Perubahan Dominansi Spesies Cendawan Endofit
72 dengan shaker pada kecepatan 100 rpm. Setelah dua bulan, cendawan divakum,
dibilas dengan akuades steril dan diblender dengan kecepatan sedang selama 10 menit. Propagul cendawan diencerkan dengan air hingga kerapatan 10
5
propagulml. Pada saat perlakuan di lapangan, suspensi cendawan dicampur dengan 0.1
Tween 80 dan disemprotkan pada buah dengan umur dan ukuran yang relatif seragam panjang +10 cm. Penyemprotan dilakukan pada tiga pohon dengan
lima buah perpohon untuk tiap-tiap cendawan. Campuran Tween 80 0.1 dan air steril digunakan sebagai kontrol. Setelah dua minggu, buah dipetik dan
diinokulasi dengan P. palmivora di laboratorium. b. Inokulasi P. palmivora pada buah yang telah dipetik
P. palmivora diisolasi dari buah kakao bergejala dari Sulawesi. Inokulum
patogen yang digunakan dalam semua tahapan penelitian ini berasal dari zoospora tunggal yang dimurnikan. Untuk mempermudah penghitungan propagul,
P. palmivora dirangsang untuk memproduksi zoospora dengan metode AVRDC
Mycology work paper of AVRDC, 2002. Isolat ditumbuhkan dalam media agar V8 dengan penyinaran terus-menerus pada suhu 28°C selama 4-5 hari.
Selanjutnya isolat dan media dibagi menjadi empat, setiap bagian dipindahkan ke cawan petri baru dan dipotong-potong berukuran 5 mm
2
. Potongan digenangi air selama satu jam, di buang dan digenangi lagi serta dinkubasikan di bawah
penyinaran terus-menerus selama 24 jam. Selanjutnya isolat dipindahkan ke ruang bersuhu 4° C selama 2 jam untuk menginduksi produksi zoospora dan 28°
C selama 1-2 jam untuk pelepasan zoospora. Zoospora yang berhasil dipanen diencerkan konsentrasinya hingga 5x10
4
zoosporaml. Suspensi zoospora disimpan dalam suhu 4° C selama tiga hari agar lambat berkecambah sebelum
digunakan. Lingkaran kertas saring steril berdiameter 10 mm ditetesi dengan 1 ml
zoospora, 2 kertas diletakkan secara terbalik di atas permukaan buah kakao hasil inokulasi cendawan endofit. Penggunaan kertas saring dimaksudkan agar
suspensi zoospora tidak mengalir di atas permukaan kulit kakao. Buah yang telah diinokulasi diletakkan di dalam wadah plastik, 5 buah untuk tiap wadah. Wadah
plastik dibungkus dengan plastik dan di dalam tiap plastik diletakkan kertas saring
73 basah agar kelembaban tetap tinggi. Pengamatan skor keparahan penyakit
dilakukan tiap dua hari Tabel 5.1.
2. Mekanisme cendawan endofit dalam menekan Busuk Buah Kakao a. Aktivitas penghambatan pertumbuhan patogen in-vitro
Kemampuan cendawan endofit menghambat pertumbuhan patogen diukur dengan menumbuhkan keduanya di dalam cawan Petri berdiameter 9 cm pada
media Potato Dextrose Broth PDA. Kedua cendawan ditumbuhkan berhadap- hadapan dengan jarak 3 cm. Cendawan endofit yang pertumbuhannya lambat
dibiakkan sehari lebih awal dari patogen. Pengukuran dilakukan terhadap zona bening yang merupakan zona penghambatan pertumbuhan patogen pada saat
umur patogen 4 hari. b. Analisis asam salisilat dan aktivitas peroksidase
Benih kakao yang telah disterilisasi dengan fungisida sistemik berbahan aktif Benomil ditanam di dalam tanah steril. Benih ini berasal dari 3 buah kakao
yang dipanen dari satu pohon di Sulawesi. Bibit kakao dipelihara di dalam rumah plastik, atap plastik ditutupi paranet dengan pencahayaan 10, tepinya ditutup
dengan kain kasa. Tanaman disiram secara langsung ke dalam media tumbuh, tiga hari sekali. Bibit dipelihara hingga memiliki 4 daun berkembang penuh.
Cendawan endofit disiapkan seperti pada penyiapan untuk inokulasi buah, disiapkan dengan konsentrasi 10
5
propagulml air. Satu daun terbawah dari bibit berusia 4 bulan dicelup ke dalam propagul cendawan, 10 bibit untuk tiap
cendawan endofit. Sebagai kontrol perlakuan, daun dicelup ke dalam air steril.
Tabel 5.1 Skor gejala penyakit pada buah yang diinokulasi dengan Phytophthora palmivora
Skor Kisaran gejala
0 0 x
≤ 1 1 1
x ≤ 5
2 5 x
≤ 15 3 15
x ≤ 25
4 25 x
≤ 35 5 35
x ≤ 45
6 45 x
74 Suspensi cendawan yang tersisa dituang ke dalam media tumbuh bibit, 10 ml tiap
tanaman. Penanganan tanaman dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kontak antara daun atas dengan daun bawah dan antar tanaman. Kelembaban di
dalam rumah plastik dijaga tetap tinggi, sekitar 99 selama dua hari dengan meletakkan kain basah dan air di dalam wadah di dalam rumah plastik
Setelah 9 hari, daun kedua dari tiap bibit dipanen untuk analisis asam salisilat dan peroksidase. Aktivitas peroksidase diukur dengan metode yang
dikembangkan oleh Pudjihartati et al. 2006 modifikasi dari Hammerschmidt et al.
1982 dan total protein dihitung mengikuti metode Lowry Lowry et al. 1951. Konsentrasi asam salisilat dianalisis menggunakan HPLC mengikuti metode
Bevilacqua dan Califano 1989. Sampel dianalisis pada Varian 450-GC system liquid chromatography
, dengan kolom C-18 dan laju isocratic pada 1 mlmin. Inokulasi daun ketiga dengan zoospora berkecambah dari P. palmivora
dilakukan pada hari berikutnya. Inokulasi dilakukan dengan cara yang sama seperti untuk buah kakao. Inokulasi diulang tujuh hari kemudian dengan
miselium patogen pada media agar V8, ditempelkan pada permukaan bawah daun karena inokulasi pertama tidak bergejala. Daun keempat dipanen untuk analisis
peroksidase dan asam salisilat yang kedua kali, pada hari ke 26 setelah inokulasi cendawan endofit.
Pengukuran asam salisilat dan peroksidase berasal dari sampel komposit, gabungan dari ke sepuluh ulangan.
Analisis data
Laju infeksi, AUDPC dan tingkat keefektifan tiap cendawan endofit menekan penyakit dihitung dari nilai skoring gejala penyakit pada buah kakao.
Nilai AUDPC, periode laten, laju infeksi, keefektifan pengendalian pada buah kakao dikorelasikan dengan nilai zona hambatan hasil uji ganda in-vitro, produksi
asam salisilat dan aktivitas peroksidase pada daun bibit kakao untuk melihat mekanisme apa yang berkorelasi dengan masing-masing peubah hasil pengujian
pada buah.