95
VII. DETERMINAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Hasil analisis pada Bab VI baru berbicara tentang dinamika struktur pasar
dan perilaku persaingan industri perbankan syariah di Indonesia. Bagaimana
dinamika tersebut berhubungan dengan pertumbuhan industri yang menjadi dasar permasalahan pada awal penelitian ini belum terjawab. Pada Bab ini akan
dianalisa faktor-faktor yang menjadi determinan pertumbuhan industri tersebut dan apa implikasi yang dapat dirumuskan untuk mengakselerasi pertumbuhan
industri di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil tersebut dan beberapa hasil analisis pada Bab sebelumnya yang terkait, beberapa implikasi akan
dirumuskan pada akhir Bab.
7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri
Hasil estimasi pada model-model terdahulu digunakan sebagai masukan untuk merumuskan model pertumbuhan industri perbankan syariah. Variabel
yang mewakili kelompok faktor spesifik bank, kelompok variabel di tingkat industri dan variabel eksternal industri baik dari pesaing maupun variabel
makroekonomi diambil dari persamaan-persamaan sebelumnya, kecuali variabel pada model non-struktural tidak ada yang digunakan karena tidak berhubungan
secara langsung. Selain itu, ada dua variabel baru yang sebelumnya belum digunakan dimasukkan ke dalam persamaan ini. Kedua variabel tersebut adalah
variabel eksternal nilai tukar ER untuk memproksi determinan masuknya modal asing dan keluarnya kapital pada saat terjadi perubahan harga rupiah, serta
variabel kebijakan pemerintah dalam bentuk variabel dummy disahkan dan diterapkannya UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
96 Model yang digunakan kembali model FE karena model RE tidak dapat
diestimasi sehubungan dengan jumlah variabel independen yang lebih banyak dari jumlah sampel bank yang digunakan jumlah cross-section. Hasil estimasi
secara rinci disajikan pada Lampiran 5 dan ringkasannya disajikan pada Tabel 12. Dari Tabel terlihat bahwa secara keseluruhan goodness of fit model baik
dengan F test yang signifikan dan R
2
Variabel
di atas 96. Dari dua belas parameter yang diduga, ada tiga variabel yang tidak signifikan yaitu variabel MS, D2IR dan C.
Variabel lainnya signifikan dengan tingkat kepercayaan paling kecil 93. Tabel 12. Hasil Estimasi Variabel yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri
Perbankan Syariah di Indonesia dengan Variabel Terikat LnAset Bank
Koefisien P-value
BOPO -0.007382
0.0004 D2MS
0.015500 0.6300
D2CR2 -0.034586
0.0524 D2IR
0.031734 0.5725
D1RR 0.111601
0.0002 OFFICE
0.295969 0.0028
RGDP 0.214303
0.0142 IRRR
0.229088 0.0602
D4 1.008684
0.0000 ER
2.267376 0.0019
C -8.754401
0.1488 R-squared 0.986956
Adjusted R-squared 0.977174 F-statistic 100.8886
ProbF-statistic 0.000000 Durbin-Watson stat 1.576590
Variabel spesifik bank yang diwakili oleh rasio BOPO dan jumlah kantor OFFICE berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri. Pertumbuhan
jumlah kantor mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan pengaruh perbikan kualitas manajemen yang diproksi dengan rasio BOPO. Setiap
kenaikan jumlah kantor sebesar 1 persen akan meningkatkan total nilai aset
97 perbankan syariah sebesar 0.30 persen, sedangkan penurunan rasio BOPO
sebesar 1 persen hanya akan menaikkan total nilai aset sebesar 0.01 persen. Untuk kelompok variabel industri diperoleh hasil yang menarik dengan
tidak signifikannya variabel pangsa pasar D2MS dan signifikan serta negatifnya variabel konsentrasi pasar D2CR2. Nilai koefisien D2CR2 sebesar -0.03
menunjukkan bahwa setiap kenaikan konsentrasi pasar sebesar 1 persen akan menurunkan pertumbuhan industri sebesar 0.03 persen, sedangkan perubahan
penguasaan pangsa pasar sama sekali tidak berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan industri.
Dengan demikian, pengaruh variabel pangsa pasar dan konsentrasi pasar terhadap keuntungan bank Tabel 9 berlawanan dengan pengaruh kedua
variabel tersebut terhadap pertumbuhan industri. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa tingkat keuntungan bank lebih dipengaruhi oleh pangsa pasar daripada
oleh struktur pasar, sedangkan untuk tingkat pertumbuhan industri sebaliknya. Hal ini berarti, walaupun konsentrasi pasar tidak perlu dikhawatirkan dalam
konteks akan menyebabkan persaingan yang tidak sehat dalam industri perbankan syariah, tetapi dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan
industri secara keseluruhan. Pertumbuhan industri akan lebih terdorong dengan semakin meratanya penguasaan pangsa pasar antar bank yang berada dalam
industri atau berkurangnya tingkat konsentrasi dalam industri, terutama untuk bank yang sekarang dominan. Kesimpulan ini tidak berarti bahwa bank yang
sudah besar harus dihambat pertumbuhannya, melainkan seluruh bank harus bekerjasama untuk meningkatkan pangsa pasar industri secara keseluruhan
dengan dorongan kepada yang masih kecil untuk secara progresif tumbuh dengan lebih cepat dibandingkan dengan bank besar. Kasus pertumbuhan Bank
BRI Syariah yang tumbuh sangat cepat setelah menjadi BUS sehingga
98 mengambil alih posisi Bank Syariah Mega Indonesia dalam waktu relatif cepat
merupakan salah satu pengalaman yang dapat dipatokduga. Selain faktor spesifik bank dan internal industri, variabel eksternal dari
industri perbankan konvensional yang diwakili oleh variabel rasio IRRR juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan pengaruh yang masih konsisten
dengan hasil sebelumnya. Positif dan signifikannya koefisien rasio IRRR menunjukkan masih komplementernya hubungan antara bank syariah dengan
bank konvensional dalam aspek pertumbuhan, namun dengan tingkat elastisitas yang lebih kecil dibandingkan dengan pada saat hubungan dengan nilai DPK.
Perubahan rasio IRRR sebesar 1 persen akan menyebabkan perubahan pertumbuhan industri perbankan syariah sebesar 0.23 persen.
Variabel eksternal makro yang diwakili oleh laju pertumbuhan ekonomi RGDP dan tingkat nilai tukar ER berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan industri perbankan syariah, bahkan dengan kecenderungan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok variabel internal
industri maupun faktor spesifik bank. Kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan industri perbankan syariah
sebesar 0.21 persen, bahkan perubahan nilai tukar dengan persentase yang sama akan menyebabkan perubahan pertumbuhan industri dengan persentase
lebih dari dua kali lipat. Kebijakan pemerintah dalam bentuk disahkannya UU No.21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah ternyata menjadi faktor yang mempunyai besaran pengaruh terbesar kedua setelah nilai tukar. Hal ini dapat dilihat dengan positif
dan signifikannya koefisien variabel dummy D4. Disahkan dan diberlakukannya UU tersebut menyebabkan naiknya intersep pertumbuhan industri perbankan
syariah sebesar 1 persen.
99 Analisis perbandingan antar kelompok bank memperlihatkan bahwa
pengaruh tingkat bunga bank konvensional terhadap nilai aset bank tidak berbeda antara bank syariah besar dan kecil seperti terlihat pada koefisien D2IR
yang tidak signifikan. Sebaliknya, tingkat bagi hasil mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai aset bank syariah antara BUS dan UUS dimana BUS
akan menerima dampak lebih besar dibandingkan dengan UUS. Hal ini terlihat dari koefisien yang positif dan signifikan pada variabel D1RR.
7.2. Beberapa Implikasi