Penyebab kerusakan terumbu karang

37 Dilihat dari bentuk pertumbuhan life form, karang dibedakan menjadi 6 enam kategori utama yaitu 1 Karang bercabang branching; 2 Karang padat massive; 3 Karang merambat encrusting; 4 Karang meja tabulate; 5 Karang berbentuk daun foliose; 6 Karang jamur mushroom. Berdasarkan struktur geomorphologi dan proses pembentukannya, terumbu karang terdiri dari 4 empat tipe terumbu yaitu 1. Terumbu karang tepi fringing reef; 2. Terumbu karang penghalang barrier reef; 3. Terumbu karang cincin atoll; 4. Terumbu karang takatgosong patch reef.

2.6.3 Penyebab kerusakan terumbu karang

Desawa ini, kerusakan terumbu karang yang merupakan sumber kehidupan biota laut terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pemboman ikan bukan saja mematikan ikan tetapi berdampak pada kerusakan seluruh biota laut. Menurut LIPI 2007, Program Coral Reef Rehabilitation and Management Program II Coremap II telah melakukan pemetaan terumbu karang di seluruh Indonesia, dengan luasan terumbu karang tercatat sekitar 75 ribu km persegi yang tersebar di sekitar 841 lokasi di seluruh wilayah Indonesia. Coremap melaksanakan pemetaan di tiga wilayah Indonesia, yaitu Indonesia Barat, Tengah dan Timur. Penelitian di wilayah Indonesia Tengah termasuk perairan NTT yakni Kupang dan Maumere. Hasil penelitian tersebut menyebutkan, sekitar 75 persen terumbu karang di Teluk Maumere, Kabupaten Sikka mengalami kerusakan akibat cara penangkapan ikan yang dilakukan nelayan menggunakan bom dan racun-racun lainnya. Terumbu karang yang rusak tersebut dapat menganggu habitat ikan terutama bagi penetasan telur ikan dan perkembangbiakan plankton yang dibutuhkan oleh ikan, sehingga jumlah ikan yang hidup di laut berkurang. Dampak lanjutannya adalah penghasilan nelayan menurun dan sumber nutrisi untuk manusia pun ikut berkurang. Kondisi ini bagaikan bola salju dengan dampak yang terus berkembang. Kerusakan terumbu karang tersebut dapat terjadi karena adanya kegiatan penangkapan ikan menggunakan bom ikan, interaksi alat tangkap yang berlebihan pada terumbu karang dari alat tangkap, sirkulasi arus yang terganggu, pencahayaan yang kurang, pengambilan batu karang, dan lainnya. Pengambilan 38 batu karang biasanya terjadi untuk keperluan bahan bangunan dan pembuatan kapur. Bahan baku pembuatan kapur tersebut membuat para penambang tidak saja mengambil karang laut di tepi pantai, namun sudah masuk hingga ke dalam laut. Menurut Kompas 2009, tekanan terhadap terumbu karang mengancam keberlanjutan ketersediaan pangan dan akan memaksa masyarakat di daerah pesisir berpindah karena kehilangan sumber makanan dan sumber pendapatan. Jika dunia tidak mengambil tindakan efektif untuk menekan dampak perubahan iklim, maka kawasan terumbu karang di Segitiga Karang Coral Triangle akan hilang pada akhir abad ini. Hal itu membuat kemampuan daerah pesisir untuk menghidupi populasi di daerah sekitarnya akan berkurang 80 persen. Menurut Leape 2009, pengaruh terumbu karang terhadap bahan pangan dunia dapat terjadi karena keberadaan terumbu karang sangat memengaruhi kelangsungan ekosistem laut, termasuk kehidupan sumber daya hayati di dalamnya. Segitiga Karang yang meliputi kawasan Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Niugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste mencakup 30 persen dari terumbu karang di dunia dan 76 persen dari spesies karang yang membentuknya merupakan tempat bertelur jenis ikan strategis, seperti ikan tuna. Penyebab kerusakan habitat ikan karang di Kawasan Konservasi Laut cukup beragam, namun yang paling umum dan sering dilakukan oleh nelayan adalah aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan teknologi penangkapan yang tidak ramah lingkungan. antara lain : 1 Penggunaan bahan peledak Penggunaan bom untuk menangkap ikan hampir dapat ditemukan di seluruh pelosok tanah air. Akibat penggunaan bom tidak hanya populasi ikan yang rusak akan tetapi terumbu karang sebagai tempat hidup juga rusak Suharsono, 1998. Kerusakan yang diakibatkan oleh bom merupakan kontribusi terbesar terhadap kerusakan karang. Tidak semua ikan dapat terambil, diperkirakan 20 merupakan potensi ikan yang berada agak jauh ikan terlihat lebih lentur dan lemas karena seluruh tulangnya remuk. 39 2 Penangkapan ikan dengan kalium sianida Racun ini digunakan untuk menangkap ikan dalam keadaan hidup. Pengaturan konsentrasi “potas” menjadi sangat penting agar ikan yang terkena hanya dalam kondisi mabuk atau terbius sehingga mudah ditangkap. Penentuan konsentrasi yang tepat susah sekali, sehingga ikan yang mati kadang lebih banyak dari ikan yang hidup. Konsentrasi potas 0,1 mgliter sudah cukup untuk membunuh ikan. Diperkirakan ikan yang pernah terkena potas yang kemudian tetap selamat hidup akan mengalami kelainan dalam pertumbuhan dan proses produksinya. Selanjutnya dalam Country Status Overview Departemen Kelautan dan Perikanan, Telapak Indonesia, dan Internatiol Marinelife Alliance. 2001, menyatakan bahwa sianida potas menyebabkan ketahanan ikan hasil tangkapan rendah. Sekitar 80 ikan hias dan 50 ikan konsumsi mati dalam penampungan dan pengangkutan mulai dari perairan tangkap hingga tangan pembeli. Akibatnya nelayan ikan karang hidup berusaha memperoleh ikan karang lebih banyak untuk memenuhi pesanan walaupun dengan cara yang merusak. 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN KONSERVASI LAUT DI LOKASI PENELITIAN

3.1 Wilayah Administratif, Geografis dan Topografi