Kemiripan Jenis Spesies Cendawan Endofit Antar Plot

70 oleh Resinicium friabile dan Aschersonia masing-masing sebesar 17.4 dan 12.7. Cendawan Pestalotiopsis dan Fusarium tidak efektif menekan penyakit. Periode laten sangat berkaitan dengan keparahan penyakit. Penghambatan pertumbuhan patogen dan induksi ketahanan tanaman berperan dalam penekanan penyakit oleh Xylariaceae, C. gambosa, R. friabile dan Aschersonia. Kata kunci: Xylariaceae, Calocybe gambosa, induksi ketahanan, asam salisilat, peroksidase Pendahuluan Penyakit busuk buah pada kakao yang disebabkan oleh P. palmivora merupakan salah satu penyakit yang paling merugikan pada pertanaman kakao di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penyakit ini dapat mengurangi produksi dunia 20-30 setiap tahun Guest 2007, bahkan dapat mengurangi hasil produksi sampai 90 Bowers et al. 2001. Saat ini, pengendalian hamapenyakit terpadu seperti sanitasi, pemangkasan, kultivar tahan, pemanfaatan agens pengendali hayati direkomendasikan untuk menekan perkembangan busuk buah, namun penyakit ini tetap menjadi masalah di seluruh dunia. Salah satu teknologi baru dalam pengendalian hayati penyakit tumbuhan yang menjanjikan adalah dengan penggunaan cendawan endofit. Cendawan endofit adalah cendawan yang semua atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam jaringan tanaman sehat dan tidak memperlihatkan gejala penyakit Caroll 1988; Petrini 1991; Clay 1993; Saikkonen et al. 2004; Schulz dan Boyle 2005. Hubungan antara tanaman dan cendawan endofit umumnya dianggap sebagai simbiosis mutualistik Clay 1988; Clay 1989; Faeth 2002; Sette et al. 2006; Rodriguez et al. 2009. Di Indonesia, penelitian tentang cendawan endofit pada buah kakao belum banyak dilaporkan secara ilmiah. Penelitian cendawan endofit pada kakao dimulai oleh Arnold dan Herre 2003 di Amerika Selatan dengan menghitung tingkat keanekaragaman cendawan endofit dari daun kakao yang tumbuh pada berbagai ekosistem yang berbeda. Cendawan endofit yang didapatkan diuji kemampuannya dalam menekan penyakit kakao dengan menginokulasi daun kakao di pesemaian dengan cendawan endofit dan patogen Phytophthora. Rubini et al . 2005 melanjutkan pengujian ini dengan patogen Crinipellis perniciosa 71 pada pesemaian. Pengujian di lapangan terhadap penyakit witches’ broom dan busuk buah kakao dilakukan oleh Mejia et al. 2008 dan Hanada et al. 2010. Beberapa cendawan endofit dilaporkan berpotensi sebagai agens biokontrol diantaranya Gliocladium catenulatum, Trichoderma, Penicillium striatisporum, Pestalotiopsis, Tolypocladium, and Fusarium Arnold et al. 2003; Rubini et al. 2005; Ma et al. 2008; Mejia et al. 2008; Lee et al. 2009; Hanada et al. 2010. Cendawan-cendawan tersebut ada yang memproduksi senyawa-senyawa yang ternyata dapat menghambat perkembangan beberapa patogen tanaman seperti polyketides clavatol dan patulin Zang et al. 2008, asam salisilat AS, jasmonic acid JA dan peroksidase Shirasu et al. 1997; Segarra et al. 2007. Asam salisilat, jasmonic acid dan peroksidase berperan dalam menginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen Yalpani et al. 1991; Lee et al. 1995. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kemampuan beberapa cendawan endofit yang telah diisolasi dari buah kakao dalam menekan penyakit busuk buah kakao dan mekanisme yang mendasarinya. Bahan Dan Metode 1. Bioesei cendawan endofit terhadap busuk buah a. Inokulasi buah pada tanaman hidup dengan cendawan endofit Inokulasi buah yang masih berada di pohon dengan cendawan endofit dilaksanakan di stasiun lapangan milik PT Perkebunan VIII Saguling, Cianjur, Jawa Barat pada akhir bulan November hingga Desember 2010. Enam isolat cendawan endofit dari buah kakao sehat yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari daerah Marena terletak di lembah Kulawi, 1°29’30”-1°32’24”S dan 120°1’-120°3’30”E, berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah; Gravenhorst et al. 2005. Keenam spesies cendawan endofit ini Xylariaceae, Calocybe gambosa, Resinicum friabile, Aschersonia, Pestalotiopsis, dan Fusarium T47a sebelumnya telah dua kali diuji patogenisitasnya pada daun bibit kakao dan terbukti tidak patogenik Tahi et al. 2006; Gambar Lampiran 5.1. Cendawan endofit diperbanyak dalam labu Erlenmeyer berisi Potato Dextrose Broth PDB yang formulasinya dibuat 50 dari resep baku dan diputar 72 dengan shaker pada kecepatan 100 rpm. Setelah dua bulan, cendawan divakum, dibilas dengan akuades steril dan diblender dengan kecepatan sedang selama 10 menit. Propagul cendawan diencerkan dengan air hingga kerapatan 10 5 propagulml. Pada saat perlakuan di lapangan, suspensi cendawan dicampur dengan 0.1 Tween 80 dan disemprotkan pada buah dengan umur dan ukuran yang relatif seragam panjang +10 cm. Penyemprotan dilakukan pada tiga pohon dengan lima buah perpohon untuk tiap-tiap cendawan. Campuran Tween 80 0.1 dan air steril digunakan sebagai kontrol. Setelah dua minggu, buah dipetik dan diinokulasi dengan P. palmivora di laboratorium. b. Inokulasi P. palmivora pada buah yang telah dipetik P. palmivora diisolasi dari buah kakao bergejala dari Sulawesi. Inokulum patogen yang digunakan dalam semua tahapan penelitian ini berasal dari zoospora tunggal yang dimurnikan. Untuk mempermudah penghitungan propagul, P. palmivora dirangsang untuk memproduksi zoospora dengan metode AVRDC Mycology work paper of AVRDC, 2002. Isolat ditumbuhkan dalam media agar V8 dengan penyinaran terus-menerus pada suhu 28°C selama 4-5 hari. Selanjutnya isolat dan media dibagi menjadi empat, setiap bagian dipindahkan ke cawan petri baru dan dipotong-potong berukuran 5 mm 2 . Potongan digenangi air selama satu jam, di buang dan digenangi lagi serta dinkubasikan di bawah penyinaran terus-menerus selama 24 jam. Selanjutnya isolat dipindahkan ke ruang bersuhu 4° C selama 2 jam untuk menginduksi produksi zoospora dan 28° C selama 1-2 jam untuk pelepasan zoospora. Zoospora yang berhasil dipanen diencerkan konsentrasinya hingga 5x10 4 zoosporaml. Suspensi zoospora disimpan dalam suhu 4° C selama tiga hari agar lambat berkecambah sebelum digunakan. Lingkaran kertas saring steril berdiameter 10 mm ditetesi dengan 1 ml zoospora, 2 kertas diletakkan secara terbalik di atas permukaan buah kakao hasil inokulasi cendawan endofit. Penggunaan kertas saring dimaksudkan agar suspensi zoospora tidak mengalir di atas permukaan kulit kakao. Buah yang telah diinokulasi diletakkan di dalam wadah plastik, 5 buah untuk tiap wadah. Wadah plastik dibungkus dengan plastik dan di dalam tiap plastik diletakkan kertas saring