IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penghambatan terhadap aktivitas invertase dalam mengkonversi sukrosa menjadi gula pereduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, pH,
penambahan inhibitor dan waktu. Hasil penelitian mengenai pengaruh faktor reaksi terhadap penghambatan aktivitas invertase pada degradasi sukrosa dibagi
atas beberapa bagian sesuai dengan tahapan penelitian. Pada tahap awal A disajikan aktivitas invertase yang digunakan dalam penelitian. Tahap kedua B
menghasilkan karakteristik akar kawao Milletia sericea yang menunjukkan kandungan bahan aktif didalamnya. Hasil dari tahap ketiga C dari penelitian ini
adalah faktor-faktor reaksi yang berpengaruh untuk menurunkan jumlah gula pereduksi dan tahap terakhir D disajikan permukaan respon dari faktor-faktor
yang berpengaruh serta nilai terendah yang dicapai pada penelitian ini.
A. Aktivitas Invertase
Aktivitas katalitik enzim dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan perubahan substrat yang dapat diubah menjadi produk setiap satuan waktu
pada suatu reaksi kimia spesifik oleh enzim tersebut. Nilai aktivitas enzim yang diketahui menunjukkan kemampuan enzim dalam mengkatalisis suatu
reaksi. Aktivitas enzim didefinisikan sebagai kecepatan pengurangan substrat atau
kecepatan pembentukan produk pada kondisi optimum atau jumlah enzim yang mengubah satu mol substrat menjadi produk per detik. Berdasarkan
percobaan terhadap enzim yang digunakan maka diketahui slope hasil reaksi yang menunjukkan kemampuan enzim untuk menghasilkan produk sebesar
0,3072 µMdetik atau enzim dapat mengubah substrat sebesar 0,036864 µMmenit. Nilai aktivitas yang diperoleh tersebut dapat dikatakan rendah,
karena konsentrasi substrat yang diubah menjadi produk relatif kecil terhadap waktu namun hal tersebut bukan merupakan permasalahan dalam mengetahui
pengaruh faktor reaksi pada degradasi sukrosa oleh invertase. Aktivitas invertase yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk
kurva pada Gambar 7.
20 40
60 80
100
100 200
300 400
lam a inkubasi de tik ko
n sen
tr asi
gl uk
os a
+ fr
uk tos
a u
M
Gambar 7. Kurva aktivitas invertase, y = 0,3072 x
B. Karakteristik Kawao Milletia sericea
Kawao merupakan tumbuhan perdu yang memanjat, tegak, panjang 10- 30 m, biasa ditemukan di hutan-hutan dan di tepi-tepi sungai mulai dataran
rendah sampai ± 1000 m dpl. Akar kawao Milletia sericea biasa digunakan oleh petani gula aren sebagai pengawet nira aren supaya tidak masam.
Kandungan yang terdapat dalam akar kawao Milletia sericea dapat diketahui melalui uji fitokimia yang merupakan uji kualitatif terhadap bahan
fitokimianya yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil uji fitokimia Kawao Milletia sericea
Jenis Contoh Jenis Pengujian
Hasil Pengujian
Akar Kawao Skrining fitokimia
- Alkaloid
- Saponin
- Tanin
- Fenolik
- Flavonoid
- Triterfenoid
- Steroid
- Glikosida
+ + + + +
- +
+ + + + + +
+ + + + +
Keterangan : : tidak termasuk lingkup akreditasi
+ + : Positif
- : Negatif
+ + + : Positif kuat
+ : Positif
+ + + + : Positif kuat sekali
Berdasarkan hasil uji fitokimia seperti pada Tabel 5, kandungan bahan aktif paling banyak dalam akar kawao Millettia sericea adalah alkaloid,
flavonoid dan glikosida yang memberikan respon positif kuat sekali dengan pembentukan warna. Selain tiga bahan tersebut, bahan lain yang terdapat
dalam akar kawao Millettia sericea dalam jumlah yang relatif lebih sedikit diantaranya saponin, fenolik, triterfenoid dan steroid. Bahan-bahan bioaktif
yang terdapat dalam akar kawao Millettia sericea umumnya dikenal sebagai bahan antimikroba.
Flavonoid disintesis oleh tanaman untuk merespon infeksi akibat mikroba sehingga efektif secara in vitro terhadap mikroorganisme. Aktivitas
flavonoid mungkin disebabkan oleh kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, dan dengan dinding sel.
Flavonoid yang bersifat lipofilik mungkin juga akan merusak membran mikroba. Senyawa flavonoid juga memperlihatkan efek inhibitori
penghambatan terhadap berbagai virus. Menurut Iswantini et al.2003, temu putih yang mengandung terpenoid, alkaloid dan flavonoid berpotensi tinggi
sebagai antikanker. Ekstrak kasar flavonoid temu putih pada berbagai konsentrasi dibawah nilai LC
50
-nya mempunyai daya hambat terhadap aktivitas tirosin kinase melebihi inhibitor sintetis genistein. Daya hambat
tertinggi diperoleh dari fraksi teraktif ekstrak kasar flavonoid temu putih, yaitu sebesar 93,4 .
Flavonoid dapat bekerja sebagai antivirus, anti organisme, dan antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas yang dapat menyebabkan
tumor. Senyawa ini dapat mengobati gangguan fungsi hati, mengurangi pembekuan darah, anti hipertensi, merangsang pembentukan estrogen, dan anti
inflamasi Hakim, 2005. Kuerselin, salah satu antioksidan dari kelompok flavonoid, terdapat pada tanaman tingkat tinggi. Flavonoid pada tanaman
dapat berfungsi sebagai penangkap anion superoksida, lipid peroksida radikal, kuensing, oksigen sirglet, dan pengkelat logam. Flavonoid sebagai derivat
benzo- γ-piran mempunyai banyak kegunaan disamping fungsinya yang pokok
sebagai vitamin P untuk menaikkan resistensi dan menurunkan permeabilitas kapiler darah. Efek lain flavonoid sangat banyak macamnya terhadap berbagai
organisme dan efek ini dapat mejelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan.
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik dan memiliki efek antimikroba. Alkaloid dalam tanaman herbal biasanya diekstrak untuk
dimanfaatkan sebagai bahan dasar obat-obatan. Selain senyawa alkaloid, senyawa dalam tanaman yang biasa digunakan sebagai obat adalah senyawa
glikosida. Salah satu manfaat dari senyawa glikosida pada tanaman adalah sebagai bahan antikanker seperti senyawa yang lain seperti alkoloid. Alkaloida
merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen
dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
Bahan glikosida dapat menghambat pertumbuhan penyakit seperti pada penelitian Jaime Rodriguez, Rita Castro dan Ricardo Riguero menunjukkan
senyawa aktif triterpen glikosida menghambat pertumbuhan tumor pada sel limfoid, sel tumor paru manusia, sel tumor serviks, dan melanoma tikus pada
kisaran konsentrasi 0,38-0,46 mgml.
C. Pengaruh Faktor Reaksi