B. Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Cipta di Mal
Kemajuan teknologi digital selain memberikan dampak positif berupa tersedianya media untuk karya cipta yang pada akhirnya menghasilkan kualitas
tampilan karya cipta yang baik dan modern. Dampak negatifnya terjadi penyalahgunaan teknologi oleh pihak-pihak tertentu dengan melakukan praktek-
praktek yang bertentangan dengan hukum. Dengan menggunakan komputer, pelanggaran-pelanggaran HKI semakin mudah. Komputer mampu mampu
meggandakan dan mencetak dalam skala besar, ditambah dengan kemampuan intenet dalam menyajikan informasi menyebabkan praktek penggandaan menjadi
semakin mudah dilakukan. Pelanggaran atas HKI yang terjadi telah menimbulkan kerugian yang besar
baik secara material maupun immaterial. Pembajakan adalah kejahatan yang sangat terorganisir dan ini merugikan negara setiap bulannya sebanyak Rp5 triliun
dari sektor pajak. Pembajak saat ini dapat meggunakan alat memperbanyak suatu karya musik atau karya perangkat lunak komputer dalam tempo satu menit dengan
hasil VCDDVD bajakan sampai 300 keping serta piringan CD.
91
Umumnya, hak cipta dilanggar jika materi hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dari pencipta yang mempunyai hak eksklusif dari penciptanya. Untuk
terjadinya suatu pelanggaran hak cipta, harus ada kesamaan antara dua ciptaan yang ada. Namun, pencipta atau pemegang hak cipta harus membuktikan bahwa
karyanya telah dijiplak, atau karya lain tersebut berasal dari karyanya. Pelanggaran hak cipta dapat berupa perbuatan mengambil, mengutip, merekam,
91
Helmi Syarif, “Kerugian Akibat VCDDVD Bajakan Rp5 Triliun Setiap Bulan”
http:metro.sindonews.comread91853431kerugian-akibat-vcd-dvd-bajakan-rp5-triliun-setiap- bulan-1414907145 diakses pada tanggal 16 Agustus 2015.
Universitas Sumatera Utara
memperbanyak, atau mengumumkan sebagian atau seluruh ciptaan orang lain tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta, atau yang dilarang undang-undang.
92
Dilarang undang-undang artinya undang-undang tidak memperkenankan perbuatan itu dilakukan karena:
93
1. Merugikan pencipta atau pemegang hak cipta, misalnya memfotokopi
sebagian ciptaan
orang lain
kemudian diperjualbelikan
kepada masyarakat;atau
2. Merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang
bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan; atau
3. Bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya
memperbanyak dan menjual Video Compact Disc VCD porno. Pelanggaran hak cipta menurut ketentuan Ikatan Penerbit Indonesia
IKAPI pada tanggal 15 Februari 1984 dapat dibedakan dua jenis, yaitu:
94
1. Mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukkan ke dalam ciptaan sendiri seolah-olah ciptaan sendiri atau mengakui ciptaan orang lain seolah-
olah ciptaan sendiri. Perbuatan ini disebut palgiat atau penjiplakan yang dapat terjadi antara lain pada karya cipta berupa buku, lagu, dan notasi lagu.
2. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan sebagaimana yang aslinya tanpa mengubah bentuk isi, pencipta, dan
penerbitperekam. Perbuatan ini disebut dengan piracy pembajakan yang
92
Dwi Astuti, “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik,” Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana, USU, 2008, hlm. 77.
93
Ibid., hlm. 78.
94
Choirul Amal, “Pelanggaran Hak Cipta” http:iroelshareblog.blogspot.co.id201505makalah-pelanggaran-hak-cipta.html diakses pada
tanggal 7 Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
banyak dilakukan pada ciptaan berupa buku, rekaman audiovideo seperti kaset lagu dan gambar VCD, karena menyangkut dengan masalah
commercial scale. Pembajakan terhadap hasil karya cipta menjadi masalah yang serius,
dimana pihak pembajak dengan beraninya terus melakukan pembajakan, sedangkan di lain pihak konsumen dengan giatnya pula terus mencari barang-
barang hasil bajakan tersebut dikarenakan selisih harga yang lumayan jauh.
95
Sebagai contohnya masyarakat cenderung lebih memilih untuk membeli barang bajakan seperti DVD dan VCD dikarenakan selisih harga antara yang orisinal dan
bajakan sangatlah berbeda. Dibidang sosial budaya, dampak yang timbul, dari semakin meluasnya
pembajakan tersebut begitu banyak. Bagi para pelaku tindak pidana atau pembajak, keadaan yang berlarut-larut tanpa ada tindakan akan semakin
menimbulkan sikap bahwa pembajakan sudah merupakan hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tindakan yang melanggar Undang-Undang.
96
Adanya kerangka “kesempatan” atau peluang pembajakan, terdapat dua
variable yang terkait. Pertama variabel permintaan pasar, yang terbentuk atas dasar rasio tuntutan harga murah. Kedua adalah variabel supply berbasis motif
bisnis, yaitu melakukan usaha dengan cara yang mudah untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya yang ditempuh dengan melanggar hak-hak
orang lain, menganggu kepentingan masyarakat dan merugikan Negara. Kedua variabel tersebut saling menunjang, yaitu mempertemukan kekuatan permintaan
95
Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta Jakarta : Sinar Grafika, 1992 hlm. 17.
96
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
dan penawaran dalam bentuk pasar yang makin lama makin meluas dan mengakar.
97
Terdapat beberapa penerbit pembajak di Indonesia, sebagian besar usaha- usaha keluarga kecil-kecilan yang memilih buku-buku yang laku dan
mencetaknya kembali dalam jumlah yang banyak untuk dijual melalui toko-toko buku, atau langsung kepada akademisnya. Dari kegiatan tersebut dapat dilihat
bahwa jenis pembajakan ini sering terdapat didalam pasar dan mal yang pada umumnya menjual buku pelajaran tingkat universitas.
98
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana hak cipta pada pembajakan di mal antara lain:
99
1. Faktor ekonomi Mahalnya harga produk-produk original membuat masyarakat Indonesia
lebih memilih untuk membeli barang bajakan yang harganya jauh lebih murah.
2. Penegakan hukum tidak konsisten Aparat pengakan hukum kurang tegas dan kurang serius dalam menindak
para pelaku pembajakan terhadap barang bajakan. Indonesia merupakan negara yang memiliki kedaulatan hukum, namun dalam menegakkan hukum
harus mendapat control dan tekanan dari negara asing. Tidak mengherankan apabila pengakan hukum di negeri ini tidak dapat diketahui secara konsisten.
Satu hal yang perlu dicermati adalah, yang dilindungi dalam hak cipta ini adalah haknya bukan benda yang merupakan perwujudan dari hak tersebut. Jadi,
97
Yohanes Ari Turyandoko, “Penegakan Hak Cipta dari Tindakan Pembajakan di Indonesia” http:ejournal.unsrat.ac.idindex.phplexcrimenarticleviewFile31102654 diakses
tanggal 7 Oktober 2015.
98
Widyopramono, Op.Cit., hlm 23.
99
Budi Santoso dan Eko Soponyono, “Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Terhadap Pembajakan CDVCD,” Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana , UNDIP, 2008, hlm. 27.
Universitas Sumatera Utara
bukan buku, patung, dan lukisan, tetapi hak untuk menerbitkan atau memperbanyak atau mengumumkan, patung atau lukisan tersebut. Buku, patung,
dan batik, kepingan VCD, program computer yang terekam dalam kepingan CD room dilindungi sebagai hak atas benda berwujud, benda materil yang dalam
terminologi Pasal 499 KUHPerdata dirumuskan sebagai barang.
100
Awalnya penyewa mal memiliki keinginan untuk mencari keuntungan financial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan pemegang hak cipta.
Dampak dari kegiatan tindak pidana tersebut menyebabkan kerugian dalam bidang ekonomi dan hukum.
101
Banyak bentuk pelanggaran hak cipta yang sering terjadi di mal, secara umum terdapat beberapa jenis barang hasil pelanggaran hak cipta yang terjadi di
mal antara lain: 1.
CDVCDDVD Perkembangan dalam bidang teknologi informasi tidak hanya memberikan
dampak positif berupa cepatnya perolehan informasi secara langsung tetapi juga memberikan dampak negatif yang disebabkan karena penyalahgunaan teknologi
tersebut seperti mengcopy film, games, software, lagu, dan lain-lain ke dalam CD, DVD dan VCD yang kemudian dijual dengan harga yang murah. Masyarakat juga
lebih tertarik untuk membeli barang bajakan tersebut karena selisih harga yang lumayan jauh dengan kualitas yang hampir sama dengan barang asli. Hal inilah
yang menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk membeli barang bajakan. Maraknya peredaran barang bajakan berupa CD, DVD dan VCD tidak hanya
dijumpai dipinggiran jalan saja tetapi juga di pusat perbelanjaan seperti mal.
100
OK. Saidin, Op.Cit., hlm. 55.
101
Ibid., hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
Akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghargai hak cipta seseorang terutama para penyewa yang ada di mal, penyewa tersebut
memperdagangkan barang bajakan secara terang-terangan seolah-olah bahwa hal tersebut merupakan hal yang ilegal. Kegiatan ini tidak hanya merugikan
pemegang hak cipta saja tetapi juga merugikan negara karena pajak yang tidak dibayar oleh para konsumen barang-barang bajakan tersebut.
2. Buku dan hasil karya tulis
Selain pembajakan barang komersial seperti CD, DVD dan VCD, tindakan pembajakan buku juga sangat mudah ditemui di dalam mal. Dalam Pasal 40 1
UUHC, buku dan hasil karya tulis adalah salah satu ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta. Kegiatan pembajakan buku yang kerap terjadi di mal adalah para
penyewa yang ada di mal memperbanyak buku dengan cara dicetak, difotocopy atau dengan cara lain tanpa mendapat izin tertulis dari penerbit buku tersebut
102
. Para penyewa yang ada di mal memperoleh keuntungan yang cukup besar dalam
kegiatan pembajakan tersebut, dimana setiap penyewa dapat menjual buku dan hasil karya tulis dengan harga yang sama dengan buku yang asli.
3. Patung
Berkaitan dengan karya seni rupa, patung juga sering menjadi objek dari pelanggaran hak cipta di mal. Pelanggaran yang dimaksud dalam hal ini adalah
para pedagang yang ada di mal membeli karya seni patung pada seorang seniman dengan harga ya ng murah untuk dijual kembali sebagai karya seni asli dimana
seniman tersebut membuat ulang suatu patung terkenal sama persis dengan
102
Poetri Arsyanta Pan’Gabean, “Perlindungan Hak Cipta Atas Buku Dari Tindakan Pembajakan Di Pasar Buku Wilis Kota Malang
,” Skripsi, Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya, 2015, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
aslinya tanpa seizin penciptanya baik dengan cara manual ataupun mempergunakan teknologi. Para penyewa mal sengaja melakukan hal tersebut
disebabkan karna apabila mereka menjual patung asli maka biaya yang mereka keluarkan akan cukup besar dan harus menjual barangnya dengan harga yang
sesuai sehingga minat masyarakat untuk membeli barang tersebut akan berkurang. 4.
Karya seni batik Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang juga
merupakan identitas bangsa. Ciptaan batik yang ada pada awal mulanya merupakan ciptaan khas bangsa Indonesia yang dibuat secara konvensional
dilindungi oleh UUHC sebagai bentuk penciptaan tersendiri. Motif pada batik pasti berbeda-beda antara karya sendiri dan orang lain karena suatu karya yang
dibuat oleh orang pasti berbeda-beda dan tidak mungkin sama.
103
Menurut Ketua Asosiasi Tenun, Batik, dan Bordir Jawa Timur, Erwin Sosrokusumo, batik asli Indonesia yang asli bukanlah produksi pabrikan
printingcapkain bermotif batik, meski ada pula batik cap yang juga termasuk batik khas Indonesia. Batik di Indonesia merupakan teknik membuat motif kain
dengan menorehkan canting berisi lilin, sedangkan di negara lain hanya merupakan cetak atau cap print bermotif batik, teknologi batik, dan sebagainya.
Pertumbuhan batik di Indonesia berkembang seiring budaya yang ada, sedangkan di negara lain lebih bersifat industri.
104
103
Octaviani Ayuningtyas, “Pelanggaran Hukum Hak Cipta Batik dan Lagu” http:sorelya.blogspot.co.id201205pelanggaran-hukum-hak-cipta-batik-dan.html diakses
tanggal 22 Oktober 2015.
104
Feriyal Novianti, “Contoh Kasus Hak Cipta” http:feriyaln.blogspot.co.id201206tulisan-4contoh-kasus-hak-cipta.html diakses tanggal 22
Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
Sangatlah mudah menemukan tokokios yang menjual batik di mal. Batik- batik tersebut ada yang dijual dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah,
namun ada juga yang dijual dengan harga puluhan ribu saja. Hal ini tentu sangat membingungkan, mengapa ada perbedaan harga yang cukup signifikan diantara
batik-batik tersebut. Padahal proses pembuatan sebuah batik sangatlah membutuhkan kesabaran karena melewati proses yang sangat panjang dan
membutuhkan kreatifitas yang tinggi. Hal inilah yang kemudian membuat harga batik dibandrol dengan harga yang tinggi.
Ketertarikan masyarakat akan seni batik di Indonesia sangatlah tinggi, namun tidak semua masyarakat memiliki daya beli yang sama. Banyak
masyarakat yang ingin membeli kain bati namun tidak memiliki uang jutaan rupiah. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan bagi beberapa pedagang batik di
mal untuk memproduksi kain batik bajakan palsu dan diberi harga yang lebih murah agar semua masyarakat dapat membelinya. Kain batik bajakan biasanya
memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan kain batik asli, selain itu motif, warna dan kenyamanan saat digunakan juga tentunnya sangat berbeda.
5. Lukisan
Bagi orang awam tidak mudah mendeteksi apakah sebuah lukisan itu asli hasil kreativitas penciptanya atau palsu. Hanya si pelukis dan para ahli di bidang
itu yang dengan mata langsung dan mata hati dapat melihat dan membedakan bahwa lukisan itu asli atau palsu. Pada umumnya setiap pelukis mempunyai gaya
sendiri-sendiri dalam menumpahkan ekspresi hasil pengalaman pribadi ke dalam bentuk karya seni lukis. Goresan garis lurus, garis lengkung, serta gradasi warna
tergantung pada emosi dan perasaan pencipta saat melukis. Bila diteliti dengan
Universitas Sumatera Utara
sungguh-sungguh, tidak ada lukisan yang sama walaupun objek dan pelukisnya sama. Perasaan dan emosi si pelukis ikut mewarni gaya lukisan dalam setiap
aliran aliran romantis, kubisme, naturalisme, impresionisme, dan realisme.
105
Setiap karya seni merupakan hasil ketekunan yang memakan waktu, biaya untuk berlatih, dan pengorbanan lainnya. Berkat ketekunan, seorang pelukis
akan menjadi ahli di bidangnya. Keahlian yang dimiliki akan menghasilkan suatu karya seni yang bermutu dan bernilai komersial sangat tinggi. Bahkan, lukisan-
lukisan dipasang pada dinding-dinding rumah sakit atau ruang-ruang publik atau di rumah-rumah p
ribadi sebagai sarana “pengobatan” atau membangkitkan semangat secara tidak langsung, atau apa pun. Di sini lukisan tidak hanya
berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga dengan tujuan. Melihat tingginya minat beli masyarakat terhadap lukisan namun tidak
semua memiliki kemampuan daya beli yang tinggi, hal inilah yang dilihat oleh penyewa mal sebagai peluang usaha. Pelaku berusaha menirukan hasil lukisan
yang asli, dan menjualnya kembali kepada masyarakat tanpa seizing pemegang hak cipta tersebut. Maka tidak heran jika pada saat sekarang ini, sudah banyak
ditemukan lukisan-lukisan yang dijual di mal-mal dengan harga yang terjangkau. Hal ini tentunya sangat merugikan pihak pemegang hak cipta lukisan tersebut.
C. Sanksi yang Diberikan Terhadap Pelaku Pelanggaran Hak Cipta di Mal