Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia

(1)

OLEH WINSIH H14103043

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

RINGKASAN

WINSIH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia (dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS).

Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari permasalahan pada tingkat produksi. Komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur sampai saat ini masih diimpor, sehingga biaya produksi yang digunakan lebih mahal. Ini akan berpengaruh langsung pada nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur. Permasalahan lainnya pada industri manufaktur adalah pada tingkat ekspor hasil komoditi. Selama ini ekspor yang terjadi dalam industri manufaktur di Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23), sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 5.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil analisis SCP didapatkan bahwa industri manufaktur mempunyai struktur pasar pada industri manufaktur di Indonesia adalah oligopoli, dimana tingkat oligopolinya bervariasi antara oligopoli ketat, sedang dan longgar. Dari segi kinerja industri manufaktur dapat dilihat dari margin keuntungan atas biaya langsung (PCM) dan nilai efisiensi-X


(3)

mengestimasi Price Cost Margin (PCM). Berdasarkan hasil estimasi dengan model efek tetap yang diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja adalah produktivitas (PROD) dan efisiensi-X (XEFF). Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4),

pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), ekspor (EX) dan impor (IM) tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.

Dengan terbentuknya struktur pasar oligopoli dalam industri manufaktur di Indonesia, yang merupakan bentuk persaingan tidak sempurna, maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah pemerintah dapat memberikan pengawasan yang ketat terhadap perilaku-perilaku tidak sehat seperti kolusi, misalnya melalui pengawasan dari Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Bagi para produsen dalam industri manufaktur harus dapat meningkatkan produksi dan mengurangi biaya input yang digunakan, karena pertumbuhan tingkat produksi industri manufaktur di Indonesia dirasakan masih rendah dari pertumbuhan nilai inputnya. Untuk penelitian selanjutnya, perlu menganalisa daya saing industri manufaktur di pasar luar negeri karena selama ini industri manufaktur sudah menjadi perioritas utama dalam rencana pembangunan nasional bagi kebanyakan negara berkembang.


(4)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA

Oleh WINSIH H14103043

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Winsih

Nomor Registrasi Pokok : H14103043

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP. 131 846 872


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2007

Winsih H14103043


(7)

Subang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sanaji dan Rastem.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tingkat sekolah dasar SDN Patimura di desa Cigugur (1990-1997). Kemudian melanjutkan pendidikan pada sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Pusakanagara di kecamatan Pusakanagara (1997-2000) dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Pamanukan di kecamatan Pamanukan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan pelatihan dan kepanitiaan. Pelatihan yang pernah diikuti penulis antara lain, pelatihan Peningkatan kemampuan Penguasaan Komputer Bagi Mahasiswa TPB dalam rangka DUE-Like IPB Batch III (tahun 2003), anggota Agri Farma-Faperta (tahun 2005), kepanitiaan dalam kegiatan HIPOTEX-R (tahun 2005) dan pelatihan Kewirausahaan Syariah (tahun 2006).


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam, Rabb yang selalu menjawab doa hamba-hambanya dan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, atas rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul ”Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia, serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur selama periode 2000-2004.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis sampaikan kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda Sanaji (Almarhum) dan Ibunda Rastem, terimakasih atas unlimited support yang diberikan kepada penulis (menjelang detik-detik seminar dan sidang), kebebasan untuk memilih, kesabaran dalam mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Untuk Nono dan Nata yang dengan cara-caranya sendiri selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Untuk ayahanda tercinta ini merupakan bingkisan yang tidak sempat tersampaikan untuk ayah.

2. Muhammad Firdaus Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis, serta memberikan masukan-masukan bagi penulis untuk penyusunan skripsi ini.

3. Alla Asmara, M.Si dan Sahara, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Teman-teman terbaik penulis (Rany, Lia, Sari, Ema, Ari, Eni-ASMI dan Lilik-UPI), atas support dan semangatnya yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.


(9)

5. Teman 284 tercinta (Extris, Nana, Eka-Rara), atas kebersamaan selama satu tahun di Asrama A-3 284. Saat-saat kita pertama kali jauh dari orang tua dan saat-saat kita pertama kali mengenal kota Bogor.

6. Kepandean Rangers (Bambang, Angga, Didik, Mila dan Dai), atas kebersamaan kalian selama dua bulan di desa Kepandean, kecamatan Dukuh Turi, Tegal. Kita adalah satu tim KKP yang terkompak dalam segala hal (makan, tidur, jalan-jalan, ngejayus, terkecuali ikutan program KKP).

7. Teman seperjuangan-sebimbingan (Heri dan Ryan), atas kebersamaan dan masukan yang telah kalian berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

8. Semua teman-teman IE angkatan 40 (Efa-Oma, Uut, Arum, Ana, Wilma, Heni, Sri, Opie, Aji, Hendri, Lea, Any, Kiki, Rima, Windy, Mega), atas bantuannya selama penulisan skripsi ini.

9. Ka Ade, atas waktu dan kesempatannya untuk mengajarkan panel.

10.Untuk semua pihak yang belum disebutkan satu per satu yang telah membantu penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung, kebersamaan kalian semua membuat segalanya mudah dan indah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan penulis. Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor. Juli 2007

Winsih H14103043


(10)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu tentang Industri Manufaktur ... 8

2.2 Penelitian Terdahulu tentang Structure Conduct Performance (SCP) ... 9

2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data ... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11

3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri ... 11

3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ... 12

3.1.2.1 Struktur Industri ... 13

3.1.2.2 Perilaku Industri ... 17

3.1.2.3 Kinerja Industri ... 18

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 19

3.3 Hipotesis Penelitian ... 21

IV. METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Jenis dan Sumber Data ... 24

4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 24

4.2.1 Analisis Struktur Industri ... 25


(11)

OLEH WINSIH H14103043

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

RINGKASAN

WINSIH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia (dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS).

Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari permasalahan pada tingkat produksi. Komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur sampai saat ini masih diimpor, sehingga biaya produksi yang digunakan lebih mahal. Ini akan berpengaruh langsung pada nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur. Permasalahan lainnya pada industri manufaktur adalah pada tingkat ekspor hasil komoditi. Selama ini ekspor yang terjadi dalam industri manufaktur di Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23), sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 5.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil analisis SCP didapatkan bahwa industri manufaktur mempunyai struktur pasar pada industri manufaktur di Indonesia adalah oligopoli, dimana tingkat oligopolinya bervariasi antara oligopoli ketat, sedang dan longgar. Dari segi kinerja industri manufaktur dapat dilihat dari margin keuntungan atas biaya langsung (PCM) dan nilai efisiensi-X


(13)

mengestimasi Price Cost Margin (PCM). Berdasarkan hasil estimasi dengan model efek tetap yang diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja adalah produktivitas (PROD) dan efisiensi-X (XEFF). Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4),

pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), ekspor (EX) dan impor (IM) tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.

Dengan terbentuknya struktur pasar oligopoli dalam industri manufaktur di Indonesia, yang merupakan bentuk persaingan tidak sempurna, maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah pemerintah dapat memberikan pengawasan yang ketat terhadap perilaku-perilaku tidak sehat seperti kolusi, misalnya melalui pengawasan dari Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Bagi para produsen dalam industri manufaktur harus dapat meningkatkan produksi dan mengurangi biaya input yang digunakan, karena pertumbuhan tingkat produksi industri manufaktur di Indonesia dirasakan masih rendah dari pertumbuhan nilai inputnya. Untuk penelitian selanjutnya, perlu menganalisa daya saing industri manufaktur di pasar luar negeri karena selama ini industri manufaktur sudah menjadi perioritas utama dalam rencana pembangunan nasional bagi kebanyakan negara berkembang.


(14)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA

Oleh WINSIH H14103043

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Winsih

Nomor Registrasi Pokok : H14103043

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP. 131 846 872


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2007

Winsih H14103043


(17)

Subang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sanaji dan Rastem.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tingkat sekolah dasar SDN Patimura di desa Cigugur (1990-1997). Kemudian melanjutkan pendidikan pada sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Pusakanagara di kecamatan Pusakanagara (1997-2000) dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Pamanukan di kecamatan Pamanukan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan pelatihan dan kepanitiaan. Pelatihan yang pernah diikuti penulis antara lain, pelatihan Peningkatan kemampuan Penguasaan Komputer Bagi Mahasiswa TPB dalam rangka DUE-Like IPB Batch III (tahun 2003), anggota Agri Farma-Faperta (tahun 2005), kepanitiaan dalam kegiatan HIPOTEX-R (tahun 2005) dan pelatihan Kewirausahaan Syariah (tahun 2006).


(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam, Rabb yang selalu menjawab doa hamba-hambanya dan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, atas rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul ”Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia, serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur selama periode 2000-2004.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis sampaikan kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda Sanaji (Almarhum) dan Ibunda Rastem, terimakasih atas unlimited support yang diberikan kepada penulis (menjelang detik-detik seminar dan sidang), kebebasan untuk memilih, kesabaran dalam mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Untuk Nono dan Nata yang dengan cara-caranya sendiri selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Untuk ayahanda tercinta ini merupakan bingkisan yang tidak sempat tersampaikan untuk ayah.

2. Muhammad Firdaus Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis, serta memberikan masukan-masukan bagi penulis untuk penyusunan skripsi ini.

3. Alla Asmara, M.Si dan Sahara, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Teman-teman terbaik penulis (Rany, Lia, Sari, Ema, Ari, Eni-ASMI dan Lilik-UPI), atas support dan semangatnya yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.


(19)

5. Teman 284 tercinta (Extris, Nana, Eka-Rara), atas kebersamaan selama satu tahun di Asrama A-3 284. Saat-saat kita pertama kali jauh dari orang tua dan saat-saat kita pertama kali mengenal kota Bogor.

6. Kepandean Rangers (Bambang, Angga, Didik, Mila dan Dai), atas kebersamaan kalian selama dua bulan di desa Kepandean, kecamatan Dukuh Turi, Tegal. Kita adalah satu tim KKP yang terkompak dalam segala hal (makan, tidur, jalan-jalan, ngejayus, terkecuali ikutan program KKP).

7. Teman seperjuangan-sebimbingan (Heri dan Ryan), atas kebersamaan dan masukan yang telah kalian berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

8. Semua teman-teman IE angkatan 40 (Efa-Oma, Uut, Arum, Ana, Wilma, Heni, Sri, Opie, Aji, Hendri, Lea, Any, Kiki, Rima, Windy, Mega), atas bantuannya selama penulisan skripsi ini.

9. Ka Ade, atas waktu dan kesempatannya untuk mengajarkan panel.

10.Untuk semua pihak yang belum disebutkan satu per satu yang telah membantu penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung, kebersamaan kalian semua membuat segalanya mudah dan indah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan penulis. Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor. Juli 2007

Winsih H14103043


(20)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu tentang Industri Manufaktur ... 8

2.2 Penelitian Terdahulu tentang Structure Conduct Performance (SCP) ... 9

2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data ... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11

3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri ... 11

3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ... 12

3.1.2.1 Struktur Industri ... 13

3.1.2.2 Perilaku Industri ... 17

3.1.2.3 Kinerja Industri ... 18

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 19

3.3 Hipotesis Penelitian ... 21

IV. METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Jenis dan Sumber Data ... 24

4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 24

4.2.1 Analisis Struktur Industri ... 25


(21)

4.2.3 Analisis Kinerja Industri ... 26

4.2.4 Analisis Panel Data ... 28

4.2.5 Pemilihan Model antara Fixed Effect dengan Random Effect .. 31

4.2.6 Evaluasi Model ... 32

4.3 Definisi Operasional ... 34

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA ... 36

5.1 Sejarah Industri Manufaktur Indonesia ... 36

5.2 Perkembangan Industri Manufaktur Indonesia ... 37

5.2.1 Pertumbuhan Tingkat Produksi Industri Manufaktur Indonesia ... 37

5.2.2 Perkembangan Nilai Ekspor Industri Manufaktur Indonesia ... 38

5.2.3 Perkembangan Nilai Impor Industri Manufaktur Indonesia .... 39

5.3 Kondisi Investasi Industri Manufaktur Indonesia ... 41

5.4 Kebijakan Industri di Indonesia ... 43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

6.1 Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur ... 46

6.1.1 Analisis Struktur Industri ... 46

6.1.1.1 Analisis Rasio Konsentrasi ... 46

6.1.1.2 Analisis Hambatan Masuk Pasar ... 48

6.1.2 Analisis Perilaku Industri dalam Industri Manufaktur ... 50

6.1.2.1 Strategi Harga ... 50

6.1.2.2 Strategi Produk dan Promosi ... 51

6.1.2.3 Strategi Distribusi ... 52

6.1.2.4 Kolusi ... 53

6.1.3 Analisis Kinerja Industri Manufaktur ... 55

6.2 Analisis Panel Data ... 56

6.2.1 Indikator Kebaikan Model ... 57

6.2.2 Hasil Estimasi ... 59

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1 Kesimpulan ... 62


(22)

v

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN ... 67


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1 Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah) ... 1 3.1 Tipe-tipe Pasar ... 15 4.1 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 33 5.1 Rencana Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang Disetujui

Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2000-2005

(Milyar Rupiah) ... 41 5.2 Rencana Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui Pemerintah

Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2000-2005 (Juta US $) ... 42 6.1 Tipologi Struktur Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 47 6.2 Klasifikasi MES Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 49 6.3 Hasil Estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) ... 57 6.4 Pertumbuhan Rata-rata Nilai Produksi dan Nilai Input Industri


(24)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1.1 Pertumbuhan Rata-rata Indikator Industri Manufaktur Indonesia

Tahun 2000-2004 ... 3 3.1 Pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) ... 13 3.2 Skema Penelitian Operasional ... 21 5.1 Pertumbuhan Rata-rata Nilai Produksi Industri Manufaktur Indonesia

Tahun 2000-2004 ... 38 5.2 Perkembangan Nilai Rata-rata Ekspor Industri Manufaktur Indonesia

Tahun 2000-2004 ... 39 5.3 Perkembangan Nilai Rata-rata Impor Industri Manufaktur Indonesia


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kode Klasifikasi Industri Manufaktur Indonesia Menurut ISIC

Golongan Pokok (Division) 2 Digit... 68 2. Pertumbuhan Nilai Produksi Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 69 3. Pertumbuhan Nilai Tambah Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 70 4. Pertumbuhan Ekspor Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 71 5. Nilai Ekspor (EX) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 72 6. Nilai Impor (IM) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004)... 73 7. Nilai CR4 Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 74

8. Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 75 9. Nilai Price Cost Margin (PCM) Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 76 10. Nilai Efisiensi-X (XEFF) Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 77 11. Nilai Produktivitas (PROD) Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 78 12. Hasil Estimasi dengan Menggunakan Model Efek Tetap

(Fixed Effect Model) ... 79 13. Hasil Hausman Test ... 79


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk industri selalu memiliki

term of trade yang tinggi serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat yang tinggi kepada pemakainya (Dumairy, 2000).

Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian,

peternakan,

kehutanan dan perikanan

216.831,4 225.685,7 232.973,5 240.387,3 247.163,6 253.726,0

Pertambangan

dan penggalian 167.692,2 168.244,3 169.932,0 167.603,8 160.100,5 165.085,4 Industri

pengolahan 385.597,9 398.323,8 419.388,1 441.754,9 469.952,4 491.421,8 Listrik, gas dan

air minum 8.393,7 9.058,3 9.868,2 10.349,2 10.897,6 11.584,1 Bangunan 76.573,4 80.080,4 84.469,8 89.621,8 96.334,4 103.483,7 Perdagangan,

hotel dan restoran

224.452,0 234.273,1 243.409,3 256.516,6 271.142,2 293.877,2 Pengangkutan

dan komunikasi 65.012,1 70.276,1 76.173,1 85.458,4 96.896,7 109.467,1 Keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan

115.463,1 123.085,5 130.928,1 140.374,4 151.123,3 161.384,3

Jasa-jasa 129.754,5 133.957,4 138.982,3 145.104,9 152.906,1 160.626,5 Total 1.389.770,3 1.442.984,6 1.506.124,4 1.577.171,3 1.556.516,8 1.750.656,1 Sumber: BPS, 2006


(27)

Pada Tabel 1.1 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB lebih besar dibandingkan dengan kontribusi dari sektor pertanian. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB hampir seperempat dari pendapatan nasional berasal dari pendapatan industri pengolahan. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Adanya pergeseran beberapa kegiatan dari sektor pertanian ke sektor perdagangan, manufaktur dan jasa, ini merupakan dampak dari semakin tinggi tingkat pembangunan ekonomi suatu negara. Ini akan berakibat pada peranan sektor pertanian yang semakin menurun, sedangkan peran sektor industri semakin besar. Hal ini berarti alokasi sumber daya dan dana lebih banyak dialokasikan pada sektor industri.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu yang menjadi ukuran baik buruknya kinerja suatu industri adalah dilihat dari tingkat produksi yang dihasilkan oleh industri tersebut. Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari pada permasalahan tingkat produksi. Pada Lampiran 2 rata-rata pertumbuhan produksi industri manufaktur Indonesia selama periode 2000-2004 tercatat sebesar 25,55 persen per tahun. Pertumbuhan produksi pada tahun 2000 sebesar 22,90 persen kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2001 sebesar 31,81 persen dan 35,08 persen pada tahun 2002. Sementara pada tahun 2003 pertumbuhan produksi mengalami


(28)

3

penurunan sebesar 2,09 persen. Pertumbuhan nilai produksi setiap tahunnya dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Ketidakstabilan politik, bencana dan kenaikan harga bahan bakar dunia merupakan faktor yang menyebabkan pertumbuhan produksi pada industri manufaktur Indonesia mengalami penurunan. Kenaikan harga bahan bakar dapat menambah biaya produksi industri karena sampai saat ini komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur masih diimpor dari luar negeri, sehingga kenaikan biaya produksi ini akan berpengaruh langsung pada kinerja industri manufaktur Indonesia. Namun pada tahun 2004 pertumbuhan produksi pada industri manufaktur mengalami peningkatan kembali sebesar 0,36 persen.

Sumber: BPS, 2000-2004 (diolah)

Gambar 1.1. Pertumbuhan Rata-rata Indikator Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004

Jenis industri yang mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya adalah industri makanan dan minuman (kode 15), industri kayu, barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman (kode 20), industri batu bara,

0 10 20 30 40 50 60 70

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun P e rt um buha n N ila i r a ta -r a ta pe r ta h u n ( p ersen ) Nilai Produksi Nilai Tambah Nilai ekspor


(29)

pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23), industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia (kode 24), industri radio, televisi dan peralatan komunikasi serta perlengkapannya (kode 32) dan industri furnitur dan industri pengolahan lainnya (kode 36). Perkembangan yang pesat dari kelompok industri-industri tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran.

Dari sisi permintaan, permintaan pasar domestik untuk barang-barang konsumsi berkembang pesat setiap tahunnya mengikuti pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong pertumbuhan industri-industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang tersebut. Sementara dari sisi penawaran, pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang industri barang-barang konsumsi jauh lebih mudah serta aspek teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang konsumsi jauh lebih sederhana.

Nilai tambah merupakan ukuran untuk melihat efisiensi kinerja dalam sebuah industri dalam rangka meminimumkan biaya, sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh industri semakin besar. Pada Lampiran 3 rata-rata pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur selama periode 2000-2004 sebesar 24,36 persen per tahun. Pertumbuhan rata-rata nilai tambah dapat dilihat pada Gambar 1.1, pada tahun 2000 nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 29.62 persen. Pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 25,56 persen. Sementara pada tahun 2002 rata-rata pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur mengalami peningkatan kembali sebesar 41,10 persen. Namun pada tahun 2003


(30)

5

pertumbuhan kembali mengalami penurunan sebesar 13.84 persen dan sebesar 11.67 persen pada tahun 2004. Penurunan tersebut disebabkan biaya yang dikeluarkan, baik biaya produksi maupun biaya non produksi, lebih besar dari pada biaya penggunaan output yang digunakan dalam proses produksi pada industri manufaktur, sehingga nilai tambah yang dihasilkan menurun.

Kegiatan ekspor sangat terkait erat dengan kinerja sebuah industri di dalam negeri. Untuk memperkuat daya saing di sektor industri perlu adanya kerjasama dan didukung oleh kebijakan yang dapat mendorong industri untuk dapat bersaing di pasar internasional, karena pangsa pasar merupakan hal terpenting bagi pelaku usaha di sektor industri. Industri manufaktur merupakan salah satu industri penyumbang devisa terbesar. Ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor industri manufaktur selama periode 2000-2004. Pada Lampiran 4 rata-rata pertumbuhan ekspor industri manufaktur selama periode tersebut tercatat sebesar 15,07 persen per tahun.

Pada tahun 2000 pertumbuhan ekspor tercatat sebesar 59,35 persen, namun dari tahun 2001 sampai tahun 2003 pertumbuhan ekspor pada industri manufaktur mengalami penurunan yang cukup tajam. Penurunan tersebut terjadi karena adanya penurunan tingkat produksi pada industri manufaktur sehingga biaya penggunaan nilai input lebih besar dari tingkat produksinya. Namun pada tahun 2004 pertumbuhan ekspor industri manufaktur melaju lebih cepat yaitu tumbuh sebesar 29,70 persen. Pertumbuhan nilai ekspor dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Permasalahan yang terjadi pada tingkat ekspor hasil komoditi industri manufaktur adalah selama ini ekspor yang terjadi dalam industri manufaktur di


(31)

Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu (dapat dilihat pada Lampiran 5) yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23) yang memiliki pangsa 50 persen dari total ekspor manufaktur. Sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur. Sehingga tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh industri manufaktur akan menurun. Hal ini secara langsung akan berpengaruh pada kinerja industri yang ada. Oleh karena itu studi tentang struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur Indonesia perlu dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia


(32)

7

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah sebagai regulator dalam menetapkan kebijakan yang mendukung kinerja industri manufaktur Indonesia, bagi pihak-pihak terkait seperti para pelaku usaha industri manufaktur untuk meningkatkan kinerja industri manufaktur Indonesia di masa mendatang dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan tambahan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian tentang struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur Indonesia ini hanya menganalisis kategori industri besar dan sedang berdasarkan kode Internasional Standard Industrial Classification (ISIC) 2 digit revisi 2000 yaitu meliputi kode 15 sampai kode 36. Daftar klasifikasi industri manufaktur berdasarkan kode ISIC dapat dilihat pada Lampiran 1.


(33)

Hasil penelitian Azhari (2005) menunjukan bahwa sektor industri pengolahan cenderung memiliki struktur pasar yang bersifat oligopoli, dimana tingkat oligopolinya bervariasi antara oligopoli ketat, sedang dan longgar. Pengaruh konsentrasi terhadap penyesuaian harga memiliki hubungan yang positif dimana ketika konsentrasi meningkat maka koefisien penyesuaian harga juga akan meningkat.

Irawan (2005) menyatakan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi pendapatan nasional pada sektor industri pengolahan adalah pendapatan nasional tahun sebelumnya dan faktor yang sangat mempengaruhi kesempatan kerja sektor industri pengolahan adalah PDB dan kesempatan kerja tahun sebelumnya. Pengaruh sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional cukup besar. Terlihat dari sumbangan sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional dimana hampir seperempat dari pendapatan nasional berasal dari pendapatan nasional industri pengolahan. Pengaruh sektor industri pengolahan terhadap kesempatan kerja tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh sektor industri pengolahan lebih padat modal dibandingkan dengan sektor lain. Upaya pemerintah dalam meningkatkan pandapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan produksi dan distribusi, ekspor-impor, dan menciptakan kondisi yang mendorong pertumbuhan atau pembangunan ekonomi.


(34)

9

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian tentang industri manufaktur di analisis dari struktur, perilaku dan kinerja industri. Industri manufaktur yang di analisis adalah industri besar dan sedang industri berdasarkan kode ISIC 2 digit yaitu dari kode 15 sampai kode 36. Klasifikasi kode industri dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Penelitian Terdahulu tentang StructureConductPerformance (SCP)

Hasil penelitian Safitri (2006) menunjukan bahwa struktur pasar pada industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang mendominasi pasar. Variabel XEF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar dalam

meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang memiliki pengaruh terbesar adalah variabel DUMMY, MES dan GROWTH. Berdasarkan analisis perilaku dari perusahaan pada industri besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain adalah strategi harga, produk, promosi dan distribusi.

Berdasarkan penelitian terdahulu, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur dapat dilihat dari tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), tingkat rasio Efisiensi-X (XEFF), produktivitas (PROD), pertumbuhan

nilai produksi (GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM). Untuk melihat perilaku pasar dalam industri manufaktur melalui strategi harga, strategi produk, strategi promosi dan strategi distribusi dan perilaku pasar.


(35)

2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data

Handriyas (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan pengaruh tetap dengan pembobot merupakan pendekatan yang terbaik dalam analisis data panel pada kasus pendugaan permintaan mobil. Hal ini disebabkan permintaan mobil antar propinsi yang beragam (heterogen) sehingga pembobotan dengan ragam (heterogen) cross section akan menghasilkan dugaan parameter model yang lebih efisien.

Hasil penelitian Sembiring (2005) menunjukan bahwa untuk menganalisis kategori Bank berdasarkan aset menggunakan model efek tetap (fixed effect). Dari hasil estimasi menunjukan koefisien variabel yang sama untuk setiap individu dan intersep yang berbeda untuk setiap individu. Variabel penjelas signifikan secara statistik untuk SEC (pertumbuhan surat-surat berharga), DEF (pertumbuhan saving deposit), AR(1). Sedangkan SBI (pertumbuhan suku bunga SBI), DSBI1 (dummy slope kategori 1), DSBI3 (dummy slope kategori 3) dan DSBI4 (dummy slope kategori 4) tidak signifikan pada α=10 persen.

Pada penelitian ini, analisis panel data dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur Indonesia. Pendekatan panel data yang digunakan pada penelitian ini untuk memilih antara model fixed effect dengan random effect adalah menggunakan uji Hausman (Hausman Test) dengan hipotesis, jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari X2-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol yaitu random effect model, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, begitu juga sebaliknya.


(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri

Menurut Shepherd (1990) yang dimaksud dengan ekonomi industri atau disebut juga dengan organisasi industri adalah cabang dari ilmu mikroekonomi atau aplikasi teori mikroekonomi yang menganalisis pasar, perusahaan dan industri. Sebagai cabang dari ilmu ekonomi mikro, tujuan yang ingin dicapai oleh para pelaku ekonomi (perusahaan) diasumsikan adalah bagaimana menggunakan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas (Stigler dalam Daryanto, 2003).

Jaya (2001) mengemukakan bahwa ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar. Dalam ekonomi industri terdapat dua sisi yang menarik. Pertama, ekonomi industri merupakan seperangkat konsep dan analisis mengenai persaingan dan monopoli dengan berbagai macam pasar yang berada di antara keduanya. Kedua, ekonomi industri juga berkaitan erat dengan pasar riil yang sangat diramaikan oleh adanya persaingan antar perusahaan.

Pengertian industri sendiri terbagi menjadi dua lingkup, yaitu mikro dan makro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai


(37)

sifat substitusi. Dari segi pembentukan pendapatan yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Dengan kata lain, industri merupakan kumpulan dari perusahaan yang sejenis (Hasibuan, 1993).

3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri

Untuk mengamati hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja dalam ekonomi industri menurut Hasibuan (1993), dapat dilihat dari hubungan struktur dan kinerja industri, pengamatan kinerja dan perilaku yang kemudian dikaitkan lagi dengan struktur menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian baru diamati, oleh karena telah dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya. Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan. Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional dalam ekonomi industri. Struktur pasar juga mempengaruhi perilaku dari perusahaan. Struktur dan perilaku akhirnya akan mempengaruhi kinerja pasar. Hal utama dari struktur, perilaku dan kinerja adalah determinan-determinan yang membentuk struktur itu sendiri, yaitu skala ekonomi dan disekonomi.

Dasar paradigma SCP sendiri dicetuskan oleh Edward S. Mason, seorang dosen di University of Harvard tahun 1939, mengemukakan bahwa struktur (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja (performance) industri tersebut. Struktur biasanya diukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku antara lain dilihat dari tingkat persaingan ataupun kolusi antar produsen. Keragaan atau kinerja suatu industri diukur antara lain dari derajat


(38)

13

inovasi, efisiensi dan profitabilitas. Hubungan SCP dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Pendekatan StructureConductPerformance (SCP) Sumber: Mason, 1939

3.1.2.1 Struktur Industri

Menurut Hasibuan (1993) pasar secara sederhana disebut sebagai pertemuan antara penjual dengan pembeli. Pengertian penjual disini telah mencakup setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan pengertian pembeli telah tergabung dalam sejumlah pembeli. Pengertian pasar dapat dipandang secara nyata dan dapat pula secara abstrak. Secara abstrak dapat dinyatakan bahwa pasar adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan transaksi dalam suatu waktu, sedangkan secara nyata yang dapat dilihat pada suatu lokasi adalah terjadinya transaksi jual beli. Sehingga pengertian dari industri adalah kumpulan dari permasalahan-permasalahan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti (substitusi). Melalui pengertian pasar inilah, struktur pasar dapat dinilai dan dikaji secara mendalam.

Jaya (2001) mengemukakan bahwa struktur pasar menjadi ukuran penting dalam mengamati variasi perilaku dan kinerja industri, karena secara strategis dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa.


(39)

Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia. Struktur pasar juga menunjukan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yang dapat dijelaskan yaitu pangsa pasar (market share), konsentrasi pasar (market contcentration) dan hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry).

a. Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar adalah pangsa dari pendapatan penjualan total. Pangsa pasar merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau paling rendah dalam pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka kekuasaan monopoli semakin besar sedangkan jika pangsanya rendah maka kekuatan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (Shepherd, 1990).

Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator proksi untuk melihat adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator tentang seberapa penting perusahaan di dalam industri. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar dalam menghadapi persaingan dan sebaliknya. Pangsa pasar dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu berdasarkan nilai penjualan, unit penjualan, unit produksi dan kapasitas produksi. Pada produk yang bersifat homogen biasanya pangsa pasar diukur dengan menggunakan unit atau volume penjualan sedangkan pada pasar yang produknya heterogen pangsa pasar dihitung terhadap total penjualan. Beberapa tipe pasar dengan kondisi pangsa pasar dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(40)

15

Tabel 3.1. Tipe-tipe Pasar

Tipe Pasar Kondisi Utama Contoh

Monopoli murni Suatu perusahaan yang memiliki 100 persen dari pangsa pasar

PLN, TELKOM, PAM

Perusahaan yang dominan

Suatu perusahaan yang memiliki 50-100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat

Surat kabar lokal atau nasional, film kodak, batu baterai

Oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen, kesepakatan di antara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah

Bank-bank lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kretek dan semen

Oligopoli longgar Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki 40 persen atau kurang dari pangsa pasar, kesepakatan mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin

Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu baterai, obat-obatan

Persaingan monopolistik

Banyak pesaing yang efektif, tidak satu pun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar

Pedagang eceran, penjual pakaian Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak

satu pun yang memiliki pangsa pasar yang berarti

Sapi dan unggas

Sumber: Jaya, 2001

b. Konsentrasi (Concentration)

Konsentrasi atau pemusatan merupakan gabungan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopoli dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar perusahaan membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Konsentrasi menunjukan tingkatan dari oligopoli dimana pangsa pasar merupakan indikator tunggal yang menunjukan tingkatan kekuatan monopoli dalam skala ordinal dimana membandingkan pangsa pasar yang lebih besar atau lebih kecil pada industri yang sama. Pangsa pasar yang lebih tinggi besarnya mengarah pada kekuatan monopoli, sedangkan pangsa pasar yang lebih kecil menunjukan hal yang sebaliknya (Jaya, 2001).


(41)

Menurut Greer dalam Andiani (2006), konsentrasi disebabkan oleh lima faktor yaitu pertama, adanya kesempatan dan keberuntungan. Kedua, adanya penyebab teknis (berupa besar pasar yang dimasuki, skala ekonomi, kemudahan memperoleh sumber daya dan tingkat pertumbuhan pasar). Ketiga, adanya kebijakan pemerintah (berupa peraturan, pemberian paten, lisensi, tarif dan kuota). Keempat, kebijakan usaha (berupa merger dan adanya predatory pricing/exclusive dealing). Kelima, berupa differensiasi produk.

Konsentrasi dapat diukur dengan menggunakan indeks konsentrasi yaitu statistik yang dikembangkan untuk menghasilkan ukuran ringkasan struktur pasar. Ukuran pasar konsentrasi yang umumnya digunakan adalah persentase dari seluruh jumlah pengiriman yang dipasok oleh empat perusahaan terbesar. Ukuran lain adalah Hirschmann-Herfindahl Index (HHI) yang menimbang pangsa pasar rata-rata dari semua perusahaan dalam sebuah industri (Asia Development Bank, 2001 dalam Puspasari, 2006).

c. Hambatan Untuk Masuk (Barrier to Entry)

Bentuk pesaing bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Persaingan yang terjadi adalah persaingan yang potensial dimana perusahaan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya. Konsep persaingan potensial dan kemudahan untuk masuk merupakan intuisi sederhana serta telah lama digunakan. Hambatan-hambatan ini mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sama (contoh: paten, dan franchise). Pada intinya, hambatan untuk masuk mencakup


(42)

17

segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kecepatan pesaing baru (Jaya, 2001).

Ada tiga hal hambatan memasuki suatu pasar, yaitu: pertama, hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, baik dalam bentuk perangkat legal maupun dalam kondisi-kondisi berubah dengan cepat. Kedua, hambatan yang terbagi dalam beberapa tingkat yaitu hambatan rendah, sedang serta tinggi. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu yang kompleks.

Menurut Shepherd (1990), ada dua jenis barrier to entry, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk ke dalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan. Hambatan eksogen ini terdiri dari modal (capital requirement), skala ekonomi, differensiasi produk, differsifikasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integrasi vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri.

3.1.2.2 Perilaku Industri

Menurut teori ekonomi industri, perilaku industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijakan produk. Perilaku industri terbagi menjadi tiga


(43)

jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi.

Dalam perilaku industri dapat dijelaskan mengenai harga dan jumlah yang ditetapkan oleh perusahaan, kolusi dan persaingan yang terjadi antara perusahaan, diskriminasi harga, differensiasi produk, pengeluaran iklan dan promosi serta pengeluaran riset dan pengembangan.

3.1.2.3 Kinerja Industri

Menurut Jaya (2001), kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja industri biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi.

a. Efisiensi

Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara fisik maupun nilai ekonomis (harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal (efisiensi-X) dan efisiensi alokasi. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan sumber daya ekonomi yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikan nilai dari output.


(44)

19

b. Kemajuan Teknologi

Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan harga.

c. Kesinambungan dalam Distribusi (Keadilan/Equity)

Keadilan dalam pendistribusian sangat erat kaitannya dengan efisiensi dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang yang dimiliki setiap orang.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pada alur kerangka operasional (Gambar 3.2) digambarkan bentuk bagan alur yang saling berkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja industri. Kerangka pemikiran ini mengacu pada kerangka Structure Conduct Performance (SCP), dimana satu industri tidak terlepas dari adanya struktur, perilaku dan kinerja industri itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa struktur pasar suatu industri mempengaruhi perilaku perusahaan yang ada didalamnya, kemudian perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerja dari industri tersebut.

Pendekatan ini dimulai dengan menganalisis struktur industri manufaktur melalui market share, concentration ratio dan barrier to entry. Hal ini disebabkan karena struktur mempunyai pengaruh utama terhadap kinerja industri.


(45)

Di samping itu, struktur pasar yang ada akan mempengaruhi perilaku industri manufaktur. Dalam penelitian ini, perilaku dianalisis secara deskriptif karena secara umum untuk menganalisis perilaku pasar tidak dapat diukur secara kuantitatif. Analisis perilaku ini dilihat dari bagaimana strategi perusahaan dalam menetapkan harga jual, produk, melakukan promosi untuk memasarkan produknya dan strategi distribusi. Perilaku ini selanjutnya akan dapat mempengaruhi kinerja industri manufaktur.

Analisis kinerja industri dilihat dari bagaimana perkembangan tingkat keuntungan perusahaan melalui nilai Price Cost Margin (PCM) dan nilai efisiensi. Sementara variabel struktur seperti konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar (CR4), efisiensi-X (XEFF), produktivitas (PROD), pertumbuhan nilai produksi

(GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM), digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur Indonesia dianalisis dengan menggunakan pendekatan panel data yang diestimasi melalui tiga pendekatan yaitu pooled (model kuadrat terkecil), fixed effect model

(model efek tetap) dan random effect model (model efek acak). Untuk memperoleh keputusan penggunaan model fixed effect model ataupun random effect model ditentukan dengan menggunakan spesifikasi uji Hausman (Hausman test).


(46)

21

Gambar 3.2. Skema Penelitian Operasional

3.3 Hipotesis Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh struktur terhadap kinerja industri telah banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi, terutama oleh pengamat industri. Hubungan variabel-variabel struktur dan kinerja dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya penggunaan proksi yang berbeda oleh para peneliti.

Berdasarkan pengamatan teori dan penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) memiliki pengaruh

positif terhadap PCM. Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka Industri Manufaktur

di Indonesia

Struktur

™ Market Share

™ Concentration Ratio

™ Barrier to Entry

Perilaku

™ Strategi Harga

™ Strategi Produk

™ Strategi Promosi

Kinerja

™ Price Cost Margin

™ Efficiency

Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja

Industri

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Kinerja Industri Manufaktur


(47)

semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sementara tingkat konsentrasi memiliki pengaruh negatif dengan persaingan, dimana ketika tingkat konsentrasi meningkat maka tingkat persaingan akan menurun dan sebaliknya.

2. Efesiensi-X (XEFF) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin efisien suatu perusahaan maka tingkat produksi suatu perusahan lebih sedikit untuk memproduksi komoditi karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan akan meningkat.

3. Produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Produktivitas merupakan perbandingan antara nilai output dengan nilai input tenaga kerja. Semakin tinggi nilai output akan meningkatkan nilai produktivitas suatu perusahaan. Produktivitas yang meningkat menunjukan kinerja yang meningkat pula maka akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan.

4. Pertumbuhan nilai produksi mempunyai pengaruh positif terhadap PCM. Pertumbuhan nilai produksi merupakan perbandingan nilai barang yang dihasilkan tahun ini dikurangi dengan nilai barang yang dihasilkan tahun sebelumnya dibagi dengan nilai barang yang dihasilkan tahun sebelumnya. Jika pertumbuhannya semakin meningkat maka tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan juga meningkat.


(48)

23

5. Ekspor memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

6. Impor memiliki pengaruh negatif terhadap PCM. Keberadaan barang impor dapat mendorong produsen dalam negeri untuk menurunkan harga sehingga tingkat keuntungan yang diterima perusahaan akan menurun.


(49)

4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dalam bentuk time series dan cross section (panel data) dengan periode waktu tahunan yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2004. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku industri manufaktur. Metode kuantitatif dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 5.


(50)

25

4.2.1 Analisis Struktur Industri a. Pangsa Pasar (MS)

Setiap perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.

………..………..………….. (3.1)

dimana:

MSi = pangsa pasar perusahaan i (%)

Si = penjualan perusahaan i (rupiah)

Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)

b. Rasio Konsentrasi (CR)

Tingkat konsentrasi dapat dihitung melalui Concentration Ratio (CR). Rasio konsentrasi merupakan persentase dari total output industri atau pendapatan penjualan. Rasio sejumlah perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari total output industri yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan itu.

..…....……….……… (3.2) Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100) berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100 persen berarti bentuk pasarnya adalah monopoli.

c. Barrier to Entry

Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan

= = m i i m MS CR 1 100 x S S MS tot i i =


(51)

dan merebut pangsa pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total industri. Perhitungan ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).

……….……... (3.4)

4.2.2 Analisis Perilaku Industri

Perilaku industri dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan dalam industri manufaktur. Perilaku industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Analisis ini sengaja dilakukan karena variabel yang mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif yang sulit dikualitatifkan.

4.2.3 Analisis Kinerja Industri

Analisis kinerja industri dilakukan dengan menggunakan analisis PCM. PCM ini digunakan untuk menganalisis hubungan struktur pasar terhadap kinerja perusahaan. Variabel endogen yang digunakan adalah proksi dari keuntungan industri yaitu PCM dan variabel eksogennya adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar, nilai efisiensi-X, produktivitas, pertumbuhan nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor.

…. (3.5)

Total Output

Terbesar Perusahaan

Output MES=

it it it

it it

it it

it CR XEF od Growth EX IM


(52)

27

dimana:

PCMit = rasio keuntungan industri pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

CR4it = konsentrasi industri dari empat perusahaan terbesar pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

XEFit = efisiensi-X pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

Prodit = produktivitas industri pada unit industrike-i dan tahun ke-t (rupiah)

Growthit = pertumbuhan nilai produksi pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

EXit = nilai komoditi yang diekspor pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (rupiah)

IMit = nilai komoditi yang diimpor pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (rupiah)

α0 = intersep

βn = slope masing-masing peubah bebas (independen) εit = errror/simpangan pada unit industri ke-i dan tahun ke-t

Penggunaan variabel PCM sebagai proksi dari keuntungan telah dilakukan oleh Sentosa (2005), PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang digunakan sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan proksi nilai tambah yang diperoleh. Artinya semakin tinggi nilai tambah maka semakin efisien kinerja industri tersebut dalam rangka meminimumkan biaya sehingga keuntungan industri semakin besar. PCM juga didefinisikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung, PCM dapat dirumuskan sebagai berikut:

..……….……. (3.6)

output Nilai

total Upah tambah

Nilai


(53)

Tingkat konsentrasi dalam model persamaan diukur dengan rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukan besarnya kontribusi nilai penjualan output perusahaan terbesar terhadap total nilai produksi industri. Formulasi dari rasio konsentrasi dapat dilihat pada persamaan 3.2.

Efisiensi dan produktivitas sebagai variabel independen yang

mempengaruhi PCM didasarkan pada penelitian Puspasari (2006), variabel-variabel ini dimasukan karena kinerja yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya efisiensi dan banyaknya output yang dihasilkan. Efisiensi menunjukan perbandingan antara nilai tambah dan nilai input yang diperoleh, sedangkan produktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Efisiensi dan Produktivitas dapat ditulis dalam persamaan berikut:

………..…… (3.7)

………..…… (3.8)

4.2.4 Analisis Panel Data

Dalam ekonometrika dikenal tiga bentuk data yaitu data deret waktu (time series), data kerat lintang (cross section) serta data panel (pooled data). Data panel merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Hal ini dikarenakan panel data menyediakan informasi yang cukup kaya untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teoritikal. Dalam bentuk praktis, peneliti telah dapat menggunakan data time series dan cross section untuk menganalisis

input nilai

tambah Nilai

X Efisiensi− =

ja tenaga input Nilai output Nilai s oduktivita ker Pr =


(54)

29

masalah yang tidak dapat diatasi jika hanya menggunakan salah satunya saja. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan panel data, diantaranya adalah sebagai berikut (Baltagi, 1995):

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.

2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi

kolinearitas antar variabel, meningkatkan degree of freedom dan lebih efisien.

3. Lebih baik untuk study of dynamic adjustments.

4. Mampu mengidentifikasai dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.

5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.

Dalam pengelolaan panel data ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pooled (OLS), fixed effect model (LSDV) dan random effect model (GLS). Ketiga pendekatan ini dapat diterapkan pada dua jenis pembobotan yaitu dengan pembobot (cross section weights) atau tanpa pembobot (no weighting). Dan untuk memperoleh keputusan penggunaan model efek tetap atau model efek acak ditentukan dengan menggunakan spesifikasi uji Hausman (Hausman test).

1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Model pooled yaitu model yang didapatkan dengan mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan time series. Model data ini kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), yaitu:


(55)

dimana:

Yit = variabel endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

Xit = peubah bebas ke-k pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

α = intersep

β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun ke-t ε = errror/simpangan

2. Pendekatan Efek Tetap(Fixed Effect )

Model efek tetap yaitu model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series.

Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan

perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan OLS yaitu:

…...………….…… (3.10) Dimana:

Yit = variabel endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

Xit = peubah bebas pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t α0 = intersep model

α1 = intersep industri ke-i Di = variabel dummy β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun ke-t ε = errror/simpangan

it i i n

i it

it

X

D

Y

=

α

+

β

+

α

+

ε

=2


(56)

31

3. Pendekatan Efek Acak(Random Effect)

Keputusan untuk memasukan variabel dummy akan menimbulkan

konsekuensi (trade off). Penambahan variabel dummy ini akan mengurangi

banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan

mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi, hal inilah yang disebut sebagai model efek acak. Dalam model ini parameter-parameter antar daerah maupun antar waktu dimasukan kedalam error. Oleh karena itu, model efek acak sering disebut juga model komponen error (Error component model). Bentuk model efek tetap dapat ditulis dalam persamaan berikut:

……..……...………….……… (3.11)

dimana:

= Komponen cross section error

= Komponen time series error

= Komponen error kombinasi

dengan mengasumsikan error industri dan error kombinasinya tidak saling berkorelasi.

4.2.5 Pemilihan Model Antara Fixed Effect dengan Random Effect

Hausman-test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan fixed effect model atau random effect model.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Penggunaan fixed effect model mengandung

it t i

it

=

u

+

v

+

w

ε

)

,

0

(

~

v2

t

N

v

δ

)

,

0

(

~

u2

t

N

u

δ

)

,

0

(

~

w2

t

N

w

δ

it it

it

X


(57)

suatu unsur trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukan variabel dummy. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Random effect model

H1 : Fixed effect model

Sebagai dasar penolakan hipotesa nol tersebut digunakan dengan menggunakan pertimbangan statistik chi square (X2) Tabel. Hausman test dapat dilakukan dengan bahasa pemprograman Eviews sebagai berikut: “jika hasil dari Hausman test signifikan (probability dari Hausman <α)maka H0 ditolak, artinya fixed effect digunakan”.

Statistik Hausman dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

... (3.12)

dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, Mo adalah matriks kovarian untuk dugaaan random effect model dan M1 adalah matriks kovarian untuk dugaan fixed effect model. Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari X2-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, begitu juga sebaliknya.

4.2.6 Evaluasi Model

Multikolinearitas

Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara dari hasil F hitungnya signifikan, maka patut diduga adanya

)

(

)

(

)

(

)

(

b

1

M

0

M

1 1

b

X

2

k

m

=

β

β


(58)

33

multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehingga baik t statistik maupun F hitung menjadi signifikan.

Autokorelasi

Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) dalam Eviews. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan

dengan membandingkan DW-statistiknya dengan DW Tabel. Adapun kerangka

identifikasi autokorelasi terangkum dalam Tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Kerangka Identifikasi Autokorelasi

Nilai DW Hasil

4-dl < DW < 4 Tolak H0, korelasi serial negatif

4-dl < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4-du Terima H0, tidak ada korelasi serial

du < DW < 2 Terima H0, tidak ada korelasi serial

dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < dl Tolak H0, korelasi serial positif

Sumber: Gujarati, 1995

Korelasi serial ditemukan jika error dari periode waktu yang berbeda saling berkorelasi. Jika ditemukan korelasi serial, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan menambahkan AR (1) atau AR (2) dan seterusnya, tergantung dari banyaknya autokorelasi pada model regresi yang kita gunakan.

Heteroskedastisitas

Dalam regresi linier berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut BLUE adalah Var (ui) = σ2 (konstan),


(59)

semua varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya heteroskedastisitas diperoleh pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dengan kata lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka hasil regresi akan terjadi “misleanding”.

Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas digunakan uji

White Heteroscedasticity yang diperoleh dalam program Eviews. Dengan uji

White, dibandingkan Obs*R-Squared dengan X2-Tabel. Jika nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari pada X2-Tabel, maka tidak ada heteroskedastisitas pada model.

Data panel dalam Eviews yang menggunakan metode General Least Square

(Cross Section wights) maka untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum Square Resid pada Weighted Statistics dengan Sum Square Resid Unweighted Statistics. Jika Sum Square Resid pada Weighted Statistics < Sum Square Resid Unweighted Statistics maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengatasinya bisa mengestimasi GLS dengan White Heteroscedasticity.

4.3 Definisi Operasional

Variabel-variabel bebas (eksogen) dan terikat (endogen) yang tercakup dalam model ini meliputi:

1. PCM digunakan sebagai indikator dari kinerja industri. PCM merupakan

rasio keuntungan industri yang mencerminkan kelebihan atas biaya langsung. PCM didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah dan meminimumkan biaya-biaya.


(60)

35

2. CR4 adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar yang memimpin

pasar. Rasio konsentrasi ini merupakan salah satu pengukur indeks konsentrasi industri yang mempunyai pengertian yang lebih nyata.

3. Efisiensi-X merupakan efisiensi internal perusahaan-perusahaan dalam

industri. Efisiensi dalam model ini dinyatakan sebagai perbandingan antara nilai tambah dan nilai input industri. Efisiensi-X mengindikasikan kinerja perusahaan dikelola dengan baik dan optimal.

4. Produktivitas merupakan produktivitas yang dihasilkan oleh industri.

Produktivitas dapat dinyatakan sebagai perbandingan nilai output dan nilai input tenaga kerja.

5. Growth adalah pertumbuhan nilai produksi yang dihasilkan oleh suatu industri.

6. Nilai ekspor merupakan jumlah produk/komoditi yang dijual ke luar

negeri.

7. Nilai impor adalah jumlah komponen (bahan baku, input perantara dan


(61)

5.1 Sejarah Industri Manufaktur Indonesia

Proses industrialisasi di Indonesia mulai dilaksanakan pada awal dekade 1970-an, pada saat REPELITA 1 dimulai. Namun jauh sebelumnya, sebelum kemerdekaan, Indonesia sudah memiliki sejumlah industri manufaktur seperti industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri rokok dan industri semen, yang pada kolonialisasi Belanda berkembang dengan baik. Akan tetapi baru pada masa orde baru pemerintah Indonesia mengeluarkan sejumlah kebijakan diperdagangan luar negeri yang secara eksplisit ditujukan pada upaya pembangunan sektor industri manufaktur nasional.

Pada awalnya, kebijakan mengurangi ketergantungan ekonomi nasional terhadap ekspor komoditas-komoditas primer, melainkan lebih berorientasi ke dalam yakni membangun berbagai macam industri, khususnya industri-industri hilir untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik agar tidak tergantung pada impor. Pada waktu itu dengan menetapkan kebijakan substitusi impor dengan proteksi yang tinggi, pemerintah berharap industri manufaktur di dalam negeri dapat berkembang dengan baik dan dalam waktu yang tidak lama lagi Indonesia dapat segera mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang impor, khususnya barang-barang konsumsi. Baru pada awal dekade 1980-an setelah periode oil boom kedua berakhir dan sebagai proses terhadap menurunnya harga dari sejumlah komoditas primer, termasuk minyak mentah di pasar dunia,


(1)

Lampiran 7. Nilai CR4 Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) CR4 (%)

ISIC

2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata 15 11.84 10.72 10.45 14.29 13.97 12.25 16 67.63 63.16 65.70 64.42 62.63 64.71 17 14.15 14.32 14.14 15.17 20.37 15.63 18 6.95 11.85 6.60 9.36 7.99 8.55 19 24.45 26.63 21.08 23.96 25.99 24.42 20 9.22 8.28 8.04 15.61 9.69 10.17 21 50.14 47.40 53.58 38.31 37.53 45.39 22 80.77 36.21 44.38 48.26 33.23 48.57 23 56.98 44.20 76.40 67.70 60.33 61.12 24 15.92 18.85 7.67 18.13 15.79 15.27 25 20.86 15.63 15.07 13.16 12.91 15.52 26 23.88 30.55 33.04 33.48 35.20 31.23 27 48.52 52.93 41.04 38.78 39.97 44.25 28 35.12 7.75 49.81 24.10 26.25 28.61 29 32.27 25.87 12.40 33.44 32.07 27.21 30 89.96 86.55 84.80 92.71 94.48 89.70 31 50.22 30.68 21.07 25.70 39.66 33.47 32 26.11 42.50 42.67 35.89 38.92 37.22 33 70.23 69.40 69.20 61.91 68.87 67.92 34 59.24 52.84 63.41 48.31 57.99 56.36 35 75.80 74.96 72.76 75.06 70.89 73.89 36 9.91 8.94 19.49 12.77 18.42 13.91 Rata-rata 40.01 35.46 37.85 36.84 37.42 37.52


(2)

Lampiran 8. Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004)

ISIC 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata 15 4.98 3.91 3.36 4.18 5.10 4.31 16 40.65 28.04 37.20 41.59 16.89 32.87 17 4.86 4.31 3.85 4.24 10.27 5.51 18 2.05 4.30 2.07 3.03 2.49 2.79 19 8.24 7.97 6.02 6.99 9.16 7.67 20 2.64 2.65 2.36 6.97 2.83 3.49 21 22.84 14.22 31.28 11.82 11.88 18.41 22 71.83 16.72 12.98 14.90 13.76 26.04 23 24.21 25.47 34.36 22.06 35.94 28.41 24 4.26 6.76 2.12 5.15 4.73 4.60 25 7.91 6.95 6.30 3.90 4.61 5.93 26 6.73 10.40 9.42 9.25 14.71 10.10 27 30.89 33.34 23.80 18.92 27.24 26.84 28 18.59 2.56 20.78 16.34 16.79 15.01 29 13.67 10.49 3.38 12.35 16.17 11.21 30 41.09 71.64 46.86 44.84 49.52 50.79 31 33.97 10.49 7.84 11.73 16.37 16.08 32 10.78 16.21 15.92 14.16 12.77 13.97 33 23.60 19.91 39.17 25.96 29.48 27.62 34 33.13 29.72 41.53 30.98 18.80 30.83 35 36.77 29.23 54.09 42.90 56.74 43.95 36 2.66 2.26 11.65 3.61 5.36 5.11 Rata-rata 89.26 71.51 83.27 71.17 76.32 78.31


(3)

Lampiran 9. Nilai Price Cost Margin (PCM) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004)

PCM (%) ISIC

2000 2001 2002 2003 2004 15 22,70 22,69 26,69 22,59 25,44 16 62,17 48,53 66,29 67,92 69,68 17 28,31 21,23 26,34 25,21 24,81 18 24,02 19,27 29,95 26,71 25,52 19 28,02 30,97 20,19 31,09 21,75 20 29,20 37,22 36,45 31,74 30,84 21 20,91 31,27 30,07 37,46 38,25 22 50,38 17,98 35,65 32,12 35,92 23 27,63 18,86 46,46 37,52 20,24 24 33,98 28,41 30,44 36,56 30,61 25 23,61 22,28 18,60 -0,20 26,73 26 35,17 46,94 46,30 43,88 40,54 27 25,68 23,03 26,96 19,96 17,43 28 33,23 24,51 4,40 31,41 27,28 29 31,00 30,14 23,74 23,58 30,37 30 41,39 41,61 52,85 57,95 44,39 31 37,97 31,95 25,41 23,09 20,52 32 30,50 26,34 42,83 34,82 21,01 33 46,89 30,66 22,53 15,56 24,27 34 45,80 64,68 45,86 61,79 54,99 35 43,58 19,57 41,83 45,23 41,80 36 27,53 14,58 23,43 28,05 26,97 Rata-rata 34,08 29,67 32,88 33,37 31,79


(4)

Lampiran 10. Nilai Efisiensi-X (XEFF) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004)

XEFF (%) ISIC

2000 2001 2002 2003 2004 15 41,26 46,41 43,52 35,40 41,85 16 193,14 102,99 246,46 263,69 287,33 17 51,56 39,22 49,50 46,88 44,93 18 59,28 48,20 80,77 66,56 67,36 19 69,00 69,39 44,81 64,92 57,13 20 58,10 83,57 83,84 64,52 65,35 21 30,73 51,87 46,92 72,11 73,98 22 117,16 41,95 97,83 86,20 72,58 23 47,34 35,23 114,08 80,49 34,96 24 65,36 49,39 54,16 73,74 57,76 25 43,05 43,68 37,94 41,91 48,71 26 78,66 125,92 127,34 114,76 83,32 27 42,18 46,35 43,04 31,26 26,16 28 64,37 64,48 6,13 62,77 48,99 29 67,31 67,61 61,86 48,56 61,87 30 151,09 205,23 228,47 202,29 200,61 31 72,27 59,17 51,86 45,58 32,44 32 53,54 52,46 88,06 66,32 30,37 33 126,00 67,81 57,89 37,64 50,13 34 95,11 222,98 92,25 207,32 139,83 35 83,36 28,35 79,50 92,56 79,65 36 68,00 68,13 56,03 73,25 64,66 Rata-rata 76,27 73,65 81,47 85,40 75,91


(5)

Lampiran 11. Nilai Produktivitas (PROD) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004)

Produktivitas (rupiah) ISIC

2000 2001 2002 2003 2004 15 55.630,67 60.832,41 63.041,91 70.275,86 63.376,27 16 51.510,02 76.355,05 60.754,89 57.718,44 54.230,92 17 36.752,33 32.190,82 34.678,35 37.809,35 42.275,58 18 17.857,38 18.077,90 17.561,62 19.928,54 18.422,44 19 19.450,64 20.458,71 26.598,45 24.121,09 23.386,74 20 32.176,11 32.046,39 30.825,62 37.535,36 34.484,10 21 124.014,83 133.681,64 184.121,06 132.774,57 129.937,64 22 72.438,59 24.745,19 32.925,43 40.270,45 65.062,48 23 116.065,57 33.987,98 59.263,16 96.413,06 92.543,98 24 112.322,12 125.509,08 133.990,30 121.362,65 123.157,69 25 41.543,79 32.064,72 34.808,31 37.297,15 54.171,54 26 39.406,73 44.089,84 41.332,37 43.619,83 60.022,61 27 185.140,52 238.962,48 215.647,94 236.453,34 285.770,33 28 60.701,68 32.712,46 252.559,75 52.404,82 58.668,09 29 45.491,10 97.283,59 34.577,80 47.400,34 49.620,69 30 15.543,02 6.489,49 11.440,19 8.300,48 8.797,72 31 102.233,85 90.042,06 60.562,29 64.131,21 117.386,65 32 99.879,03 110.278,77 110.654,66 93.270,12 157.582,27 33 35.406,03 29.490,36 22.959,49 28.463,81 31.769,05 34 198.280,66 172.362,06 258.016,18 122.772,76 184.929,77 35 176.608,70 141.490,96 120.216,52 151.309,26 141.563,39 36 15.209,20 15.228,59 18.386,07 16.900,51 19.090,40 Rata-rata 75.166,48 71.290,02 82.951,02 70.024,23 82.556,83


(6)

Lampiran 12. Hasil Estimasi dengan Menggunakan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Dependent Variable: PCM

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 06/04/07 Time: 09:53

Sample (adjusted): 2001 2004 Cross-sections included: 22

Total panel (balanced) observations: 88

Iterate coefficients after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Convergence achieved after 28 total coef iterations

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -50.95778 77.22718 -0.659843 0.5119 CR4 0.020007 0.015715 1.273103 0.2080 XEFF 0.247634 0.020339 12.17526 0.0000 LOG(PROD) 7.072731 2.941628 2.404359 0.0194

GROWTH -1.874730 0.293466 -6.388241 0.0000 LOG(EX) -0.733184 1.590926 -0.460853 0.6466 LOG(IM) 0.274075 0.189876 1.443436 0.1542

AR(1) -0.410581 0.117412 -3.496933 0.0009 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics

R-squared 0.991907 Mean dependent var 53.04740 Adjusted R-squared 0.988066 S.D. dependent var 40.37547 S.E. of regression 4.410693 Sum squared resid 1147.798 F-statistic 258.2580 Durbin-Watson stat 2.009275 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.904513 Mean dependent var 31.92498 Sum squared resid 1472.593 Durbin-Watson stat 1.832437

Lampiran 13. Hasil Hausman Test

Alpha (α) 0,05

Chi-Square (X2) 1,59

Nilai H 28,32