Persamaan Tingkat Keuntungan Model Empiris

54 Agar dapat diperbandingkan, kedua variabel RR dan IR diukur dengan bagi hasil dan tingkat bunga untuk deposito 6 bulan. Variabel RR diinteraksikan dengan D1 untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh tingkat bagi hasil terhadap kelompok BUS dan UUS, sedangkan variabel IR diinteraksikan dengan D2 untuk menguji dugaan bahwa bank syariah besar BMI dan BSM akan mempunyai daya tahan lebih besar terhadap pengaruh tingkat bunga bank konvensional dibandingkan dengan bank syariah kecil. Dalam persamaan ini dampak tingkat bunga bank konvensional terhadap DPK dilihat dengan memasukkan variabel rasio antara IR dengan RR yang menunjukkan harga relatif produk bank konvensional atau sebaliknya. Ada dua alasan kenapa variabel rasio IRRR ini dirasa perlu untuk dimasukkan. Pertama, untuk mengantisipasi hasil studi Kasri 2007 dan Chong dan Liu 2009 yang menemukan adanya co-movement antara RR dan IR. Dengan dirasiokannya kedua variabel ini diharapkan akan tetap terlihat volatilitas variabel ini walaupun ada kecenderungan terjadinya arah pergerakan IR dan RR yang sama. Alasan kedua adalah untuk mengatasi masalah cross-section invariance pada variabel IR. Seluruh bank syariah dianggap menghadapi rata-rata tingkat bunga yang sama yang ditawarkan oleh bank konvensional sebagai pesaing mereka. Variabel yang juga berbentuk cross-section invariance adalah RGDP, tetapi dianggap tidak perlu dirasiokan dengan variabel spesifik bank syariah karena tidak ada masalah seperti yang dihadapi oleh variabel IR, walaupun ada resiko akan menghasilkan koefisien yang tidak signifikan.

4.2.2.2. Persamaan Tingkat Keuntungan

Untuk model tingkat keuntungan yang diukur dengan ROA menggunakan model Smirlock 1985 dengan variabel independen yang digunakan adalah: 55 rasio konsentrasi CR2, pangsa pasar MS, interaksi MS dan CR2 MSCR2, rasio BOPO, jumlah dana pihak ketiga DPK, dan nilai asset bank ASET. Model lengkap persamaan ini adalah: ROA it = b + b 1 D2CR2 it + b 2 D2MS it + b 3 MSCR2 it + b 4 BOPO it + b 5 lnDPK it + b 6 lnASET it + e it .............................................. 4 dimana ROA, CR2, MS dan BOPO dalam satuan persen, sedangkan DPK dan ASET dalam satuan Rupiah. ROA merupakan rasio antara total pendapatan dengan total aset bank. BOPO adalah persentase biaya operasional terhadap total pendapatan operasional yang banyak digunakan sebagai proksi kualitas manajemen. ASET adalah total nilai aktiva yang dimiliki oleh masing-masing bank. Konsentrasi pasar diukur dengan CR2, yaitu jumlah aset dua bank syariah terbesar dibagi dengan total nilai aset industri perbankan syariah. CR2 digunakan karena secara konsisten dalam periode pengamatan, hanya ada dua bank besar yaitu BSM dan BMI yang mendominasi pasar. Bank syariah lainnya mempunyai pangsa pasar yang tingkatnya sangat jauh di bawah kedua bank tersebut. Pangsa pasar MS diukur dengan persentase nilai aset masing-masing bank syariah dibandingkan dengan total nilai aset industri perbankan syariah. Kedua variabel CR2 dan MS tidak diukur secara continuous, tetapi juga tidak sepenuhnya discrete. Martin 2002 menyatakan bahwa untuk variabel yang tidak signifikan jika menggunakan variabel continuous dapat diatasi dengan menggunakan variabel discrete dalam bentuk dummy 1 untuk satu kelompok observasi dan 0 untuk kelompok lainnya. Untuk kasus perbankan syariah Indonesia penggunaan variabel discrete untuk variabel CR2 dan MS diperkirakan lebih tepat karena penguasaan pasar dapat secara jelas dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok besar BSM dan BMI dan kelompok kecil untuk bank 56 lainnya. Hal ini stabil ditemukan selama periode pengamatan. Dalam persamaan ini digunakan variabel semi-discrete dengan menginteraksikan kedua variabel CR2 dan MS dengan D2. Dasar dilakukannya interaksi ini adalah dugaan selama penguasaan pasar masih kecil, maka perbedaan antar bank tidak akan berpengaruh signifikan dikalikan dengan D2=0, namun jika sudah masuk dalam kelompok besar perbedaan penguasaan pasar akan berpengaruh signifikan terhadap variabel independen D2=1. Dalam persamaan ini diharapkan b 1 , b 2 , b 5 dan b 6 akan bertanda positif, sedangkan b 4 akan bertanda negatif. Tanda b 3 dapat bertanda negatif atau positif dan tanda tersebut akan menentukan apakah terdapat indikasi perilaku kolutif b 3 0 atau sebaliknya, b 3 0 yang mendukung hipotesis persaingan yang didasarkan pada efisiensi Efficient Structure Hypothesis. Untuk sampai pada kesimpulan hipotesis mana dalam hubungan antara keuntungan dan struktur pasar yang didukung, maka sebelum persamaan lengkap di atas akan diestimasi model restriktif dengan tiga persamaan berikut: ROA it = c + c 1 D2CR2 it + c 2 BOPO it + c 3 lnDPK it + c 4 lnASET it + e it .. .. 5 ROA it = d + d 1 D2MS it + d 2 BOPO it + d 3 lnDPK it + d 4 lnASET it + e it ... 6 ROA it = f + f 1 D2CR2 it + f 2 D2MS it + f 3 BOPO it + f 4 lnDPK it + f 5 lnASET it + e it Jika c ........................................................................ 7 1 0, maka ada indikasi dukungan terhadap Traditional Hypothesis TH yaitu terjadi kolusi antar bank besar untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bank-bank kecil. Sebaliknya jika d 1 0, maka ada indikasi dukungan terhadap Efficient Structure Hypothesis ESH yaitu 57 bank besar mampu mendapatkan keuntungan lebih besar daripada bank-bank kecil karena lebih efisien. Jika c 1 pada persamaan 5 dan d 1 pada persamaan 6 dua-duanya bertanda positif, maka perlu diestimasi persamaan 7 untuk memastikan hipotesis mana yang didukung. f 1 0 dan f 2 =0 akan menjustifikasi TH, dan sebaliknya akan menjustifikasi ESH. Namun demikian, Smirlock 1985, bahkan kedua kemungkinan hasil pada persamaan 7 tidak konklusif. Untuk memastikannya diperlukan persamaan 4 dengan memasukkan variabel interaksi MSCR2 dengan penarikan kesimpulan seperti yang telah dikemukakan.

4.2.2.3. Persamaan Penerimaan Total