Ada beberapa faktor yang mendorong statement yang konservatif Sanders, TH dkk, 1938 dalam Sayidah, 2005:
1. Understatement menyebabkan kerugian yang lebih kecil dibanding overstatement
. Tetapi jika pembuat laporan keuangan adalah orang yang tidak jujur, maka understatement maupun overstatement akan menghasilkan
kerugian yang sama. 2. Dengan beberapa pengecualian adanya kecenderungan umum untuk berbuat
salah di sisi optimisme dalam membuat judgment akuntansi harus dioffset dengan penekanan di sisi yang lain. Tetapi ketika kecenderungan mengarah
kesisi yang berlawanan, akuntan seharusnya menekankan aspek yang lebih optimistis.
3. Beberapa bankir, praktisi hukum dan pebisnis ternama merasa bahwa ketaatan yang terlalu besar pada keakuratan matematika dalam statement akuntansi
mungkin cenderung menyesatkan. Kekuatan politik, sosial dan ekonomi mungkin menyebabkan kerugian yang secara spesifik tidak dapat diramalkan
dan akuntan diharapkan dapat menunjukkan kemungkinan- kemungkinan yang tidak menguntungkan tersebut.
2.2.2. Manfaat Konservatisme Akuntansi
Terdapat pro kontra dalam penerapan prinsip konservatisme. Pada pihak yang medukung konservatisme, angka
–angka yang konservatif akan bermanfaat, di sisi lain pada pihak
–pihak yang tidak mendukung prinsip konservatisme, angka
–angka yang konservatif tersebut cendrung tidak bermanfaat.
1. Akuntansi Konservatif Bermanfaat
Pihak yang mendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisma menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah
perusahaan melakukan tindakan membesar –besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate,
Fala, 2007. Peneliti yang mendukung konservatisme diantaranya Ahmed et. al. 2002 dalam Haniati dan Fitriany, 2010 berpendapat bahwa
konservatisme dapat mengurangi konflik antara bondholders-shareholders seputar kebijakan deviden. Pembayaran deviden yang terlalu tinggi akan
menimbulkan ancaman bagi debtholders karena akan mengurangi aktiva yang seharusnya tersedia untuk pelunasan utang. Dibutuhkan penyajian laba
yang konservatif agar debtholders mendapatkan gambaran tentang ketersediaan aktiva untuk pembayaran utang. Serta melakukan pembatasan
pembayaran deviden berdasarkan laba yang diperoleh. Feltham dan Ohlson 1995 dan Watts 1993 dalam Fala, 2007 dalam penelitiannya
membuktikan bahwa laba dan aktiva yang dihitung dengan akuntansi konservatif dapat meningkatkan kualitas laba sehingga dapat digunakan
untuk menilai perusahaan. Serta Laford dan Watts 2006 dalam Haniati dan Fitriany, 2010 berpendapat bahwa laporan keuangan yang
mengaplikasikan prinsip konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan serta mengurangi
deadweight loss biaya agensi yang muncul akibat dari asimetri informasi.
2. Akuntansi Konservatif tidak bermanfaat
Para mengeritik
konservatisme berpendapat
bahwa prinsip
ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi resiko perusahaan. Semakin konservatif maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias
sehingga tidak mencerminkan realita dan laporan keuangan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat mencerminkan nilai perusahaan yang
sesungguhnya. Hal ini menunjukan laporan keuangan menjadi bias dan tidak mempunyai value relevance, Monahan, 1999 dalam Widyaningrum,
2008.
2.2.3. Pengukuran Konservatisme Akuntansi