Gambar 4.4 Curah hujan dan kandungan air tanah pada plot selama pengambilan sampel dalam lingkaran, Maret-April 2007 dan Januari- April 2008 Moser et al. 2010
. 2 . 3
. 4 . 5
1 4
7 1
7 7
1 1
7 1
1 8
1 4
8 1
7 8
C o
n t r o
l R
o o
f
. 2 . 3
. 4 . 5
Vol .
wate r
c onte
n t
m m
3- 3
1 4
7 1
7 7
1 1
7 1
1 8
1 4
8 1
7 8
. 1 . 2
. 3 . 4
. 5
F J
O F
J 2
4 6
Ra in
fa ll
m m
d
-1
D e
s i c
c a
t i o n
p e
r i o d
M A
M J
A S
N D
J J
M A
M
2 7
2 8
1 c
m
7 5
c m
1 5
c m
58
59 kemungkinan terjadi karena rata-rata curah hujan yang cukup tinggi 2844 mm,
tropical rain forest di lokasi penelitian, sedangkan Suryanarayanan
melakukannya di daerah dry tropic. Diduga hujan yang terlalu banyak malah akan mencuci propagul cendawan dari permukaan buah sebelum sempat
berkecambah dan mempenetrasi buah. Oleh karena itu dapat diajukan hipotesis bahwa sebenarnya ada presipitasi optimum yang mendukung tingginya keragaman
dan frekuensi kemunculan cendawan endofit di alam. Namun demikian, untuk mendapatkan kesimpulan yang baik, perlu dilakukan pengulangan pada beberapa
musim, tidak hanya satu musim seperti dalam penelitian ini.
4. Kemiripan Jenis Spesies Cendawan Endofit Antar Plot
Tingkat kemiripan jenis spesies antar plot diukur dengan tiga indeks Tabel 4.4. Indeks Jaccard dan Sørensen mengukur kemiripan antar plot dengan
membandingkan ada atau tidaknya suatu spesies di kedua plot tersebut, sedangkan Morista-Horn membandingkan jumlah frekuensi spesies yang ditemukan pada tiap
plot. Dari ketiga indeks, indeks kemiripan BC vs BR dan AC vs AR selalu tertinggi. Tingginya kemiripan tersebut plot tanpa atap dan diatap pada waktu
pengambilan sampel yang sama menggambarkan bahwa pengatapan tidak mempengaruhi jenis cendawan endofit yang ada. Dengan Multidimensional
Scaling MDS dari indeks Sørensen makin jelas memperlihatkan kemiripan jenis spesies yang ditemukan di dalam tiap ulangan dari AC dan AR Gambar 4.5.
Makin dekat titik-titik yang mewakili ulangan dari tiap perlakuan, makin mirip jenis spesies dalam plot-plot tersebut, seperti yang ditunjukkan pada ulangan plot
yang berada di dalam lingkaran. Sebaliknya, makin jauh letak titik-titik tersebut, makin berbeda jenis spesies yang ditemukan dalam tiap plot tersebut. Jadi dengan
melihat rendahnya nilai indeks BC vs AC dan BR vs AR plot yang sama dengan waktu pengambilan sampel berbeda, dapat dikatakan bahwa pemasangan atap
tidak mempengaruhi jenis spesies dalam tiap plot dan mengindikasikan adanya pengaruh dari waktu pengambilan sampel.
Suhu dan kelembaban rata-rata yang diukur pada semua plot 3 m dari permukaan tanah pada pengambilan pertama dan 1 dan 3 m di atas permukaan
tanah pada pengambilan sampel kedua tidak berbeda nyata antar waktu
60 Tabel 4.4 Indeks kemiripan jenis spesies antar plot
Species shared
Indeks kemiripan Jaccard classic
Sørensen classic Morista-Horn BC vs BR
27 0.9000
0.9474 0.9389
BC vs AC 26
0.7027 0.8254
0.4341 BC vs AR
25 0.7143
0.8333 0.5013
BR vs AC 25
0.7143 0.8333
0.4239 BR vs AR
24 0.7273
0.8421 0.5430
AC vs AR 29
0.8529 0.9206
0.9495 Keterangan: BC: Plot kontrol, pengambilan pertama
BR: Plot perlakuan, pengambilan pertama AC: Plot kontrol, pengambilan kedua
AR: Plot perlakuan, pengambilan kedua
Gambar 4.5 Kemiripan jenis spesies antar plot dari indeks Sorensen dengan Multidimensional Scaling MDS. Tiap titik mewakili ulangan dari
tiap perlakuan BC: Plot kontrol, pengambilan pertama; BR: Plot perlakuan, pengambilan pertama; AC: Plot kontrol, pengambilan
kedua; AR: Plot perlakuan, pengambilan kedua
-1,50 -1,00
-0,50 0,00
0,50 1,00
1,50
-1,50 -1,00
-0,50 0,00
0,50 1,00
1,50 Dimension 1
D im
e ns
ion 2
AC AR
BC BR
stress = 0.12