b. Penghambatan Non-Kompetitif
Dalam inhibisi non-kompetitif, inhibitor mengikat secara langsung ke kompleks enzim-substrat tetapi tidak ke enzim bebas. Inhibisi
yang tidak kompetitif menyatakan bahwa inhibitor ini akan mempengaruhi fungsi enzim tetapi tidak terhadap ikatan dengan
substrat. Untuk enzim dengan substrat tunggal, sangat sulit untuk mengemukakan bagaimana hal ini terjadi dengan pengecualian
terhadap inhibitor kecil.
c. Penghambatan Campuran
Inhibisi yang terjadi karena enzim dan senyawa substrat-enzim mengikat inhibitor.
Inhibisi campuran berikatan dengan bagian site enzim yang ikut serta baik dalam pengikatan substrat dan katalisator.
d. Penghambatan oleh produk
Sebagian besar enzimatik menghasilkan produk berupa penghambat. Jenis penghambat ini dapat berbentuk kompetitif atau bukan kompetitif.
Beberapa contoh menyajikan penghambatan reaksi enzimatik oleh produk yang dihasilkan. Amiloglukosidase oleh glukosa, invertase oleh glukosa
dan fruktosa, β-amilase oleh maltosa, dan lain-lain. Jenis penghambatan
ini juga retroinhibition.
5. Kondisi Lingkungan
Inaktivasi enzim dan mikroorganisme dapat dilakukan dengan perlakuan suhu yang tinggi. Akan tetapi perlakuan suhu yang tinggi juga
dapat menyebabkan perubahan produk, sehingga kualitasnya menurun. Metode lain yang dapat digunakan untuk menurunkan aktivitas enzim dan
mikroorganisme tanpa merusak produk yang diinginkan adalah dengan cara pemberian gelembung gas inert. Pemberian gelembung gas inert
nitrogen mampu menurunkan aktivitas enzim Causette et al., 1998.
E. KAWAO Milletia sericea
Tumbuhan ini merupakan perdu memanjat, tegak, panjang 10-30 m, disana sini ditemukan di hutan dan di tepi sungai mulai dari dataran rendah
sampai ±1000 m dpl Backer, Schoolflora. Akar warnanya kehitaman- hitaman, gemangnya sebesar jari tangan, bagian teras berair, sebagian dari
akar keluar di atas lumpur. Menurut Teysmann natuurk. Tijdschr v.N.I. jilid 34 hlm. 407 orang jawa memberikan sepotong akar dalam cairan palem yang
masih segar Bel het verse palmsap agar cairan tersebut tidak menjadi asam dalam Heyne, 1987.
Milletia sericea W. A. Pongamia sericea VENT..
Nama daerah. Ind. : Akar mumba, A. tuba, Bori akar manado – Sunda : Areuy kawao, Tuwa laleur.
F. ZAT-ZAT BIOAKTIF
Metabolisme sekunder saat ini dikenal penting pada kehidupan tanaman. Metabolit sekunder berfungsi sebagai sistem perlindungan melawan serangga,
bakteri, virus dan fungi yang digunakan sebagai sistem kekebalan hewan Vickery dan Vickery, 1981. Diantara senyawa metabolit sekunder ini
terdapat terpenoid, fenol dan alkaloid. 1. Terpenoid
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang
mudah menguap C
10
dan C
15
, diterpena yang sukar menguap C
20
, sampai ke senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol
C
30
, serta pigmen karotenoid C
40
Harborne, 1987. 2. Fenol
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik mengandung
satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut di dalam air karena umumnya fenol berikatan dengan gula sebagai glikosida,
dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Flavonida merupakan golongan fenol terbesar, tetapi fenol
monosiklik sederhana, fenil propanoid dan quinon fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan polimer penting terdapat pada
lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang
satuan fenolik dijumpai pada protein, alkaloid dan di antara terpenoid Harborne, 1987.
3. Alkaloid Alkaloid umumnya mencakup senyawa basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif
dan berbentuk kristal, hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Fungsi alkaloid dalam tumbuhan masih belum jelas, diduga sebagai
pengatur tumbuh atau penghalau serta penarik serangga Harborne, 1987. Menurut Harbone 1996 alkaloid memiliki kelarutan yang berbeda.
Alkaloid umumnya larut dalam pelarut lipofil tetapi dalam bentuk garamnya larut dalam pelarut hidrofil. Alkaloid dalam tanaman umumnya
terdapat dalam bentuk garam, sehingga alkaloid dapat diekstrak dengan pelarut hidrofil.
Alkaloid dan saponin yang terekstraksi dari tanaman mahkota dewa diduga menyebabkan tingginya daya inhibisi pada enzim tirosin kinase Salim,
2006. Setiawan 2006 menyatakan bahwa saponin merupakan senyawa glikosida terpenoid atau glikosida steroid. Saponin adalah senyawa aktif yang
menimbulkan busa jika dikocok dalam air.
III. METODOLOGI
A. ALAT DAN BAHAN 3.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain alat gelas erlenmeyer, tabung reaksi, gelas piala, pipet tetes, corong; peralatan ukur
pipet mikro, pipet volumetri, labu takar, termometer, spektrofotometer, stopwatch
dan timbangan; serta peralatan pendukung water bath dan vortex
.
4. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain sukrosa, invertase dari SIGMA-Aldrich I 9253 dengan aktivitas 39 unitmg,
aquades, buffer pH 4; 4,5; 5; 6,5 dan 8. Dan bahan inhibitor alami yaitu akar kawao Millettia sericea diperoleh dari perkebunan agropolitan
daerah Leuwiliang, Bogor. Bahan-bahan kimia lainnya seperti pereaksi DNS.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan terdiri atas tahapan penelitian dan prosedur penelitian. Penjelasan untuk tahapan maupun prosedur adalah
sebagai berikut.
1. Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu 1 penentuan aktivitas invertase, 2 karakterisasi akar kawao Millettia sericea, 3
penentuan pengaruh variabel terhadap jumlah gula pereduksi, 4 penentuan permukaan respon pengaruh variabel terhadap jumlah gula
pereduksi. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat di Gambar 6.