sungguh-sungguh, tidak ada lukisan yang sama walaupun objek dan pelukisnya sama. Perasaan dan emosi si pelukis ikut mewarni gaya lukisan dalam setiap
aliran aliran romantis, kubisme, naturalisme, impresionisme, dan realisme.
105
Setiap karya seni merupakan hasil ketekunan yang memakan waktu, biaya untuk berlatih, dan pengorbanan lainnya. Berkat ketekunan, seorang pelukis
akan menjadi ahli di bidangnya. Keahlian yang dimiliki akan menghasilkan suatu karya seni yang bermutu dan bernilai komersial sangat tinggi. Bahkan, lukisan-
lukisan dipasang pada dinding-dinding rumah sakit atau ruang-ruang publik atau di rumah-rumah p
ribadi sebagai sarana “pengobatan” atau membangkitkan semangat secara tidak langsung, atau apa pun. Di sini lukisan tidak hanya
berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga dengan tujuan. Melihat tingginya minat beli masyarakat terhadap lukisan namun tidak
semua memiliki kemampuan daya beli yang tinggi, hal inilah yang dilihat oleh penyewa mal sebagai peluang usaha. Pelaku berusaha menirukan hasil lukisan
yang asli, dan menjualnya kembali kepada masyarakat tanpa seizing pemegang hak cipta tersebut. Maka tidak heran jika pada saat sekarang ini, sudah banyak
ditemukan lukisan-lukisan yang dijual di mal-mal dengan harga yang terjangkau. Hal ini tentunya sangat merugikan pihak pemegang hak cipta lukisan tersebut.
C. Sanksi yang Diberikan Terhadap Pelaku Pelanggaran Hak Cipta di Mal
Orang yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap perlindungan hak cipta dikenakan sanksi. Sesuai dengan ketentuan Pasal 10 UUHC setiap orang
105
Venan tia Sri Hadiarianti, “Karya Seni Lukis dalam Ranah Perlindungan Hak CIpta”
http:www.atmajaya.ac.idwebKontenUnit.aspx?gid=artikel-hkiou=hkicid=artikel-hki-karya- seni-lukis diakses tanggal 23 Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan danatau penggandaan barang
hasil pelanggaran hak cipta danatau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,-
seratus juta rupiah.
106
Guna melahirkan karya ilmu pengetahuan misalnya, seorang peneliti menghabiskan data ratusan juta rupiah. Demikian pula untuk menghasilkan karya
sinematografi yang berkualitas seorang produser menghasilkan dana milyaran rupiah. Belum lagi karya-karya dalam bidang musik dan rekaman suara. Untuk
menghasilkan suara yang berkualitas baik, para produser harus mempersiapkan studio rekaman yang berkualitas baik pula. Belum lagi persiapan awal sebelum ke
studio rekaman yang mengharuskan para komponis dan krewnya menguras talenta seni yang ada dalam dirinya. Kesemua itu menunjukkan betapa rumit dan
beratnya beban yang dipikul oleh segenap pihak-pihak terkait untuk kelahiran sebuah karya cipta. Dengan begitu, pantaslah hak yang terbit karenanya
dirumuskan sebagai property rights yang bersifat ekslusif dan diberi penghargaan yang setinggi-tingginya dalam wujud perlindungan hukum.
107
Pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait yang mengalami kerugian hak ekonomi atas pelanggaran hak cipta dapat mengajukan gugatan
kepada pengadilan niaga untuk mendapatkan ganti rugi dari pelanggaran tersebut. Adapun gugatan ganti rugi yang dimaksud dapat berupa permintaan untuk
menyerahkan seluruh atau sebahagian penghasilan yang diperoleh dari keuntungan memperjualbelikan barang bajakan. Ganti rugi tersebut harus
106
Lihat ketentuan Pasal 114 UUHC Nomor 28 Tahun 2014.
107
OK. Saidin, Op.Cit., hlm.56.
Universitas Sumatera Utara
dibayarkan paling lama 6 enam bulan setelah putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
108
Selain gugatan, pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait dapat memohon putusan provisi atau putusan sela kepada pengadilan niaga untuk:
1. Meminta penyitaan atas ciptaan yang telah dilakukan pengumuman atau
penggandaan, atau alat penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan ciptaan hasil pelanggaran hak cipta, dan
2. Menghentikan kegiatan pengumuman, pendistribusian, komunikasi, atau
penggandaan ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta.
109
Gugatan pencipta terhadap pelanggaran hak cipta dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
1. Secara perdata
Sesuai dengan ketentuan Pasal 95 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa penyelesaian sengketa hak cipta dapat
dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase
110
, atau pengadilan. Dari ketentuan Pasal 95 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa
upaya penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase sebelum ke pengadilan. Pasal ini
merupakan suatu terobosan baru didalam UUHC. Selain itu, didalam UUHC juga terdapat penyelesaian sengketa yang apabila salah satu pihak berada
diluar negeri ketentuan penyelesainnya diatur didalam Pasal 95 4 yang berbunyi “Selain pelanggaran hak cipta danatau hak terkait dalam bentuk
108
Tim Visi Yustisia, Op.Cit., hlm. 35.
109
Ibid., hlm. 35
110
Arbitrase adalah salah satu jenis penyelesaian sengketa dimana para pihak menyerahkan kewenangan kepada pihak yang netral, yang disebut arbiter, untuk memberikan
putusan.
Universitas Sumatera Utara
pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui keberadaannya danatau berada diluar wilayah NKRI harus menempuh terlebih dahulu
penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tindakan pidana.
111
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pemegang hak cipta terhadap pelanggaran hak cipta secara perdata antara lain:
a. Pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada
Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak ciptaannya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu.
b. Pemegang hak cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar
memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan
atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta. c.
Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat
memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan pengumuman danatau perbanyakan ciptaan atau barang yang merupakan hasil
pelanggaran hak cipta. 2.
Secara pidana Menurut Simons, tindak pidana merupakan tindakan melanggar hukum
pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang
111
Acemark, “Ketentuan Pidana dan Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Menurut UU Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
http:acemarkip.comidnews_detail.aspx?ID=116URLView=default.aspx diakses tanggal 9 Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.
112
Van Hattum mengatakan bahwa suatu peristiwa pidana adalah suatu peristiwa yang menyebabkan hal seseorang pembuat mendapat hukuman atau
dapat dihukum. Sesuatu tindakan tidak dapat dipisahkan dari orang yang telah melakukan tindakan tersebut. Dalam pertimbangan dijatuhkan tidaknya suatu
hukuman, maka tidak boleh dilupakan asas bahwa seseorang hanya dapat dihukum karena suatu peristiwa yang diperbuatnya. Orang biasanya terpaku pada
unsur-unsur delik seperti halnya yang dirumuskan di dalam undang-undang dan melupakan tentang adanya syarat lain yang dapat membuat seseorang dapat
dihukum, termasuk syarat yang berkenaan dengan pribadi dari pelaku itu sendiri. Semua syarat yang harus telah dipenuhi sebagai syarat agar seseorang itu dapat
diadili haruslah juga dianggap sebagai unsur-unsur delik.
113
Menurut Prof. Moeljatno orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan dijatuhi pidana kalau tidak melakukan perbuatan pidana. Agar dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana harus memenuhi 3 unsur, yaitu:
114
a. Kemampuan bertanggung jawab. Mengenai mampu bertanggung jawab ini adalah hal mengenai jiwa
seseorang yang diperlukan dalam hal untuk dapat menjatuhkan pidana, dan bukan hal untuk terjadinya tindak pidana. Jadi untuk terjadinya tindak
112
Catatan Ekstens, “Tindak Pidana Perpajakan” http:ekstensifikasi423.blogspot.co.id201412tindak-pidana-perpajakan.html diakses tanggal 9
Oktober 2015.
113
Kurniadi Saranga, “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pembajakan Software,” Skripsi, Ilmu Hukum, Universitas Hassanudin, 2013, hlm. 19.
114
Budhi Prasetyo, “Pertanggungjawaban Pidana Pelanggaran Hak Cipta Terhadap Ciptaan yang Dilindungi dalam Undang-Undang No. 19-2002 Studi Kasus No.
3683PID.B 2008PN.MDN,” Skripsi, Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2011, hlm. 40.
Universitas Sumatera Utara
pidana tidak perlu dipersoalkan tentang apakah terdapat kemampuan bertanggung jawab ataukah tidak mampu bertanggung jawab. Terjadinya
tindak pidana tidak serta merta diikuti pidana kepada penindaknya. Akan tetapi, ketika menghubungkan perbuatan itu kepada orangnya untuk
menjatuhkan pidana, bila ada keraguan perihal keadaan jiwa orangnya, barulah
diperhatikan atau
dipersoalkan tentang
ketidakmampuan bertanggung jawab, dan haruslah pula dibuktikan untuk tidak dipidananya
terhadap pembuatnya. Moeljatno
menarik kesimpulan
tentang adanya
kemampuan bertanggung jawab, ialah :
1 Harus adanya kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk, yang sesuai hukum dan yang melawan
hukum. 2 Harus adanya kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut
keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tersebut. b. Kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan
1 Kesengajaan Berkaitan dengan masalah kesengajaan di dalam ilmu pengetahuan
hukum pidana doktrin dikenal ada 2 teori tentang kesengajaan, yaitu : a Teori kehendak wilstheorie
Menurut teori ini, seseorang dianggap sengaja melakukan suatu perbuatan pidana apabila orang itu menghendaki dilakukannya
perbuatan itu. b Teori pengetahuan membayangkan voorstelling-theorie
Universitas Sumatera Utara
Menurut teori ini, sengaja berarti membayangkan akan timbulnya akibat perbuatannya. Dalam pandangan teori ini orang tidak bis
menghendaki akibat
suatu perbuatan,
tetapi hanya
bisa membayangkan akibat yang akan terjadi.
Dalam hal seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja dapat dibedakan 3 corak bentuk kesengajaan, yaitu sebagai berikut:
a Kesengajaan sebagai maksud tujuan opzet alsoogmerk atau sering
disebut dengan dolus directus. Kesengajaan sebagai maksud akan terjadi, apabila seseorang
menghendaki melakukan suatu perbuatan sekaligus menghendaki terhadap timbulnya akibat perbuatan itu.
b Kesengajaan dengan tujuan yang pasti atau yang merupakan keharusan.
Kesengajaan ini akan terjadi apabila seseorang melakukan suatu perbuatan mempunyai tujuan untuk menimbulkan akibat tertentu, tetapi
disamping akibat yang dituju itu pelaku insyaf atau menyadari, bahwa dengan melakukan perbuatan untuk menimbulkan akibat yang tertentu
itu, perbuatan tersebut pasti akan menimbulkan akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki hanya disadari kepastian akan terjadinya.
c Kesengajaan dengan sadar akan kemungkinan atau kesengajaan dengan syarat voorwardelijk opzet dolus eventualis.
Kesengajaan ini akan terjadi apabila seseorang melakukan suatu perbuatan mempunyai tujuan untuk menimbulkan akibat tertentu, tetapi
disamping akibat yang dituju itu pelaku insyaf atau menyadari, bahwa dengan melakukan perbuatan itu untuk menimbulkan akibat tertentu itu,
Universitas Sumatera Utara
perbuatan tersebut mungkin akan menimbulkan akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki hanya disadari kemungkinan akan terjadi.
c. Tidak ada alasan pemaaf Seseorang yang telah melakukan tindak pidana dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana atau dapat dipersalahkan telah melakukan tindak pidana sehingga dapat dipidana. Maka salah satu syaratnya adalah
tidak adanya alasan penghapus kesalahan alasan pemaaf. Apabila dalam diri pelaku ada alasan penghapus kesalahan atau alasan pemaaf, maka
orang itu tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana, sebab kesalahan orang itu akan dimaafkan. Dalam hal ini, perbuatan orang tersebut tetap
sebagai tindak pidana atau bersifat melawan hukum, tetapi terhadap orang itu tidak dapat dijatuhi pidana oleh karena dalam diri orang itu dianggap
tidak ada kesalahan. Dengan demikian, alasan penghapus kesalahan atau alasan pemaaf merupakan salah satu alasan penghapus pidana atau alasan
meniadakan pidana Pihak yang melakukan pelanggaran hak cipta di mal dapat dikenai sanksi
pidana berupa pidana penjara danatau pidana denda. Maksimal pidana penjara selama 10 tahun dan minimal 1 tahun, sedangkan pidana dendanya maksimal
Rp.5.000.000.000,- dan minimal Rp.100.000.000,- Semakin tingginya angka pembajakan hak cipta di Indonesia maka dapat
merugikan negara, karena sektor penerimaanpendapatan negara melalui pajak penghasilan dari hak cipta tidak akan memperoleh pemasukanpendapatan dari
Universitas Sumatera Utara
sektor ini, padahal hak cipta memiliki potensial yang besar sebagai sumber pendapatan negara.
115
115
Widyopramono, Op.Cit., hlm. 26.
Universitas Sumatera Utara
86
BAB IV TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP PELANGGARAN