Tabel 9 danTabel 10 merupakan hasil perhitungan kepadatan atau densitas cone cells ikan sersan mayor. Kepadatan cone cells dari retina mata pada
luasan per 0,01 mm
2
ikan sersan mayor 33-90. Tabel 11 dan Tabel 12 memperlihatkan hasil perhitungan kepadatan atau densitas cone cells ikan
kerapu. Kepadatan cone cells dari retina mata pada luasan per 0,01 mm
2
ikan kerapu 40-98.
5.2.2 Sumbu penglihatan visual axis
Sumbu penglihatan visual axis diidentifikasikan untuk mengetahui kebiasaan ikan untuk melihat obyek atau melihat makanan
Blaxter 1980. Menurut Tamura 1957, sumbu penglihatan ditentukan dengan mengetahui kepadatan cone cells tertinggi, yang biasanya terletak pada
bagian dorso-caudal, caudal dan ventro-caudal. Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa pada ikan sersan mayor cone cells terpadat terletak pada bagian ventro-
caudal. Berdasarkan letak densitas cone cells tertinggi pada retina mata ikan sersan mayor diatas maka dapat ditentukan sumbu penglihatannya yaitu arah
depan-naik upper-fore Gambar 32.
Gambar 32 Sumbu penglihatan ikan sersan mayor
Demikian pula pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa pada ikan kerapu cone cells terpadat terletak pada bagian ventro-caudal. berdasarkan
letak densitas cone cells tertinggi pada retina mata ikan kerapu di atas maka dapat ditentukan sumbu penglihatannya yaitu arah depan-naik upper-fore
Gambar 33. Visual axis
Garis horizontal
Gambar 33 Sumbu penglihatan ikan kerapu 5.2.4
Jarak pandang maksimum maximum sighting distance
Jarak pandang maksimum maximum sighting distanceMSD adalah kemampuan ikan untuk melihat suatu objek benda secara jelas
pada jarak tertentu Zhang et al. 1993. Hasil perhitungan jarak pandang maksimum kedua jenis ikan sersan mayor dan ikan kerapu terlihat pada
Tabel 17, Tabel 18, Tabel 19 dan Tabel 20. Data Tabel 17 dan Tabel 19 memberikan informasi bahwa jarak pandang maksimum MSD ikan sersan
mayor yaitu 0,30 – 0,43 m dan 0,39 – 0,57 m. Data Tabel 18 dan Tabel 20 memberikan informasi bahwa jarak pandang maksimum MSD pada ikan
kerapu yaitu 0,44 – 0,68 m dan 0,58 – 0,91m. Jarak ini menunjukan jarak pandang maksimum ikan terhadap objek leadernet.
5.3 Dampak Pengoperasian
Small Bottom Setnet
Dalam penelitian ini, dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut KKL diukur
dengan menggunakan metode point intercept transect. Jumlah titik pengambilan data sebanyak dua puluh 20 point untuk setiap parameter yang tersebar di lokasi
pemasangan small bottom setnet. Pengambilan data dilakukan setiap hari selama 28 hari.
Dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang dibagi dalam dua kelompok yaitu 1 Dampak terhadap karang
dan ikan karang; 2 Dampak terhadap lingkungan terumbu karang. Visual axis
Garis horizontal