Mekanisme internal corporate governance perusahaan meliputi struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan Lins dan Warnock, 2004 dalam Fala,
2007. Struktur kepemilikan meliputi organ perusahaan yaitu rapat umum pemegang saham RUPS, dewan komisaris dan direksi untuk perseroan terbatas
atau persero, atau yang setara dengan itu untuk koperasi dan usaha bersama. Struktur pengelolaan meliputi pemangku kepentingan yaitu pihak-pihak yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain pemegang saham, dewan komisaris, direksi, karyawan,
pemegang polis, tertanggung, pihak yang berhak memperoleh manfaat, kreditur, penyedia jasa dan pemerintah. Mekanisme internal yang akan diteliti yaitu
independensi komisaris, kepemilikan perusahaan komisaris oleh direksi, serta ada atau tidaknya komite audit.
2.3.1. Independensi Komisaris
Salah satu permasalahan dalam penerapan Corporate Governance adalah adanya CEO yang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan
dewan komisaris. Padahal fungsi dari dewan komisaris ini adalah untuk mengawasi kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut.
Efektivitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat indepedensi dari dewan komisaris tersebut,
Lorsch, 1989; Mizruchi, 1983; Zahra Pearce, 1989 dalam Wardhani, 2006. Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan
pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan.
Salah satu fungsi utama komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan.
Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen terutama CEO dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya,
Wardhani, 2008. Fama dan Jensen 1983 dalam Ujiyanto dan Pramuka, 2007 menyatakan
bahwa non-executive director komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.
2.3.2. Kepemilikan Manajerial
Menurut konteks konservatisme, kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini memiliki dua pandangan yang berbeda. Kepemilikan oleh inside
directors dan manajemen ini dapat berperan sebagai fungsi monitoring dalam
proses pelaporan keuangan, dan juga dapat menjadi faktor pendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Apabila inside
directors dan manajemen menjalankan fungsi monitoringnya dengan baik, maka
ia akan mensyaratkan informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi sehinga mereka akan menuntut penggunaan prinsip konservatisme yang
lebih tinggi pula. Namun, apabila kepemilikan mereka tersebut justru mendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap perusahaan, maka mereka akan lebih
cenderung untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih liberal lebih agresif Wardhani, 2008.
Kepemilikan manajerial berkaitan erat dengan penerapan prinsip konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan. Manajer lebih menjadi
sumber informasi megenai kinerja perusahaan saat ini ataupun masa yang akan datang. Keterbatasan pandangan limited horizon serta terbatasnya tanggung
jawab manajer menyebabkan timbulnya masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Keterbatasan tersebut memberikan dorongan bagi menajer
untuk meningkatkan nilai yang mereka ciptakan melalui laba yang ditingkatkan saat ini dan aliran kas yang diharapkan di masa mendatang, sehingga menciptakan
biaya keagenan. Biaya keagenan timbul karena usaha manajer untuk memindah kekayaan perusahaan pada dirinya dan mengabaikan peran utamanya, yaitu
mengatur perusahaan secara efektif serta menciptakan nilai bagi pemegang saham Laford, 2007 dalam Widyaningrum, 2008.
Pemilik pemegang saham bertujuan untuk memaksimalkan kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi
perusahaan, sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Kepemilikan manajerial akan membantu penyatuan
kepentingan antara manajer dan pemegang saham Putri, 2006. Maka, semakin kecilnya kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan
semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat.
2.3.3. Komite Audit