan bahwa sebagian bala tentara Prancis mendesak pemerintah untuk memberikan cuti kerja dan memeriksakan mereka kerumah sakit pada dua tahun pertama sejak perang dunia II. Karena sebanyak 75.000 orang dari mereka mengidap penyakit Syphillis, dan sebanyak 242 orang tentara mati akibat penyakit ini. Dan ini hanya disatu kamp saja. Bahkan seorang dokter Pran cis bernama Lyrd mengatakan, “ Di Prancis sekitar 30.000 jiwa meninggal setiap tahunnya akibat penyakit Syphillis dan penyakit 156 Fadhel IIahi, Op.Cit hal 46 Universitas Sumatera Utara lainnya, dan penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya setelah demam TBC. 157 Bukti konkrit perkembangan tentang pengaruh zina terhadap merebaknya penyakit kelamin adalah bahwa penyakit ini banyak terdapat dinegara-negara yang menganut pola seks bebas liberal. Dalam ensiklopedia Britannica disebutkan bahwa disejumlah rumah sakit di Amerika ada sekitar 200.000 orang penderita syphilis, dan 160.000 penderita Gonnorrhoea setiap tahunnya. Dan telah didirikan 650 rumah sakit yang khusus merawat penderita penyakit kelamin ini, yang masih bisa bertambah seiring dengan hasil penelitian para dokter swasta yang menunjukkan bahwa yang berobat kepada mereka 61 penderita syphilis dan 89 penderita Gonnorrhoea. Penting disebutkan disini, walaupun fasilitas kedokteran semakin canggih, namun penyakit ini semakin merebak, dan presentase penderitanya tidak mampu ditekan. 158 Bahkan 1 Desember 1998 yang diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Yang mana peringatan Hari AIDS Sedunia tersebut berawal dari Pertemuan Puncak Menteri-menteri Kesehatan dari 148 negara yang tergabung dalam WHO untuk Program Pencegahan AIDS pada 1 Desember 1988 di London, Inggris. Belum dapat mencegah AIDS sebagai peringkat keempat penyebab kematian terbesar di dunia. 159 Dalam panduan kerja konferensi Internasional tentang penyakit syphilis menyebutkan, “ Antara tahun 1956-1957 penderita Syphillis di Amerika 157 Ibid, 61 158 Ibid, 47 159 Rofi‟udin, Pencegahan Bahaya HIVAIDS dalam Perspektif Islam, http:madanionline.orgpencegahan-bahaya-hivaids-dalam-perspektif-islam, diakses pada hari jum‟at 7 februari 2014 Universitas Sumatera Utara berjumlah 7600 orang, dan antara tahun 1960-1961 jumlah penderita syphilis dinegara yang melegalkan seks bebas tersebut meningkat menjadi 20.800 orang. Kemudian setiap tahunnya sekitar 30.000 sampai 40.000 orang anak mati akibat penyakit Syphillis, dan jumlah korban akibat serangan penyakit lainnya selain TBC. Jumlah minimal yang diperkirakan oleh aparat kesehatan bahwa penyakit Gonorrhoea telah menyerang 60 pemudah yang masih bujangan dan sudah menikah. Sementara itu penderita penyakit Gonorrhoea meningkat 1000.000 orang setiap tahunnya. Sementara di Inggris yang juga melegalkan seks bebas, jumlah penderita Gonorrhoea menurut Ampruz King berjumlah 17.536 orang pada tahun 1945, dan pada tahun 1962 meningkat menjadi 35.438 orang. Yang diserang oleh penyakit kelamin itu adalah metabolisme dan daya tahan tubuh, sehingga orang yang mengidapnya tidak akan mampu melakukan pekerjaan yang menuntut keseriusan. Menurut Dr. Batchelor dan dr Murrel menjelaskan tentang ancaman penyakit Gonorrhoea, “penyakit ini tergolong ringan dibanding dengan penyakit Syphillis, namun jika penderitanya menganggapnya sepele, maka selanjutnya akan menyebabkan gangguan pada kesehatannya terus- menerus”. Kemudian mengenai penyakit Syphillis, menurut dr. Thomas Paren, “penyakit Syphillis lebih mematikan dan berbahaya seratus kali lipat daripada kelumpuhan pada anak-anak. Di Amerika saja, penyakit ini bisa disejajarkan dengan kanker, demam TBC, dan radang TBC. 4:1 Satu dari empat orang meninggal akibat Syphillis. Kemudian menurut Dr. Hoffland, ia mengatakan,”Saya memang tidak Universitas Sumatera Utara tahu apa saja penyakit yang mengancam keselamatan jiwa. Tapi yang pasti penyebabnya adalah eksploitasi seksual”. 160 Sejalan dengan uraian diatas, karena hukum pidana Indonesia yang mengatur mengenai seks bebas Zina merupakan turunan dari nilai-nilai barat. Maka dampaknya juga pasti tidak akan jauh berbeda dengan keadaan-keadaan masyarakat barat tersebut. Data mengejutkan diungkap oleh Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ida Bagus Nyoman Banjar, pada hari Jumat, 15 Oktober 2010. Ia mengatakan Ribuan remaja di Jakarta menderita penyakit kelamin diduga akibat maraknya pelacuran, perubahan pola pergaulan dan kurangnya pendidikan seks.. Secara keseluruhan, ia mengatakan; 161 “angka penderita penyakit kelamin di Jakarta berjumlah 9.060 orang, dengan rincian 5.051 orang berjenis kelamin perempuan dan sisanya pria. Dari total jumlah penderita tersebut, 3,007 di antaranya masih berusia antara 14 dan 24 tahun. Jenis penyakit kelamin yang mereka derita antara lain, herpes, infeksi jamur, syphilis, vaginitis, bisul pada alat kelamin atau HPV, kutu kelamin, kutu di bawah kulit, dan AIDS. Banyaknya penderita penyalit kelamin pada kalangan remaja, menurut Nyoman Banjar, karena maraknya praktik prostitusi dan perubahan pola pergaulan. Kebanyakan penyakit kelamin ini ditimbulkan dari pola seksual yang salah, sehingga jika tidak 160 Fadhel IIahi, Op.Cit hal 47- 49 161 VIVAnews, Prostitusi Marak, Ribuan Remaja Sakit Kelamin, http:fokus. news.viva. co.idnewsread183151-remaja-tak-pernah-dapat-pendidikan-seks, diakses pada hari rabu 22 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara diwaspadai maka akan berpotensi pada HIVAIDS. Kemudian ia menambahkan, ia menduga jumlah penderita penyakit kelamin di Jakarta lebih dari 9.060 orang, mengingat masih banyak orang yang malu menjalani pengobatan ke rumah sakit atau pun ke Puskesmas. Di Indonesia, kasus HIVAIDS ditemukan pertama kali tahun 1986 di Bali. Kementerian Kesehatan RI memperkirakan, 19 juta orang pada 2010 berada pada risiko terinfeksi HIV. Adapun berdasarkan data Yayasan AIDS Indonesia YAI, jumlah penderita HIVAIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai 23.632 orang. Dari jumlah itu, sekitar 53 persen terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-39 tahun sekitar 27 persen. Adapun berdasarkan cara penularan, 75 hingga 85 persen HIVAIDS ditularkan melalui hubungan seks, 5-10 persen melalui homoseksual, 5-10 persen akibat alat suntik yang tercemar terutama pengguna narkoba jarum suntik dan 3-5 persen tertular lewat transfusi darah. 162 Data terbaru, Laporan Kasus HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan September 2013, yang diterima dari Ditjen PP PL, berdasarkan surat Direktur Jenderal P2PL, Prof. dr. Tjandra Y Aditama, SpPK, DTMH tertanggal 31 Oktober 2013: “Situasi Masalah HIV-AIDS Tahun 1987 - September 2013 Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Maret 2013, HIV-AIDS tersebar di 348 70 dari 497 kabupatenkota di seluruh provinsi di Indonesia. 162 Rofi‟udin, Abiquinsa, Pencegahan Bahaya HIVAIDS dalam Perspektif, http:abiq uinsa.blogspot.com201301pencegahan-bahaya-hivaids-dalam.html, diakses pada hari rabu 22 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun